Pangkalan Militer Turki di Qatar Dinilai Mengancam Kawasan
Negara-negara Arab memboikot Qatar sejak pertengahan 2017 dan menuntut Doha segera menutup pangkalan militer Turki di Qatar.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
DUBAI, SENIN -- Kehadiran pasukan Turki di pangkalan militernya di Qatar justru membuat kawasan Teluk Arab tidak stabil dan berkontribusi pada polarisasi negatif. Uni Emirat Arab (UEA) menilai perkembangan yang terjadi Qatar itu merupakan sebuah situasi yang darurat bagi kawasan Teluk Arab.
Menteri Negara untuk Urusan Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, mengunghkapkan kekhawatirannya itu melalui akun twitter, Minggu (11/10/2020). "Ini justru memperkuat polarisasi dan tidak mempertimbangkan kedaulatan negara dan kepentingan negara-negara di teluk beserta rakyatnya," tulis Gargash.
UEA dan negara-negara sekutunya Arab sudah memboikot Qatar sejak pertengahan 2017 dan menuntut Doha segera menutup pangkalan militer Turki di Qatar. Ini menjadi salah satu persyaratan untuk mengakhiri perselisihan diantara Qatar dan negara-negara tetangganya itu. UEA dan Turki sama-sama terlibat dalam konflik Libya.
Amerika Serikat yang menginginkan agar negara-negara di Teluk bersatu melawan Iran sudah mencoba membantu menyelesaikan masalah pada hubungan politik, perdagangan, dan perjalanan antara Arab Saudi, UEA, dan Mesir dengan Qatar.
Hubungan mereka dengan Qatar terganggu karena Qatar dituding mendukung kelompok militan dan terlihat berteman dengan Iran.
Namun, Qatar membantah tuduhan itu dan menganggap boikot negara-negara tetangganya itu justru sebenarnya mau melanggar kedaulatannya. Bagi AS, posisi Qatar penting karena AS membangun pangkalan militernya di Doha.
Diplomat untuk Timur Tengah di Kementerian Luar Negeri AS, David Schenker, Jumat lalu, mengatakan kemungkinan akan ada perkembangan positif terkait penyelesaian masalah di teluk dalam beberapa pekan ke depan.
Ada gejala fleksibelitas dalam proses perundingan itu menjelang pemilihan Presiden AS, 3 November 2000.
Sejumlah sumber diplomat mengonfirmasi adanya pembicaraan antara Riyadh dan Doha setelah perundingan sebelumnya yang gagal pada awal tahun ini. Namun belum dikabarkan ada tanda-tanda perkembangan baru dari pembicaraan itu.
Dalam sebuah film dokumenter yang baru-baru ini ditayangkan di stasiun TV Al Jazeera menteri pertahanan Qatar menuduh negara-negara Arab yang memboikot justru berencana menginvasi Qatar.