RI Pertanyakan Komitmen Kerja Sama Jepang Selama Pandemi
Pemerintah RI bertanya-tanya, ke mana arah hubungan strategis Indonesia-Jepang yang begitu lama terjalin selama masa pandemi Covid-19 delapan bulan terakhir. Hubungan yang terlihat adalah hubungan rutin semata.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Mahendra Siregar mempertanyakan komitmen Pemerintah Jepang dalam hubungannya dengan Pemerintah RI. Hubungan kerja sama strategis Jepang-RI yang diharapkan Jakarta semakin menonjol di tengah-tengah kondisi pandemi Covid-19 hampir tidak terlihat.
Kunjungan Perdana Menteri Yoshihide Suga ke Indonesia bulan ini diharapkan menjadi momentum lebih kuat pada peningkatan investasi, perdagangan, sekaligus rasa saling percaya dari kedua belah pihak.
Mahendra menyampaikan pernyataan itu saat memberikan pidato kunci pada acara Forum Bisnis Virtual Indonesia-Jepang di Jakarta, Rabu (14/10/2020). Acara itu sekaligus menandai peluncuran dasbor ekonomi Japan-Indonesia Partnership Lounge (Jaipong). Jaipong adalah platform data terintegrasi tentang ekonomi, investasi, dan perdagangan Indonesia-Jepang.
Mahendra mengungkapkan, selama beberapa bulan ini, Pemerintah RI bertanya-tanya, ke mana arah hubungan strategis Indonesia-Jepang yang begitu lama terjalin selama masa pandemi Covid-19 delapan bulan terakhir. Diakui bahwa hubungan rutin tetap ada. Namun, hubungan kerja sama strategis yang diharapkan semakin menonjol dirasakan hampir tidak terlihat.
”Seakan-akan terjadi missing in action, tidak nyata dalam pengembangan vaksin, dalam pembangunan kemampuan industri farmasi dan obat-obatan. Demikian juga dalam kerja sama terkait alat-alat kesehatan dan pembangunan travel corridor agreement,” katanya.
Lebih lanjut, menurut Mahendra, Jepang juga tidak terlihat aktif dalam dan dengan rencana relokasi usaha yang mulai ada dan masuk bergelombang ke wilayah RI. Praktis hanya sedikit perusahaan Jepang yang masuk. Hal itu, ujarnya, tidak sebanding dengan hubungan kuat 60 tahun yang selama ini jadi pilar penting hubungan RI-Jepang.
Ia mengingatkan komitmen RI-Jepang di sejumlah momen krusial yang pernah ada, antara lain saat RI menghadapi krisis moneter Asia 20 tahun lalu ataupun 12 tahun lalu saat terjadi krisis keuangan global. Indonesia dan Jepang juga erat bekerja sama dan saling mendukung dalam bidang mitigasi bencana alam.
Kita berharap kunjungan PM Suga memberikan momentum lebih kuat pada peningkatan investasi, perdagangan, sekaligus saling percaya dari kedua belah pihak sekalipun kita berada di tengah kondisi pandemi.
Mahendra mengajak untuk meletakkan prospek kerja sama RI-Jepang secara menyeluruh. Ia pun mengajak semua pihak fokus pada peluang dan kesempatan di tengah kompleksitas permasalahan dunia. Ia menilai, rencana kunjungan PM Suga ke Indonesia bulan ini memiliki makna strategis dan penting.
”Kita berharap kunjungan PM Suga memberikan momentum lebih kuat pada peningkatan investasi, perdagangan, sekaligus saling percaya dari kedua belah pihak sekalipun kita berada di tengah kondisi pandemi,” katanya.
Pada Selasa (13/10/2020), PM Suga melakukan telewicara dengan Presiden RI Joko Widodo. Merujuk pada rilis pers dari Kedutaaan Besar Jepang di Jakarta, PM Suga pada awal pembicaraan menyampaikan niatnya untuk membangun hubungan istimewa dengan Joko Widodo.
Suga juga menyatakan niat mempererat kemitraan strategis dengan Indonesia yang memiliki nilai-nilai dasar yang sama dan hubungan historis di berbagai bidang dengan Jepang.
PM Suga juga mengatakan, Jepang tetap mempromosikan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka serta mendukung penuh Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP) yang dipromosikan Indonesia.
Suga menyampaikan keinginannya untuk memperdalam kerja sama di berbagai bidang, antara lain infrastruktur, pembinaan sumber daya manusia, dan keamanan maritim antara kedua negara. Kedua pemimpin juga memastikan kerja sama menjelang pergelaran Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.
Politik luar negeri RI
Terkait kebijakan politik luar negeri RI, Mahendra menyatakan secara global senantiasa mempromosikan pendekatan berbasis multilateralisme dan promosi kesejahteraan, saling menghomati, serta hubungan sosial ekonomi yang semakin kuat. Sebagai refleksi sikap bebas dan aktif, RI berhubungan kuat dan saling menguntungkan baik dengan AS maupun China.
”Buktinya, selama pandemi ini, nilai perdagangan ke China ataupun ke AS meningkat. Sebaliknya, justru dengan Jepang turun,” katanya.
Mahendra menyatakan, RI mendukung kuat proses negosiasi penandatanganan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang diharapkan terjadi bulan depan. RI berpandangan bahwa semua negara yang terlibat dalam kemitraan itu harus mengupayakan secara maksimal perjanjian itu ditandatangani tahun ini. Sebab, dikhawatirkan situasi dan momentum tahun depan akan lebih berat daripada tahun ini, terutama terkait dengan ketegangan geopolitik. Momentum disetujuinya RCEP akan hilang jika tidak dilakukan tahun ini.