IMF dan Bank Dunia agar Bijak Memakai Sumber Dayanya
Bank Dunia dan IMF diimbau untuk memakai sumber daya keuangannya dengan bijak dan transparan dalam membantu negara yang terdampak pandemi Covid-19 paling parah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin mendesak Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk bekerja dengan bijaksana mengelola sumber daya keuangannya dalam memerangi pandemi Covid-19, Rabu (14/10/20200). Mnuchin juga mendesak negara-negara G-20 untuk mendukung kerangka kerja restrukturisasi utang yang diusulkan.
Dalam pernyataannya kepada komite pengarah dua lembaga dunia itu, Mnuchin mengatakan, mereka perlu terus membiayai, mendampingi, dan meningkatkan kapasitas negara-negara penerima bantuan yang terdampak hebat oleh pandemi Covid-19. Namun, setelah menyalurkan dana darurat miliaran dollar AS, mereka perlu menyiapkan rencana transisi pada kesepakatan pembiayaan normal.
”Penting bagi Bank Dunia untuk mengelola sumber daya keuangannya dengan bijaksana dan transparan, dengan justifikasi yang jelas ketika mengalokasikannya pada negara-negara yang memiliki akses pada pembiayaan lain,” tuturnya.
Pernyataan Mnuchin itu disampaikan saat IMF dan Bank Dunia menggelar pertemuan tahunannya pekan ini. Dalam pernyataannya itu, Mnuchin tidak menyebutkan seruan negara lain agar IMF mengeluarkan alokasi hak penarikan khusus. Departemen Keuangan AS menentang seruan ini.
Sejauh ini, seruan untuk menyalurkan pembiayaan telah dilakukan. Namun, Direktur IMF Kristalina Georgieva dan Presiden Bank Dunia David Malpass memberikan peringatan agar tidak berpuas diri.
Mereka juga mendesak negara kreditor, terutama China, dan pemberi pinjaman swasta melakukan usaha lebih untuk meringankan beban utang negara-negara yang paling rentan.
”Sembilan bulan pandemi, kita masih berjuang dalam kegelapan dari krisis yang telah merenggut lebih dari satu juta jiwa, mendorong kemunduran ekonomi, menyebabkan pengangguran, meningkatkan kemiskinan, dan risiko ’generasi yang hilang’ di negara berpenghasilan menengah ke bawah,” kata Georgieva.
Dia melanjutkan, ”Saya paling khawatir atas penarikan dukungan terhadap pekerja dan perusahaan yang terlalu awal karena ini bisa menyebabkan gelombang kebangkrutan dan meroketnya jumlah penganggur.”
Bank Dunia, yang mengumpulkan 13 miliar dollar AS modal baru dari anggotanya pada tahun 2018, harus memakai sumber dayanya untuk negara yang paling membutuhkan dan tidak ada tambahan dana diperlukan dari anggotanya.
Mnuchin menambahkan, IMF harus sepenuhnya memakai peranti pembiayaan yang ada. Namun, IMF juga perlu lebih fleksibel ketika menyalurkan dana kepada negara peminjam, termasuk negara yang perlu merestrukturisasi utang luar negerinya.
Ia juga mendesak pemimpin IMF agar terus mendapat informasi perkembangan kecukupan dana pinjaman 1 triliun dollar AS dan untuk memperluas dana pinjaman krisisnya.
Menurut Mnuchin, IMF harus mendorong negara-negara yang menghadapi kesulitan ekonomi untuk pindah dari pembiayaan darurat ke program pembiayaan IMF yang membutuhkan reformasi struktural untuk meningkatkan pertumbuhan.
”Bahkan, di saat IMF menyalurkan sumber dayanya untuk merespons krisis, lembaga ini juga harus fokus pada mandat utamanya dalam ekonomi global dan stabilitas keuangan. Dalam konteks ini, kami menantikan dimulainya kembali pengawasan bilateral yang akan memberikan rekomendasi kebijakan,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Mnuchin juga menyampaikan bahwa kerangka kerja utang yang akan membantu negara berpenghasilan menengah ke bawah merestrukturisasi utangnya harus secepatnya didorong oleh negara-negara G-20.
Dia mengatakan, usulan kerangka kerja yang secara prinsip disetujui oleh kekuatan ekonomi G-20 akan ”memberikan keringanan utang berdasarkan parameter umum dengan pembagian beban yang adil yang mencakup semua kreditor swasta dan pemerintah”. (REUTERS/AFP)