Rudal dan sistem pertahanan China bisa menjatuhkan semua pesawat dan roket Taiwan beberapa saat setelah dilepaskan.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
TAIPEI, SENIN — Taiwan dicemaskan dengan kabar penempatan roket-roket hipersonik China di Fujian dan Guangdong. Semua pangkalan pertahanan Taiwan dalam jangkauan roket-roket itu dan Taipei mustahil menangkalnya.
Dalam pernyataan pada Minggu (18/10/2020), Kementerian Pertahanan Taiwan sangat memperhatikan penempatan dan pergerakan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Kemenhan Taiwan terus mengumpulkan informasi intelijen dan menyiapkan antisipasi atas pergerakan PLA.
Pernyataan disampaikan setelah ada laporan PLA menempatkan sebagian dari roket DF-17 dan peluncur Df-ZF di kedua provinsi China yang dekat dengan pesisir Taiwan itu. China dilaporkan memiliki 100 roket DF-17 dan peluncur DF-ZF. DF-17 bisa dilengkapi hulu ledak nuklir. China kini punya lebih dari 200 hulu ledak nuklir.
Kepada South China Morning Post, seorang sumber yang menolak diungkap namanya menyebutkan bahwa DF-17 akan menggantikan roket DF-11 dan DF-15. Sudah puluhan tahun PLA menempatkan kedua roket itu di Guandong dan Fujian.
Kanwa Defence Review, lembaga penelitian isu pertahanan asal Kanada, mempunyai citra satelit yang menunjukkan perkembangan pangkalan roket PLA di Fujian dan Guandong.
”Setiap batalyon roket di Fujian dan Guandong kini siap beroperasi penuh,” kata pemimpin Kanwa Defence Review, Andrei Chang.
Selain roket, PLA juga menempatkan sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia di Guandong dan Fujian. Sistem itu bisa menjatuhkan rudal, pesawat, dan pesawat nirawak hingga 600 kilometer dari sasaran.
”Sistem radar S-400 sangat canggih dan menjangkau seluruh Taiwan. Sistem itu bisa menembak pesawat Taiwan kala baru lepas landas,” ujarnya.
Jangkauan
Dari pangkalan roket China di Fujian dan Guandong ke pangkalan pertahanan Taiwan di pesisir timur, jaraknya tidak sampai 600 kilometer. Hanya butuh kurang dari tujuh menit bagi Beijing untuk menghantam pangkalan-pangkalan terjauh Taipei jika menggunakan rudal hipersonik.
Roket DF-17 dan peluncur DF-ZF merupakan bagian dari persenjataan hipersonik China yang mulai dioperasikan pada 2019. Roket dan peluncur itu berkecepatan 6.125 kilometer per jam.
Keunggulan persenjataan hipersonik tidak hanya kecepatannya. Dalam laporan pada Maret 2020, Kongres AS mengakui, persenjataan hipersonik nyaris mustahil ditangkal dengan semua jenis sistem pertahanan udara dan antirudal masa kini.
Itu karena semua sistem pertahanan tersebut dibangun untuk menangkis rudal-rudal balistik dan rudal lain yang pergerakannya bisa dijejak sejak ribuan kilometer.
Sistem pertahanan konvensional dibuat berdasarkan prinsip balistik atau memperkirakan benda bergerak di lintasan yang dipengaruhi gravitasi. Pergerakan itu sulit berubah dan karena itu bisa diperkirakan akan dicegat di mana.
Sebaliknya, persenjataan hipersonik bisa berbelok-belok selama menuju sasaran. Selain itu, rudal-rudal hipersonik bisa terbang di bawah ketinggian minimum yang dibutuhkan untuk pelacakan radar.
Hal lain, secara teoretis, kecepatan rudal-rudal hipersonik membuat rudal akan menciptakan gelembung plasma selama bergerak. Gelembung itu menyerap semua jenis gelombang radio yang dipantulkan radar dan pelacak apa pun.
Akibatnya, rudal nyaris tidak bisa dijejak selama masih bergerak. Tanpa pelacakan, sistem antirudal tidak bisa mencegat rudal hipersonik.
Kalaupun bisa dicegat, pecahan rudal hipersonik tetap membahayakan. Itu karena daya hantam yang dihasilkan dari energi gerak rudal hipersonik ditaksir 50 kali lebih tinggi dari rudal biasa. Hal itu membuat sasaran apa pun tetap rusak meski rudal hipersonik bisa dicegat.
Analis di Institute for National Defense and Security Research, Su Tzu-yun, menyebutkan bahwa DF-17 memang bisa dipakai untuk menyerang Taiwan.
Walakin, ia menduga roket itu lebih difungsikan untuk mengancam kapal-kapal perang AS yang bolak-balik berlayar di Selat Taiwan beberapa waktu belakangan.
Pengamat militer di Beijing, Wei Dongxu, berpendapat senada. Baginya, roket-roket lama di Fujian dan Guandong sudah cukup kalau hanya untuk mengurus Taiwan.
Selain itu, ia meragukan informasi penempatan DF-17 bisa diakses secara terbuka. Sebab, batalyon DF-17 selalu bergerak dan informasi pergerakannya hanya diketahui sedikit orang. (AFP/REUTERS)