PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc menegaskan, prioritas pertama Vietnam adalah terus menahan Covid-19 sebagai syarat sekaligus modal utama untuk menggerakkan roda perekonomiannya kembali seperti sebelum pandemi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
HANOI, SELASA — Pemerintah Vietnam optimistis dapat kembali ke jalur pertumbuhan ekonomi 7 persen setelah lepas dari pandemi Covid-19. Di tengah pandemi saat ini, pemerintahan Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc memilih fokus pada upaya meredam penyebaran Covid-19 terlebih dulu.
Phuc menyatakan, pertumbuhan ekonomi Vietnam diperkirakan melambat menjadi 2-3 persen sepanjang tahun ini. Artinya, akan ada penurunan kinerja pertumbuhan ekonomi, mengingat pada tahun lalu ekonomi Vietnam tumbuh 7,02 persen. Phuc melihat hal itu sebagai akibat lebih luas dari kondisi pandemi Covid-19 dan bencana alam di negaranya.
”Pandemi Covid-19 telah meninggalkan dampak besar pada kondisi sosial ekonomi, mengurangi pendapatan masyarakat,” kata Phuc pada Sidang Majelis Nasional, badan pembuat undang-undang negara itu, di Hanoi, Selasa (20/10/2020).
Vietnam dinilai lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain dalam memerangi pandemi Covid-19. Negara itu hanya mencatat 1.140 kasus Covid-19 dengan 35 kematian. Dalam kurun waktu 47 hari terakhir, Vietnam belum melaporkan adanya kasus baru penyakit itu.
Phuc menyatakan, Vietnam menargetkan pertumbuhan ekonomi 6 persen tahun depan. Hanoi juga optimistis pertumbuhan tahunan 6,5-7,0 persen untuk lima tahun ke depan dapat tercapai. Namun, Phuc juga mengingatkan kemungkinan dampak pandemi bisa berlangsung lebih lama.
Oleh karena itu, Phuc menegaskan, prioritas pertama Vietnam adalah terus menahan Covid-19. Hal itu menjadi syarat sekaligus modal utama untuk menggerakkan roda perekonomiannya kembali seperti sebelum pandemi. ”Kita telah melakukan pekerjaan yang baik dalam menahan virus, membuka jalan menghidupkan lagi kegiatan ekonomi,” kata Phuc.
Kita telah melakukan pekerjaan yang baik dalam menahan virus, membuka jalan menghidupkan lagi kegiatan ekonomi.
Tantangan Vietnam di luar Covid-19 baru-baru ini adalah bencana alam. Banjir dan tanah longsor pada bulan Oktober telah menewaskan sedikitnya 105 orang dan menyebabkan 27 orang lainnya hilang. Hujan lebat diperkirakan masih akan terjadi dalam beberapa hari mendatang di Vietnam.
Media Nikkei Asia menyebutkan, dengan pertumbuhan rata-rata tahunan 6,5-7,0 persen, produk domestik bruto (PDB) per kapita ditargetkan dapat terangkat menjadi 4.700 dollar AS. Besaran PDB per kapita Vietnam tahun ini diperkirakan senilai 2.750 dollar AS. Target tersebut akan diselesaikan ketika Partai Komunis Vietnam mengadakan konvensi pada Januari mendatang. Dalam forum itu, partai akan mengonfirmasi barisan kepemimpinan baru dan strategi pertumbuhan ekonomi untuk lima tahun ke depan.
Proposal tentang target itu muncul karena Vietnam gagal mencapai target dalam rencana 2016-2020. Dau Tu, sumber media pemerintah di bawah kementerian perencanaan, mengungkapkan bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata selama lima tahun (2016-2020) diperkirakan sekitar 5,8 persen. Angka itu jauh di bawah target pertumbuhan 6,5-7 persen.
Besaran PDB Vietnam diperkirakan 269 miliar dollar AS tahun ini. Dengan nilai itu, berarti terjadi kenaikan sekitar 40 persen—dari 193 miliar dollar AS—dari posisi capaian lima tahun lalu. PDB per kapita diperkirakan 2.750 dollar AS, tumbuh 30 persen selama lima tahun dari 2.109 dollar AS.
Tran Quoc Phuong, Wakil Menteri Perencanaan dan Investasi, mengatakan, Vietnam telah mencapai banyak sasaran sosial ekonomi. Namun, dia mengakui, empat target belum terpenuhi. Hal itu mencakup pertumbuhan PDB, PDB per kapita, tingkat tenaga kerja terlatih, dan tingkat pengangguran di perkotaan.
Phuong menyebutkan, pertumbuhan PDB yang mencakup periode 2016-2019 rata-rata 6,8 persen. Namun, ekonomi Vietnam terpukul keras oleh pandemi Covid-19 tahun ini. Meski diproyeksikan tetap mencatat pertumbuhan positif, perlambatan pada 2020 mengurangi pertumbuhan PDB rata-rata selama lima tahun menjadi 5,8 persen.
”Dalam empat tahun pertama, perekonomian berkinerja cukup lancar, tetapi tahun terakhir (2020) tidak dapat diprediksi dan tidak terbayangkan,” kata Phung Quoc Hien, Wakil Ketua Majelis Nasional, lembaga semacam parlemen Vietnam, dalam sidang tersebut.
Target pertumbuhan yang diusulkan atas rencana sosial ekonomi Vietnam tahun 2021-2025 hanyalah sketsa awal. Hanoi menggambarkan pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh produsen dan elemen digital. Vietnam berupaya menjadi pusat baru dari rantai pasokan regional yang memperoleh keuntungan dari ketegangan perdagangan serta teknologi antara AS dan China.
”Tujuan keseluruhannya adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari rata-rata lima tahun 2016-2020 dan pada 2025 memperkuat posisi sebagai negara berkembang dengan industrialisasi modern, melampaui ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah,” kata Kementerian Perencanaan.