Bagi UE, salah satu isu pengganjal dalam proses perundingan Brexit adalah terkait dengan penangkapan ikan.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BRUSSELS, RABU — Peluang Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan dagang semakin membesar. Isu hak pengelolaan perikanan menjadi salah satu pengganjal perundingan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bolak-balik mengumumkan perundingan harus mencapai kesepakatan, 15 Oktober 2020. Jika sampai Kamis ini belum ada kesepakatan dengan Brusselss, London bersiap keluar dari UE dengan tanpa kesepakatan sama sekali.
Sayangnya, hingga Rabu (14/10/2020), Inggris dan Uni Eropa belum kunjung bersepakat dalam proses yang dikenal sebagai Brexit itu.
Juru runding UE, Michel Barnier, mengingatkan, sulit bagi anggota dan parlemen UE meratifikasi kesepakatan Brexit jika belum ada hasil perundingan pada akhir Oktober 2020.
Kesepakatan, jika tercapai, harus diratifikasi semua anggota UE dan parlemen UE agar bisa dijalankan. Tanpa UE akan menggelar rapat, Kamis besok, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengingatkan bahwa kesepakatan Brexit adalah kepentingan semua pihak.
Peringatan Michel disampaikan dalam undangan rapat kepada semua kepala negara dan kepala pemerintahan anggota UE. ”(Brexit tanpa kesepakatan) Tidak boleh terjadi dalam kondisi apa pun,” ujarnya.
Tentang tenggat yang ditetapkan Johnson, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian menyebut batasan itu tidak diakui UE. ”Bukan posisi UE yang akan rapat Kamis dan Jumat,” ujarnya.
Bahkan, UE mempersiapkan kemungkinan untuk terus berunding sampai pertengahan November 2020. ”Kami akan berunding sampai menit terakhir,” kata Menteri Urusan Eropa di kabinet Polandia, Konrad Szymanski.
Seperti Michel, Kanselir Jerman Angela Merkel juga menyebutkan, kesepakatan Brexit adalah kepentingan semua pihak. Meskipun demikian, ia tidak menampik kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan.
”Kami akan berdiskusi intensif di Dewan Eropa selama dua hari. Kami mau kesepakatan. Walakin, kita harus menghadapi kenyataan karena kesepakatan tentu saja harus sesuai kepentingan semua pihak,” ujarnya.
Isu pengganjal
Bagi UE, isu pengganjal dalam proses perundingan terutama soal pelintasan orang dan barang di Irlandia dan penangkapan ikan. Menlu Irlandia Simon Coveney menyebutkan, UE dan Brexit masih jauh dari bersepakat di kedua isu itu.
”Nelayan UE tidak akan ditinggalkan demi mencapai kesepakatan dagang dengan UE,” ujarnya.
Irlandia berbagi pulau dengan Irlandia Utara, provinsi Inggris. Selama Inggris masih jadi anggota UE, tidak ada masalah soal pelintasan barang dan orang. Setelah Brexit, ada masalah karena Inggris berkeras ada prosedur pemeriksaan dan standar kualitas produk yang mungkin berbeda dari yang dikenal di UE.
Bahkan, Brussels marah kala London mengusulkan undang-undang perdagangan dalam negeri. Itu karena UU tersebut dinilai tidak sesuai dengan hasil perundingan soal Brexit. ”Kami tidak akan meninggalkan Irlandia sendirian,” ujar Merkel.
Sementara untuk isu perikanan, Belanda dan Perancis, yang berbagi laut dengan Inggris, paling berkepentingan. Perancis meminta UE tidak mundur soal hak penangkapan ikan. Paris tidak mau berkompromi soal isu itu meski sebagian anggota UE mencoba membujuk Perancis.
Menteri Urusan Eropa pada kabinet Perancis, Clement Beaune, menegaskan bahwa UE harus sangat keras pada prioritasnya dan menjaga kompetisi yang adil adalah kewajiban untuk bisa mengakses pasar UE.
Adapun Menteri Urusan Eropa pada kabinet Jerman, Michael Roth, menyebutkan bahwa UE bersiap dengan kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan.
”Kita di tahap sangat kritis dalam perundingan dan sangat tertekan. Tidak ada kemajuan. Kami berharap ada kemajuan pada teman di Inggris pada masalah pokok, khususnya di tata kelola teknis dan perikanan,” ujarnya.
Proses Brexit secara resmi dimulai pada 1 Januari 2020 dan ada transisi sampai 31 Desember 2020. Selama proses transisi, Brussels dan London merundingkan hubungan dagang kedua negara untuk periode mulai 1 Januari 2021.
Hingga 40 persen ekspor Inggris ditujukan ke UE. Jika Brexit tanpa kesepakatan, perdagangan bernilai miliaran dollar AS menjadi pertaruhan. (AP/REUTERS)