Jepang Bisa Picu Bencana Baru jika Buang Limbah Radioaktif ke Laut
Jepang akan memicu bencana lingkungan terbaru jika jadi menumpahkan jutaan ton air tercemar radioaktif ke laut.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
TOKYO, SENIN — Nelayan Jepang mengecam rencana pemerintah Jepang melepaskan jutaan ton air yang tercemar radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN Fukushima ke laut. Kecaman juga datang dari Korea Selatan dan China.
Air dari PLTN itu bisa merusak sel tubuh dan memicu kanker. Sekali dilepaskan, air tercemar itu bisa menyebar hingga ke pesisir Amerika Serikat.
Dalam tajuk pada Senin (19/10/2020), Korea Times menyebut Jepang akan memicu bencana lingkungan terbaru jika jadi menumpahkan jutaan ton air tercemar radioaktif ke laut. Keputusan itu akan merusak ekosistem perairan.
”Air tercemar jika ditumpahkan akan mengalir ke Laut Timur dalam satu atau dua tahun dan mencapai Samudra Pasifik hingga ke pesisir California. Industri perikanan di Jepang, Korea Selatan, dan negara sekitar akan sangat terpukul. Belum lagi soal ancaman pada kesehatan manusia,” tulis media itu.
Pekan lalu, Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengumumkan pilihan-pilihan Jepang pada air tercemar radioaktif dari PLTN Fukushima. Karena gempa dan tsunami 2011, ada kebocoran di reaktor dan kerusakan bangunan PLTN.
Untuk mendinginkannya, dialirkan air ke reaktor. Air pendingin mengandung radioaktif yang bisa merusak sel tubuh, memicu kanker, serta menyebabkan perubahan bentuk tubuh manusia dan makhluk lain.
Kato mengatakan, Pemerintah Jepang tidak bisa terus menunda keputusan terkait air tercemar itu. Pada 2022, tempat penyimpanan air akan penuh. Setiap hari ada tambahan 170 ton air tercemar dari PLTN itu. Pada September 2020, 1.044 tangki menampung 1,23 juta ton air tercemar radioaktif dari PLTN itu.
Dari Jepang, penolakan, antara lain, disampaikan JF Zengyoren yang merupakan organisasi nelayan Jepang. Presiden JF Zengyoren Hiroshi Kishi menyampaikan keberatan organisasinya kala menemui Kato.
Nelayan di sekitar Fukushima cemas rencana yang diumumkan Kato pekan lalu itu akan merusak upaya mereka memulihkan kepercayaan pasar pada hasil laut di sekitar Fukushima.
”Kami takut jika seekor saja ikan ditemukan mengandung radioaktif melebihi ambang batas, kepercayaan pasar akan runtuh,” kata seorang nelayan kepada Kyodonews.
Selepas pengumuman Kato, Kementerian Kesehatan Korea Selatan menegaskan perlindungan kesehatan dan keselamatan warga
Kementerian Kesehatan Korea Selatan juga menekankan pentingnya perlindungan kesehatan dan keselamatan warga. Seoul telah berkomunikasi dengan Tokyo soal rencana Jepang melepaskan jutaan ton air tercemar radioaktif itu.
”Kami terus menekankan bahwa Jepang harus berbagi informasi secara transparan dan menjaga komunikasi dengan masyarakat internasional terkait pelepasan air dari PLTN Fukushima,” demikian pernyataan kementerian sebagaimana dikutip Yonhap.
Keberatan China
Penolakan atas rencana Jepang juga datang dari China. Pakar di Northeast Asian Strategic Studies Institute, Da Zhigang, mengingatkan bahwa Jepang terikat kewajiban melindungi ekosistem perairan. Jepang bisa digugat negara tetangganya jika sampai melepaskan air tercemar radioaktif itu ke laut.
Sementara pakar nuklir di Tsinghua University, Sun Yuliang, mendesak Tokyo meminta pendapat ahli independen sebelum memutuskan langkah terkait air tercemar radioaktif itu.
Adapun pakar pada China Institutes of Contemporary International Relations, Liu Junhong, mendesak Tokyo berkomunikasi lebih terbuka dengan komunitas internasional untuk masalah itu. Jepang seharusnya lebih menekankan keselamatan dan kesehatan dibandingkan dengan biaya pemulihan PLTN.
Ia mengingatkan, perairan di Asia terhubung satu sama lain. Air tercemar di sekitar Fukushima bisa menjadi masalah bagi kawasan. Karena itu, wajar jika China dan Korea Selatan bereaksi atas langkah Jepang terkait Fukushima.
Ia juga menekankan, konsumen akan menolak mengonsumsi produk perikanan Jepang. Hal itu bisa berdampak pada perekonomian Jepang. Sebagian masyarakat Jepang mengandalkan industri perikanan dan hasil laut sebagai sumber pencairan.
Jepang sudah bolak-balik berusaha meyakinkan masyarakat domestik dan mancanegara soal keamanan air limbah PLTN Fukushima jika dibuang ke laut. Dengan sistem pengolahan cairan terbaru, hampir seluruh kandungan radioaktif telah dibersihkan dari air limbah.
Pada Februari 2020, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional Rafael Grossi menyebut bahwa pelepasan air limbah PLTN telah memenuhi standar umum.
Tokyo Electric Power Company Holdings Inc (TEPCO) yang mengelola PLTN Fukushima menyatakan, kandungan tritium pada air limbah telah diturunkan di bawah standar. Sayangnya, senyawa radiokatif itu tidak bisa dihilangkan sepenuhnya dengan semua teknik pengolahan saat ini.
Kini, 70 persen air limbah yang disimpan masih mengandung tritium di atas ambang batas. TEPCO akan terus mengolah limbah untuk menurunkan kandungan radioaktifnya. (REUTERS)