Janji yang Ditepati Kim Jong Un
Kehadiran rudal balistik antarbenua (ICBM) Korea Utara yang baru saja dipamerkan, tetapi belum diuji coba, Sabtu (10/10/2020), di Pyongyang, menjadi potensi ancaman serius bagi Amerika Serikat dan Eropa.
Pada November 2017, Korea Utara menembakkan rudal balistiknya yang bisa meluncur lebih tinggi dan lebih lama dari rudal-rudal sebelumnya. Diluncurkan di Pyongyang, rudal itu jatuh 965 kilometer ke arah timur, tepatnya di Laut Jepang dekat Pulau Honshu.
Dalam dua uji coba sebelumnya pada Juli 2017, rudal balistik Korea Utara bisa meluncur hingga 37 menit dan 47 menit. Rudal yang diuji coba pada November tahun itu pula bisa terbang selama 53 menit.
Rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile/ICBM) tersebut adalah Hwasong-15. Korea Utara menyatakan, Hwasong-15 bisa membawa hulu ledak nuklir dan menjangkau kota manapun di Amerika Serikat. Pyongyang juga menyebut rudal ini merupakan ICBM ”paling kuat” dan telah ”memenuhi target pengembangan sistem persenjataan roket” negara itu selama beberapa dekade.
Baca juga: Lagi, Korut Uji Coba Rudal
Ilmuwan dari Union of Concerned Scientists, David Wright, seperti dilaporkan New York Times, Juli 2017, mengatakan bahwa rudal tersebut potensial menjangkau sasaran sejauh hampir 13.000 kilometer dan bisa mencapai Washington DC atau kota-kota lain di AS.
Akan tetapi, Hwasong-15 menjadi seperti tidak ada apa-apanya setelah dunia menyaksikan ICBM baru Korea Utara yang dipamerkan dalam parade militer memperingati HUT ke-75 tahun Partai Pekerja Korea Utara di Lapangan Kim Il Sung, Pyongyang, Sabtu (10/10/ 2020).
Sebagian pengamat menduga ICBM dalam parade itu tiruan atau sebatas model dan belum tentu bisa difungsikan. Akan tetapi, pakar nuklir dari Middlebury Institute of International Studies di Monterey, Jeffrey Lewis, mengatakan bahwa yang dipamerkan dalam parade biasanya tiruan. ”Namun, adalah hal yang normal untuk membuat tiruan sebelum mencobanya,” ujarnya. ”Korea Utara biasanya melakukan uji coba atas senjata yang dipamerkan sebelumnya.”
Para analis menyebut, ICBM yang dibawa oleh kendaraan pengangkut-peluncur dengan 22 roda itu akan menjadi salah satu ICBM bergerak terbesar di dunia. ICBM itu diperkirakan memiliki panjang 24 meter dan diameter 2,5 meter. Dengan ukuran ini, rudal tersebut cukup untuk membawa 100 ton bahan bakar yang pengisiannya membutuhkan waktu berjam-jam.
”Rudal ini adalah monster,” kata Melissa Hanham, Wakil Direktur Open Nuclear Network.
Baca juga: Rudal Baru Korut jadi ”Monster”
Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute of International Studies mengatakan, sangat jelas bahwa ICBM itu ”ditujukan untuk menghujani sistem pertahanan rudal AS di Alaska”.
Di Twitter, Jeffrey menyebutkan, jika ICBM Korea Utara tersebut membawa tiga atau empat hulu ledak, AS butuh sekitar 1 miliar dollar AS untuk menembakkan 12-16 pencegat (interceptor) untuk melawan ICBM itu. ”Dengan biaya sebesar itu, saya yakin Korea Utara bisa menambahkan hulu ledak lebih cepat dibandingkan dengan kita menambah pencegat.”
Ancaman Kim
”Kita akan terus memperkuat daya gentar kita, pertahanan diri yang sangat berarti menangkal ancaman ’kekuatan jahat’,” kata Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dalam pidatonya.
