Markas Polisi di Afghanistan Dihantam Bom, 13 Orang Tewas
Pihak Rumah sakit merawat puluhan orang luka-luka serius dan ringan akibat bom mobil di Feroz Koh, ibu kota Provinsi Ghor, Afghanistan, Minggu (18/10/2020).
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
KABUL, MINGGU — Sedikitnya 13 orang tewas dan 120 orang lainnya menderita luka-luka akibat serangan bom bunuh diri di Feroz Kho, ibu kota Provinsi Ghor, bagian barat Afghanistan, Minggu (18/10/2020).
Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menyasar markas polisi di Ghor itu. Peristiwa itu terjadi hanya dua hari setelah kubu Taliban sepakat untuk menghentikan serangan di Afghanistan.
Kepala rumah sakit di Ghor, Mohammad Omer Lalzad, mengatakan, staf darurat merawat puluhan orang dengan luka serius dan ringan akibat peledakan bom itu. Dia memperkirakan jumlah korban tewas akan meningkat.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, ATariq Aran, mengatakan, peledakan bom mobil itu terjadi di dekat pintu masuk kantor kepala polisi provinsi dan gedung-gedung pemerintah terdekat lainnya di daerah itu.
Tidak ada pihak atau kubu yang langsung mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Peristiwa itu terjadi di tengah meningkatnya serangan oleh Taliban ketika perwakilan kelompok tersebut dan pejabat Pemerintah Afghanistan mengadakan pembicaraan tatap muka pertama mereka di Doha, Qatar. Negosiasi dimaksudkan untuk mengakhiri perang selama 19 tahun di negara itu.
Arif Aber, juru bicara gubernur di Ghor, mengatakan, ledakan itu begitu kuat. Suara dari sumber ledakan terdengar di seluruh Feroz Koh, ibu kota provinsi itu.
”(Ledakan) itu merusak dan menghancurkan beberapa gedung pemerintah, termasuk kantor kepala polisi, departemen urusan perempuan dan kantor provinsi yang dikhususkan bagi tempat para pengungsi,” kata Aber.
Pada Jumat (16/10/2020) pekan lalu, Taliban setuju untuk menghentikan serangan di Afghanistan selatan yang telah membuat ribuan penduduk mengungsi dalam beberapa hari terakhir.
Hal itu terjadi setelah Amerika Serikat (AS) berjanji untuk menghentikan semua serangan (termasuk serangan yang digelar pada malam hari) sesuai dengan perjanjian perdamaian yang ditandatangani AS dengan Taliban pada Februari lalu.
Namun, AS telah melakukan serangan udara untuk mendukung pasukan Afghanistan yang berusaha mengusir serangan Taliban di Provinsi Helmand yang mengancam akan menggagalkan upaya untuk mengakhiri perang Afghanistan.
Seorang tokoh Taliban mengungkapkan, janji Taliban itu muncul setelah digelarnya pertemuan perwakilan Taliban dengan utusan perdamaian AS, Zalmay Khalilzad, dan Jenderal Austin Miller, komandan pasukan AS, di Afghanistan.
Dia berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan media. Intinya, Taliban setuju untuk menghentikan operasi mereka setelah AS mengatakan mereka akan mengakhiri serangan pesawat tak berawak terhadap para pemberontak. Pihak AS juga akan menghentikan serangan pada malam hari dan serangan dari udara.
Helmand telah menjadi tempat serangan Taliban sejak pekan lalu. Serangan roket dari pihak Taliban dan serangan udara balasan dari pesawat AS dan Afghanistan telah memaksa lebih dari 5.600 keluarga meninggalkan rumah mereka. Mereka dipaksa mencari perlindungan di ibu kota provinsi Lashkar Gah dan Nad Ali, serta wilayah Marja.
Selama beberapa tahun terakhir, kubu Taliban telah menguasai sekitar 80 persen provinsi di Afghanitan. Mereka terutama menguasai daerah pedesaan, sementara pusat distrik masih di bawah kendali pemerintah.
Gejolak itu terjadi bahkan ketika perwakilan Pemerintah Afghanistan dan Taliban mengadakan pembicaraan damai di Qatar, tempat Taliban selama bertahun-tahun mempertahankan kantor politiknya.
Negosiasi, yang direncanakan berdasarkan kesepakatan AS yang ditandatangani dengan pemberontak pada 29 Februari, dipandang sebagai peluang terbaik negara itu untuk berdamai.
Dalam serangkaian unggahan melalui media sosial Twitter pada Sabtu (17/10/2020), Perwakilan Khusus Rekonsiliasi Afghanistan, Zalmay Mamozy Khalilzad, mengatakan, dia dan Jenderal Austin Miller, komandan pasukan AS di Afghanistan, mengadakan pembicaraan dengan Taliban.
Dalam pertemuan itu, dan setelah beberapa putaran, dia mengatakan, kedua belah pihak setuju untuk mengatur ulang sejumlah hal. Hasilnya, operasi serangan kedua belah pihak dikurangi.
”Setelah beberapa pertemuan yang dilakukan Jenderal Miller dan saya dengan Taliban, kami sepakat untuk mengatur ulang tindakan dengan secara ketat mengikuti implementasi semua elemen perjanjian AS-Taliban dan semua komitmen yang dibuat,” katanya. (AP)