Pandemi memaksa maskapai penerbangan merestrukturisasi perusahaannya termasuk Cathay Pacific.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
HONG KONG, RABU —Maskapai penerbangan Hong Kong, Cathay Pacific, tergerus dampak pandemi Covid-19 dan akan mengurangi jumlah karyawannya hingga 8.500 orang atau seperempat dari jumlah total karyawan perusahaan.
Selain itu, maskapai milik Cathay Pacific yang khusus melayani rute-rute berjarak pendek, Cathay Dragon, juga akan ditutup untuk bisa bertahan hidup di tengah pandemi.
Keputusan Cathay Pacific itu diumumkan pada Rabu (21/10/2020). Kesulitan yang sama juga dihadapi banyak maskapai penerbangan di seluruh dunia dan berakibat pada pengurangan jumlah rute penerbangan internasional.
Pandemi memaksa maskapai penerbangan merestrukturisasi perusahaannya, termasuk Cathay Pacific. ”Mau tidak mau kami harus merestrukturisasi grup supaya bisa bertahan,” kata CEO Cathay Pacific Augustus Tang.
Operasional Cathay Dragon yang selama ini melayani penerbangan jarak pendek di dalam lingkup Asia saja akan ditutup selamanya. Kini, perusahaan sedang mengupayakan izin agar sebagian dari rute-rute terbang Dragon diambil alih oleh Cathay Pacific dan maskapai berbiaya rendahnya, HK Express.
”Dalam beberapa tahun ke depan, kalaupun pandemi ini akhirnya bisa dikendalikan, saya tetap sudah tidak bisa lagi bekerja di sini lagi,” kata salah satu pramugara Cathay Dragon yang kehilangan pekerjaannya, Michael (30).
Pendapatan Cathay Pacific anjlok 80 persen selama 6 bulan pertama tahun 2020 dan mereka terpaksa mengatur kembali keuangan untuk pengeluaran kru, perawatan, bahan bakar, pajak bandara, dan parkir atau penyimpanan pesawat.
Tekanan kian berat dirasakan karena adanya kebijakan karantina pemerintah yang mensyaratkan 14 hari karantina bagi penumpang yang kembali ke Hong Kong.
Isu politik
Kondisi yang sulit sebenarnya sudah dirasakan Cathay Pacific sejak sebelum pandemi menerjang. Salah satu penyebabnya karena demonstrasi selama berbulan-bulan di Hong Kong tahun lalu yang membuat jumlah penumpang turun drastis, khususnya dari China daratan.
Bukan hanya itu, maskapai itu pun sedang terbelit persoalan karena dihukum oleh Pemerintah China gara-gara ada karyawan yang ikut bergabung dalam demonstrasi atau setidaknya ikut memberikan dukungan.
Ketika pandemi datang, Hong Kong sudah dalam kondisi resesi dan Cathay Pacific pun sudah merugi. Pemerintah Hong Kong sudah memberi bantuan keuangan sebesar 5 miliar dollar AS, tetapi, kata Tang, bantuan itu belum cukup menolong. Setiap bulannya maskapai ini harus mengeluarkan biaya 260 juta dollar AS selama masa pandemi.
Menurut rencana, dengan skenario yang optimistis, Cathay Pacific akan bisa beroperasi lagi tahun depan, tetapi dengan kapasitas sekitar setengah dari masa sebelum pandemi.
Salah satu kekecewaan terbesar Cathay Pacific adalah tidak adanya penumpang kelas bisnis yang biasanya sering terbang hanya untuk rapat ke mana saja, tetapi kini memilih rapat melalui telekonferensi.
Maskapai ini berharap akan ada prosedur tes yang lebih baik dan ada kebijakan ”gelembung perjalanan” antarnegara yang kemungkinan akan mendorong orang untuk kembali terbang.
Pada pekan lalu, Hong Kong dan Singapura berencana menjalin ”gelembung perjalanan” agar orang yang negatif Covid-19 dapat bepergian.
Jika skema sudah terbentuk, penumpang yang negatif diperbolehkan bepergian dan tidak perlu lagi menjalani karantina saat tiba di sebuah negara. (REUTERS/AFP/AP)