Saat ini, tidak ada sistem pertahanan yang bisa menghentikan rudal sekelas ICBM Korea Utara tersebut. Pada 2017, Badan Pertahanan Rudal AS menguji coba rudal pertahanan berbasis darat jarak menengah (GMD) untuk menangkal ”ancaman ICBM”.
Akan tetapi, uji coba ini tidak begitu realistis. Roket yang diuji coba ternyata melaju lebih lambat dari kecepatan ICBM sesungguhnya. ”Kita tidak seharusnya berpikir GMD sebagai pertahanan yang kuat,” kata Laura Grego, pakar rudal di Union of Concerned Scientists yang berbasis di Massachusetts, seperti dikutip NPR. ”Roket itu tidak memberikan perlindungan.”
Baca juga: Parade Militer Korea Utara Menggentarkan Korea Selatan
Korea Utara memiliki dua ICBM yang sudah diuji coba. Pertama, Hwasong-14 yang diuji coba dua kali pada 2017. ICBM dengan satu hulu ledak nuklir itu berdaya jelajah 10.000 kilometer dan bisa mencapai hampir seluruh negara di Eropa Barat dan separuh wilayah daratan AS.
Kedua, Hwasong-15, yang juga diuji coba tahun 2017. Dengan daya jangkau 13.000 kilometer, rudal balistik ini bisa membawa hulu ledak nuklir ke seluruh wilayah daratan AS.
Dengan dimensi yang lebih besar dan kapasitas bahan bakar yang besar, ICBM terbaru Korea Utara sangat mungkin memiliki daya jelajah yang lebih jauh dan daya gentar yang lebih besar. Publik tidak akan pernah mengetahui kemampuannya sebelum diuji coba.
Direktur Non-Proliferasi dan Kebijakan Nuklir di International Institute for Strategic Studies Michael Elleman memperkirakan bahwa kemampuan ICBM Korea Utara yang baru ini melebihi rudal balistik R-36 milik Soviet atau DF-5 milik China yang sama-sama memiliki panjang lebih dari 30 meter, berbahan bakar cair, dan diluncurkan dari silo.
Melihat desainnya, terlihat jelas niat Korea Utara, yaitu mereka tidak perlu lagi meningkatkan daya jangkau rudal balistiknya. Yang dilakukan Pyongyang adalah fokus pada pengembangan rudal balistik yang bisa membawa hulu ledak nuklir lebih dari satu.
Hadirnya ICBM terbaru Korea Utara ini merupakan ”janji yang ditepati” oleh Kim yang pada saat bersamaan membuktikan ketidakakuratan pernyataan Presiden AS Donald Trump.
Baca juga: Menunggu kim Jong Un Pamer Senjata Terbaru
Dalam pidato tahun barunya pada 1 Januari 2020, Kim mengumumkan bahwa Korea Utara ”mengembangkan sistem persenjataan canggih yang hanya dimiliki oleh negara-negara maju”. Menurut BBC dalam laporannya, kata ”strategis” dalam pidato Kim merujuk pada senjata nuklir yang sedang dikembangkan.
Ketika jalur diplomasi menuju denuklirisasi Semenanjung Korea mulai dijalani Kim bersama Trump, Pyongyang tidak melakukan uji coba rudal balistik. Akan tetapi, beberapa kali kesempatan pertemuan tingkat tinggi antara Kim dan Trump berakhir tanpa hasil.
Tidak lama setelah menjadi Presiden AS pada Januari 2017 Trump pernah berjanji bahwa Korea Utara tidak akan melakukan uji coba ICBM lagi. ”Tidak akan terjadi!” cuit Trump di Twitter dan dikutip Forbes, 10 Oktober 2020.
Janji Trump itu tidak terbukti. Sejak 2017 hingga 2020, Korea Utara telah melakukan uji coba rudal dua kali. Dengan sistem pertahanan yang kurang kuat dan diplomasi Trump yang gagal, AS hanya bisa mengecam Pyongyang. Sementara diplomasi berjalan yang kemudian gagal itu, Korea Utara tetap mengembangkan program senjata nuklirnya.