Koalisi Menambah Amunisi, Indonesia Beruntung Dapat Pasokan
Indonesia termasuk gesit membangun koalisi sehingga berhasil mengamankan komitmen pasokan hingga 540 juta dosis vaksin Covid-19.
Vaksin adalah salah satu senjata menghadapi pandemi Covid-19. Namun, memburu vaksin tidaklah mudah. Perlu koalisi seluas-seluasnya untuk mendapatkannya.
Indonesia termasuk gesit membangun koalisi sehingga berhasil mengamankan komitmen pasokan hingga 540 juta dosis atau melampaui kebutuhan minimum 320 juta dosis.
Dari ratusan calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan di dunia, kurang dari 20 jenis sudah memasuki tahap uji klinis. Bahkan, ada uji klinis calon vaksin yang terpaksa ditunda atau ditinjau lebih lanjut.
Ada ketidakpastian, tetapi itu bukan alasan berdiam diri dan tidak mencari akses pasokan vaksin. Apalagi, ada kompetisi ketat negara-negara untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
”Proses pengembangan vaksin rumit. Selalu ada risiko dan ketidakpastian dalam proses pengembangannya. Para ahli dunia akan terus berupaya untuk mendapatkan vaksin secara tepat waktu, aman, dan efektif,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat melawat ke Inggris dan Swiss, pekan lalu.
Baca juga: Indonesia Kembali Amankan Pasokan Vaksin Covid-19
Kajian Oxfam menunjukkan, lima calon vaksin Covid-19 potensial yang kini masih diuji klinis tahap III akan menghasilkan 5,3 miliar dosis. Jumlah itu cukup untuk diberikan kepada sekitar 3 miliar penduduk dunia.
Hampir 3 miliar dosis dipesan negara-negara maju. Sisanya dipesan sejumlah negara. Indonesia termasuk sedikit negara yang beruntung mendapat kepastian pasokan.
Sama seperti dalam lawatan ke China dan Uni Emirat Arab, beberapa waktu lalu, Retno berangkat ke Inggris dan Swiss juga bersama Menteri BUMN Erick Thohir. Di Eropa, keduanya membawa misi sama: berburu vaksin dan penguatan kerja sama ekonomi. Misi ini penting untuk Indonesia menghadapi dampak pandemi.
Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki mengatakan, vaksin amat penting karena menjadi ”pengubah permainan” di tengah gelombang baru penularan.
Selama vaksin belum ditemukan, sulit mencegah penyakit yang sudah menginfeksi hampir 40 juta orang dan membunuh lebih dari 1,1 juta orang di dunia. Sebab, tak mudah membuat orang terus menjaga kebersihan dan jarak serta memakai masker.
Lampaui kebutuhan
Di China, UEA, dan Inggris, Indonesia mengamankan komitmen pasokan vaksin 490 juta dosis. Sebanyak 390 juta dosis dari China-UEA, sisanya dari Inggris.
Vaksin bakal dikirim ke Tanah Air secara bertahap mulai November 2020. Indonesia pun berpeluang mendapat 52 juta dosis tambahan dari kerangka multilateral.
Baca juga: Indonesia Perluas Jalur Pasokan Vaksin dan Buka Koridor Perjalanan Antarnegara
Indonesia memanfaatkan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI), yakni lembaga yang mengupayakan peningkatan vaksinasi dan imunisasi di sejumlah negara.
Ada juga Covax Facility, mekanisme pengembangan dan pengadaan vaksin Covid-19 global yang dibuat WHO, GAVI, dan Koalisi Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Epidemi (CEPI).
Fasilitas Covax dibuat pada April 2020 untuk mengamankan akses atas vaksin Covid-19 melalui portofolio calon vaksin yang menggunakan berbagai teknologi. Saat ini ada sembilan calon vaksin Covid-19 yang masuk Covax.
Tujuan Covax ialah menyediakan 2 miliar dosis vaksin hingga akhir 2021 dan memastikan akses yang setara. Sejumlah 172 negara ikut dalam mekanisme ini, termasuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang memenuhi syarat untuk dibiayai GAVI.
Dari kerangka GAVI-Covax, Indonesia berpeluang mendapat pasokan vaksin setara 20 persen populasi. Dengan penduduk 260 juta jiwa, Indonesia akan mendapat 52 juta dosis. Jumlah pasokan yang diamankan duet Erick-Retno di atas kebutuhan minimum vaksinasi, yang disusun pemerintah.
Indonesia berencana memberikan vaksin untuk 160 juta orang secara bertahap pada November-Desember 2020. Butuh 320 juta dosis karena setiap orang harus divaksin dua dosis.
Baca juga: Imunisasi Massal Covid-19 pada 2021
Menurut Sri, tidak perlu semua orang mendapat vaksin Covid-19. Dengan penghitungan cakupan vaksinasi tertentu, sekitar 80 persen dari kelompok usia mayoritas yang terpapar, kekebalan kelompok akan terbentuk sehingga bisa menekan risiko penularan di populasi.
Jangka panjang
Indonesia tidak hanya membeli vaksin dari luar negeri. Dicari cara pula agar Indonesia bisa membuat sendiri vaksin Covid-19 dan vaksin zoonosis lain di masa depan.
CEPI siap bekerja sama dengan Bio Farma untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin di masa mendatang. CEPI-Bio Farma juga akan bekerja sama untuk mengembangkan berbagai pelantar produksi vaksin secara cepat dan immunoprofilaksis.
Kepada perwakilan CEPI, Retno juga menyampaikan kesiapan Indonesia bergabung dalam Dewan Investor CEPI. Keterlibatan di CEPI dan GAVI adalah bagian dari cara Indonesia menunjukkan komitmen pada multilateralisme.
Retno menyebut, krisis yang dipicu Covid-19 tidak boleh memundurkan kerja sama global. Solidaritas dan kerja sama justru harus diperkuat. Koalisi negara-negara akan menghasilkan amunisi untuk mengatasi pandemi ini.
Perburuan vaksin juga menjadi wujud dari diplomasi berdampak untuk kesejahteraan dan kemaslahatan bangsa. Dengan mencari vaksin, salah satu pilar politik luar negeri Indonesia, yakni perlindungan WNI, juga ditegakkan.
Baca juga: Diplomasi Indonesia Mempersiapkan Hari-hari Pascapandemi
Mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 adalah satu hal, tetapi mendistribusikan dan keberhasilan vaksinasi adalah hal lain yang juga memiliki tantangannya sendiri.
Ketika vaksin sudah mulai didistribusikan dari negara produsen ke sejumlah negara pemesan, baik untuk penggunaan darurat maupun nanti setelah izin edar keluar, maka kesiapan kargo udara menjadi penting.