Hong Kong Larang Pesawat Sipil Taiwan Terbang ke Laut China Selatan
Ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan berpengaruh pada berbagai aktivitas, salah satunya penerbangan sipil.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
TAIPEI, JUMAT — Pengawas lalu lintas udara Hong Kong, kota yang dikontrol Undang-Undang Kemanan Nasional China, memperingatkan pesawat sipil Taiwan untuk tidak terbang ke kepulauan di bawah kendali Taiwan di Laut China Selatan. Otoritas Hong Kong itu memaksa pesawat sipil Taiwan untuk kembali.
Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan. Badan Penerbangan Sipil Taiwan, Jumat (16/10/2020), mengatakan, pesawat sewa UNI Air yang dipaksa kembali itu terbang dari Kaohsiung, Taiwan, ke Kepulauan Pratas, mendekati kawasan informasi penerbangan Hong Kong.
Pengawas lalu lintas udara Hong Kong mengatakan kepada kapten pesawat UNI Air bahwa terdapat ”aktivitas berbahaya” di bawah ketinggian 26.000 kaki dan pesawat tidak boleh memasukinya. Jadi, demi keselamatan ia memutuskan untuk kembali.
Walau demikian, Hong Kong tidak mengeluarkan pemberitahuan sebelumnya bahwa ada aktivitas berbahaya yang bisa memengaruhi penerbangan.
Departemen Penerbangan Sipil Hong Kong, menyampaikan, mereka telah menginformasikan kepada pengawas lalu lintas Taiwan ketinggian minimal yang aman bagi setiap pesawat yang lewat. Taiwan kemudian meresponsnya dengan membatalkan semua permohonan untuk memasuki wilayah udara Hong Kong.
”Selama insiden ini, Departemen Penerbangan Sipil Hong Kong bertindak sesuai dengan mekanisme dan prosedur,” demikian pernyataan Hong Kong.
Biasanya, penerbangan sewa mingguan ke Pratas membawa personel pemerintah Taiwan dan penjaga pantai serta pesawat sewa itu tidak terbuka untuk umum.
Kepulauan Pratas berada di sebelah tenggara Hong Kong di bagian utara Laut China Selatan. Biasanya, pulau itu kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan bagian selatan Laut China Selatan, dekat Kepulauan Paracel dan Spratly.
China yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya telah menggelar aktivitas militer dekat Taiwan. Di dalamnya termasuk latihan dan misi angkatan udara reguler dekat dengan Pratas yang sebagian kecil wilayahnya dipertahankan oleh Taiwan.
Pratas lebih dekat ke wilayah yang dikendalikan oleh Taiwan dibandingkan ke Hong Kong. Pratas menjadi sangat penting sejak protes antipemerintah pecah di Hong Kong. Taiwan telah mencegat setidaknya satu kapal dekat Pratas yang membawa warga yang melarikan diri dari Hong Kong dan mencoba memasuki wilayah Taiwan.
Sejumlah pejabat Taiwan menyatakan kekhawatirannya bahwa China akan merebut Pratas dalam ketegangan yang bisa berakhir pada perang. Beijing menegaskan klaimnya bahwa Taiwan adalah wilayahnya dan akan diambil secara paksa jika diperlukan.
Sejak terpilihanya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pertama kali pada tahun 2016, China terus meningkatkan latihan militernya. Tsai diyakini Beijing ingin mendorong kemerdekaan resmi pulau itu. Bagi China, keinginan tersebut sudah melewati garis merah yang tak bisa ditoleransi.
Di tengah pandemi Covid-19, China tetap menggelar latihan militer seperti yang dilakukannya Februari 2020 lalu. Saat itu, pesawat pengebom H-6 China memasuki wilayah udara Taiwan untuk beberapa saat dan terbang di atas ”garis tengah” tidak resmi di Selat Taiwan yang memisahkan Taiwan dan China.
Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut armada udara Taiwan mencegat dan mengusir jet China itu. Kemhan Taiwan merilis foto satu pesawat F-16 Taiwan mengawal salah satu dari pesawat-pesawat H-6 China.
Dalam sebuah pernyataannya, pimpinan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mengatakan, pasukannya mempraktikkan serangan udara ke darat dan menggelar latihan tembak guna memperbaiki sekaligus menguji kemampuan tempur pasukannya secara simultan. (REUTERS)