Jepang-Vietnam Sepakati Kerja Sama Pertahanan untuk Indo-Pasifik Terbuka
Yoshihide Suga memilih Vietnam sebagai negara pertama yang dikunjungi sebagai perdana menteri. Hal itu menandakan pentingnya Vietnam bagi Jepang di ASEAN.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
HANOI, SENIN —Pemerintah Jepang dan Vietnam menyepakati peningkatan kerja sama pertahanan dan keamanan kedua belah pihak, Senin (19/10/2020). Kesepakatan tercapai dalam kunjungan luar negeri pertama Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga seusai dilantik bulan lalu.
Kawasan Indo-Pasifik yang aman dan terbuka ditekankan Suga dalam penandatanganan kerja sama itu.
Dalam pembicaraan di Hanoi, Suga dan PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc menetapkan kesepakatan dasar yang memungkinkan Jepang untuk mengekspor peralatan dan teknologi pertahanan ke Vietnam.
Jepang telah mengejar pakta semacam itu dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara di Asia Tenggara sekaligus mempertahankan industri pertahanannya sendiri.
Suga mengatakan, perjalanan empat harinya ke Vietnam adalah kunci untuk mengejar kerja sama ekonomi dan keamanan secara multilateral. Hal itu untuk melawan kekuatan China yang tumbuh dan melindungi jalur laut di wilayah sengketa di Laut China Selatan.
Suga menyampaikan, Vietnam, di pusat wilayah tersebut, adalah tujuan paling cocok untuk perjalanan pertamanya ke luar negeri sebagai pemimpin Jepang.
”Vietnam sangat penting untuk mencapai visi kami tentang ’Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka’, dan mitra kami yang berharga,” kata Suga dalam konferensi pers setelah pertemuannya dengan Phuc. ”Jepang, sebagai negara Indo-Pasifik, akan terus berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di kawasan ini.”
Pendahulu Suga, Shinzo Abe, juga memilih Vietnam sebagai negara pertama yang dia kunjungi setelah menjabat PM. Suga adalah kepala negara asing pertama yang mengunjungi Vietnam sejak negara itu menutup perbatasannya untuk merespons pandemi Covid-19. Setelah mengunjungi Vietnam, Suga dijadwalkan melanjutkan kunjungannya ke Indonesia, Selasa (20/10/2020).
Vietnam menghargai bahwa Jepang, salah satu kekuatan terkemuka dunia, secara aktif memberikan kontribusi untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan dan di dunia.
Tak satu pun dari kedua pemimpin itu menyebut nama China dalam konferensi pers mereka. Phuc mengatakan perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan harus dilindungi oleh aturan hukum, bukan secara sepihak dengan kekerasan atau ancaman.
”Vietnam menghargai bahwa Jepang, salah satu kekuatan terkemuka dunia, secara aktif memberikan kontribusi untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan dan di dunia,” kata Phuc.
Jepang, antara lain, sudah memiliki kesepakatan transfer alat utama sistem persenjataan (alutsista) dengan AS, Inggris, dan Malaysia. Vietnam adalah mitra ke-12 Jepang dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Dalam pengiriman aktual pertamanya untuk ekspor semacam itu, Jepang pada Agustus lalu telah mengekspor sistem pengawasan radar ke Filipina.
Rincian kemungkinan penjualan peralatan persenjataan antara Jepang dan Vietnam memang tidak disebutkan. Namun, Suga menyebut perjanjian itu sebagai ”langkah besar” untuk kerja sama pertahanan bilateral keduanya. Suga pun berharap kerja sama itu akan terus berkembang lebih lanjut.
Jepang mencabut sebagian larangan penjualan peralatan militer dan transfer teknologi pada tahun 2014. Langkah itu sebagai bagian dari upaya mantan PM Jepang sebelumnya, Shinzo Abe. Kebijakan itu dipilih dengan alasan untuk membangun kemampuan pertahanan Jepang.
Kerja sama ekonomi
Suga dan Phuc juga menandatangani perjanjian kerja sama lain, yakni berbagai bidang ekonomi dan kerja sama antiterorisme. Kedua belah pihak juga setuju untuk meringankan larangan masuk ke wilayah masing-masing dan memungkinkan kunjungan bisnis jangka pendek.
Disepakati untuk membuka kembali penerbangan antara Vietnam dan Jepang. Perjalanan semacam itu telah dibatasi dengan sangat ketat karena pandemi, tetapi kedua negara telah berhasil menstabilkan wabah Covid-19.
Suga juga berjanji akan memberikan dukungan bagi para pekerja Vietnam di Jepang yang terkena dampak ekonomi terkait pandemi itu. Jumlah pekerja lokal di Vietnam lebih dari setengah dari pekerja asing yang diterima Jepang dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaan pekerja untuk menutupi populasi yang menurun dan menua.
Jepang adalah salah satu mitra dagang teratas Vietnam dengan perdagangan dua arah. Nilainya sebesar 28,6 miliar dollar AS sepanjang tahun ini. Jepang juga merupakan donor bantuan luar negeri terbesar Vietnam.
Tokyo memberikan 23 miliar dollar AS pada 2019 dan menyumbang lebih dari seperempat pinjaman luar negeri Vietnam.
Pemerintah Vietnam di sisi lain telah mencoba membujuk perusahaan-perusahaan Jepang untuk berinvestasi di Vietnam dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Langkah itu semata untuk menghilangkan ketergantungan negara tersebut pada manufaktur dan bisnis lain di China.
Pada Agustus lalu, Vietnam setuju untuk membeli enam kapal patroli penjaga pantai senilai 345 juta dollar AS dari Jepang.
Vietnam juga tengah berusaha untuk meningkatkan pertahanan maritimnya di tengah pembangunan berkelanjutan China dan militerisasi pulau-pulau buatan di perairan Laut China Selatan yang disengketakan. Kemajuan dalam pembicaraan antara ASEAN dan China atas sengketa tersebut terus berlanjut. (AP/REUTERS)