Fase Baru Hubungan dengan China, Produk Agrikultur Australia Terimbas
Hubungan dagang Australia dan China makin buruk. Kini, China memaksa pengusahanya untuk menghentikan impor kapas asal Australia.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
CANVERRA, JUMAT — Keaktifan Pemerintah Australia dalam forum internasional untuk mencoba membendung pengaruh China, termasuk di kawasan Indo-Pasifik, membawa fase baru dalam konflik kedua negara. Pemerintah China dilaporkan telah memerintahkan pabrik pengolahan kapas menghentikan pembelian bahan baku dari Australia.
Penghentian pembelian bahan baku kapas dari Australia terjadi hanya beberapa hari setelah Canberra bergegas untuk mengonfirmasi penghentian batubara oleh Pemerintah China.
”Pabrik pengolahan kapas pada dasarnya mendapatkan jatah kuota impor. Pada dasarnya mereka diberi tahu bahwa mereka mungkin tidak akan mendapatkan kuota mereka tahun depan jika membeli kapas kami,” kata salah satu pejabat Pemerintah Australia kepada Reuters, Jumat (16/10/2020).
Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham, dikutip dari laman Sydney Morning Herald, Jumat, mengecam langkah China. Ini adalah pernyataan terkerasnya terhadap China sejak ketegangan diplomatik dengan Beijing mulai memburuk pada 2018.
”China harus mengesampingkan penggunaan tindakan diskriminatif terhadap produsen kapas Australia. Menghalangi kemampuan produsen untuk bersaing di arena permainan yang setara dapat menjadi potensi pelanggaran usaha internasional China, yang akan ditanggapi dengan sangat serius oleh Australia,” kata Birmingham.
Menteri Pertanian Federal David Littleproud mengatakan, pemerintah belum menerima kabar resmi tentang perubahan perdagangan kapas dengan China. Dia juga mengakui bahwa pemerintahnya mengalami kesulitan mendapatkan jawaban dari Beijing.
”Jelas kami lebih suka dialog kami terus memperkaya, tetapi Anda hanya bisa menyelesaikan perbedaan dengan benar-benar mengulurkan tangan dan bersiap untuk melakukan percakapan itu,” katanya dikutip dari laman kantor berita ABC Australia.
Birmingham, dalam sebuah surat elektronik, menyatakan bahwa Pemerintah Australia menyadari adanya perubahan kondisi ekspor kapas. Dalam surat elektronik tersebut, Birmingham juga mengingatkan agar Beijing tidak melakukan langkah-langkah yang mempersulit atau bahkan mematikan hubungan dagang kedua negara.
Pada Mei, China memberlakukan bea antidumping dan antisubsidi 80,5 persen pada jelai Australia yang secara efektif menghentikan perdagangan miliaran dollar. Pada Selasa, China mengatakan juga telah memulai penyelidikan anti-dumping terhadap impor anggur Australia.
Pemerintah China juga telah melarang adanya impor daging sapi Australia pada Mei. Industri daging sapi Australia diperkirakan merugi miliaran dollar akibat kebijakan ini.
Australia terpukul
Industri kapas Australia pertama kali menyadari adanya ketidaksesuaian pada awal minggu ini dan telah berkonsultasi dengan eksportir Australia serta pabrik China untuk mengetahui kabar ini hanya berupa petunjuk lisan atau lebih dari sekadar rumor pasar. Temuan mereka, instruksi ini berasal dari Komisi Reformasi Pembangunan Nasional China.
”Ini menjadi jelas bagi industri kami bahwa Komisi Reformasi Pembangunan Nasional di China baru-baru ini telah menghalangi pabrik pemintalan di negara mereka untuk menggunakan kapas Australia,” kata CEO Cotton Australia Adam Kay dan Ketua Asosiasi Pengirim Kapas Australia Michael O’Rielley dalam pernyataan bersama, Jumat.
China menjadi tujuan ekspor kapas sejak beberapa dekade terakhir. Dalam kondisi musim yang baik, ekspor kapas Australia bisa mencapai 2,5 miliar dollar AS setahun, dengan sebagian besar pendapatan datang dari China. Pada 2018-2019, nilai perdagangan komoditas kapas Australia ke China mencapai 900 juta dollar Australia atau setara dengan 637 juta dollar AS.
”Sekitar 65 persen dari hasil panen kami pergi ke China. Jadi, mereka sangat penting bagi kami,” kata Kay. Pandemi juga membuat jutaan bal kapas Australia tidak bisa dikirim ke China pada tahun ini. Hal itu mengakibatkan bisnis kapas tahun ini merugi hingga jutaan dollar.
Dia menjelaskan, kebijakan dan kondisi sekarang ini sangat mengecewakan dan memukul mereka. Hubungan yang baik, yang telah diupayakan sejak 1970-an antara para petani dan pengusaha di China, runtuh.
”Bagi kami hal yang mengecewakan adalah hubungan hebat yang telah kami kerjakan dengan keras untuk dibangun. Bahkan, pada 1970-an, para petani terkemuka kami pergi dan membantu orang-orang China dengan produksi kapas mereka serta membantu mereka menjalankan industri mereka,” katanya.
Jika pabrik pengolahan kapas di China terus mendatangkan bahan baku kapas dari Australia, Beijing akan membebani mereka bea masuk tambahan atas barang impor senilai 40 persen. Pada saat yang sama, Pemerintah China mencoba meningkatkan produksi kapas lokal.
Dua pengusaha industri pengolahan kapas yang berbasis di China mengatakan, banyak pabrik telah menerima instruksi lisan awal pekan ini. Instruksi tersebut dikhawatirkan akan menekan pasokan kapas dengan kualitas terbaik dari Australia.
Di satu sisi, menurut salah seorang pengusaha, hal ini bisa dipandang menguntungkan karena harga kapas bermutu tinggi akan naik. Namun, pada saat bersamaan, dengan minimnya kualitas kapas yang setara dari hasil panen para petani lokal di China, hal ini cukup mengkhawatirkan.
Beberapa perusahaan pengolahan kapas di China mulai memikirkan cara untuk menyiasati perang dagang di antara kedua negara, sekaligus masih bisa mendapat jaminan pasokan kapas Australia.
Menurut salah seorang pengusaha, beberapa perusahaan China akan menggunakan kapas asal Australia untuk diolah di pabrik mereka di Vietnam. Sedangkan untuk produksi di dalam negeri, di China, mereka akan menggunakan kapas terbaik yang bisa diimpor dari Brasil atau kawasan Afrika barat. (REUTERS)