Inggris Didesak Bekerja Sama, UE Antisipasi Brexit Tanpa Kesepakatan
UE bersiap-siap menghadapi hasil akhir tanpa kesepakatan dengan Inggris. Antisipasi disiapkan di tengah proses negosiasi lanjutan dengan London.
BRUSSELS, JUMAT — Para pemimpin Uni Eropa, di Brussels, Kamis (15/10/2020) waktu setempat, mendesak Inggris segera memberikan landasan aturan perdagangan yang adil. Hal itu dibutuhan untuk bisa melanjutkan kembali negosiasi perdagangan pasca-Brexit yang sudah macet.
Namun, desakan Uni Eropa (UE) itu justru membuat marah London. Situasi ini menempatkan proses negosiasi kedua pihak semakin tidak menentu, antara dilanjutkan dan berhenti total.
Para perwakilan 27 negara Eropa tiba di Brussels untuk menggelar pertemuan puncak UE, Kamis. Nada optimisme, tetapi tetap hati-hati, terlihat dalam kesimpulan tertulis mereka terkait hasil puncak negosiasi blok itu dengan Inggris.
Para perwakilan itu mendesak UE dan seluruh anggotanya untuk bersiap-siap menghadapi hasil akhir tanpa kesepakatan dengan Inggris. Termasuk siap menghadapi kekacauan yang timbul sebagai dampak dari tidak adanya kesepakatan tersebut.
Baca juga: Pengelolaan Perikanan Hambat Perundingan Brexit
Walau demikian, seruan dan desakan UE masih diimbangi dengan undangan kepada Pemerintah Inggris untuk terus melanjutkan negosiasi. Proses negosiasi akan berlanjut pekan depan di London dan pekan berikutnya di Brussels.
”Mulai besok saya akan berbicara dengan rekan saya David Frost (Ketua Negosiator Pemerintah Inggris). Pada Senin (19/10/2020), kami akan berada di London selama seminggu penuh, termasuk akhir pekan jika perlu,” kata Ketua Juru Ruding UE Michel Barnier setelah berpidato di depan para pemimpin UE. ”Itulah yang saya usulkan kepada tim Inggris,” ujarnya menambahkan.
Undangan tersebut muncul setelah adanya peringatan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahwa ia dapat meninggalkan proses negosiasi kecuali jika hasil KTT UE-Inggris menunjukkan adanya terobosan. UE tidak pernah mengakui tenggat waktunya dan dalam kesimpulan mereka menempatkan tanggung jawab kepada Johnson untuk menyelamatkan kesepakatan ketika waktunya berakhir.
Dalam unggahannya di media sosial Twitter yang tidak biasa, Frost mengatakan dia ”kecewa” dengan kesimpulan KTT. Ia juga menggarisbawahi bahwa Eropa ”tidak lagi berkomitmen untuk bekerja ’secara intensif’ untuk mencapai kemitraan di masa depan” seperti yang telah dijanjikan sebelumnya.
Frost juga mencemooh tuduhan UE bahwa hanya Inggris yang harus mengalah. Ia menyebut hal itu sebagai ”pendekatan yang tidak biasa untuk melakukan negosiasi”. Ia mengungkapkan, Johnson akan memutuskan langkah selanjutnya pada Jumat (16/10) ini.
Kami telah meminta Inggris Raya untuk terus bersedia berkompromi menuju kesepakatan. Tentu saja, ini juga berarti kami harus membuat kompromi.
Kanselir Jerman Angela Merkel tampaknya menerima kritik tersebut. Setelah KTT, ia pun menggarisbawahi bahwa terserah kepada UE jika sekiranya sebuah kompromi akan menjadi jalan tengah bagi kedua pihak.
”Kami telah meminta Inggris Raya untuk terus bersedia berkompromi menuju kesepakatan. Tentu saja, ini juga berarti kami harus membuat kompromi,” kata Merkel.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengisyaratkan kemungkinan kompromi pada masalah pelik itu. Ia mengaku terbuka untuk menemukan ”kompromi yang baik” yang akan memastikan akses bagi nelayan Perancis ke perairan Inggris.
Desakan Perancis dan negara penangkap ikan di bagian utara Eropa lainnya untuk mempertahankan akses ke perairan Inggris telah menjadi batu sandungan utama dalam pembicaraan sejauh ini.
Para pemimpin Eropa telah mencoba untuk tidak memasukkan Brexit dari agenda pada pertemuan puncak baru-baru ini. Di tengah memanasnya topik itu, mereka meninggalkan ponsel mereka di luar ruangan selama pertemuan.
Pernyataan resmi tersebut tidak memberikan banyak manfaat kepada Johnson. Pernyataan itu bahkan membatalkan batasan dalam draf sebelumnya yang menyerukan Barnier untuk ”mengintensifkan” diskusi dengan Frost.
Baca juga: Inggris Berniat Langgar Kesepakatan, Uni Eropa Marah
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dalam panggilan telepon dengan Johnson, memperingatkan bahwa ”masih banyak pekerjaan di depan kedua pihak”.
Ia juga menegaskan, Brussel menginginkan kesepakatan secara mutlak. Dalam putaran yang mengejutkan, ketika KTT berlangsung, dia terpaksa meninggalkan tempat itu dan mengisolasi diri setelah seorang anggota kantornya dinyatakan positif terpapar Covid-19.
Barnier mengatakan, pembicaraan UE-Inggris dapat berlangsung hingga akhir Oktober. Waktu itu adalah perkiraan tanggal yang ditetapkan oleh pihak UE untuk memberikan cukup waktu bagi parlemen untuk meratifikasi kesepakatan sebelum transisi Brexit berakhir pada 31 Desember 2020.
Namun, London menuduh Brussels telah mencoba memaksakan konsesi dengan berjalan cepat.
Inggris meninggalkan UE pada 31 Januari lalu. Namun, Barnier dan Frost telah terkunci dalam beberapa bulan pembicaraan yang tidak meyakinkan tentang pengaturan perdagangan lanjutan kedua pihak.
Jika tidak ada kesepakatan yang dicapai, aturan perdagangan akan kembali ke kerangka peraturan Organisasi Perdagangan Dunia. Kedua belah pihak berkeras bahwa mereka siap untuk kondisi itu dan lebih suka harus menerima kesepakatan yang buruk. Namun, para ahli memperkirakan gangguan ekonomi yang parah terbuka sifatnya di depan kelak.
Tiga perhatian utama Eropa adalah menyetujui aturan persaingan yang adil, bagaimana aturan ini akan diatur, dan mengamankan akses ke perairan Inggris untuk armada penangkapan ikan UE. Inggris ingin menegaskan kembali kedaulatannya atas perairannya.
London pun menolak pengawasan hukum UE atas kesepakatan itu dengan berkeras menginginkan kesepakatan perdagangan sederhana, seperti yang ditandatangani UE dengan Kanada.
Brussels pada gilirannya menekankan bahwa ekonomi Inggris jauh lebih terintegrasi dan lebih dekat dengan UE daripada Kanada serta bahwa pasar tunggalnya harus dilindungi dari kemunduran Inggris itu sendiri. (AFP/REUTERS)