Carlo Acutis mengumpulkan mukjizat ekaristi yang pernah terjadi dalam sejarah panjang Gereja Katolik. Dia menggunakan semua pengetahuan dan bakat komputernya untuk membuat situs web yang menelusuri sejarah itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
ASSISI, SABTU – Carlo Acutis secara resmi mendapatkan gelar beato atau yang terberkati dari Gereja Katolik, Sabtu (10/10/2020). Pemuda Italia yang meninggal karena leukemia pada usia 15 tahun ini menjadi warga milenial pertama yang mendapat gelar itu dari Vatikan. Dengan gelar beato, Acutis berada satu tahap sebelum ditetapkan sebagai orang suci atau santo dalam tradisi Katolik Roma.
Dalam Christus Vivit, seruan apostolik yang diterbitkan setelah Sinode Para Uskup tahun 2018 tentang kaum muda, Paus Fransiskus menilai Acutis adalah sosok yang layak sebagai contoh dan model kesucian di era digital. Ia disebut-sebut layak sebagai santo pelindung internet. Acutis lahir pada tahun 1991 dan dikenal sangat berbakat dengan komputer.
Pada usia 11 tahun, Acutis mulai menyelidiki mukjizat ekaristi yang pernah terjadi dalam sejarah panjang Gereja Katolik. Dia menggunakan semua pengetahuan dan bakat komputernya untuk membuat situs web yang menelusuri sejarah itu. Lewat situs http://www.miracolieucaristici.org, ia menyajikan mukjizat-mukjizat ekaristi dari seluruh negara di dunia.
”Sejak kecil dia mengalihkan pandangannya kepada Yesus. Cinta pada ekaristi adalah fondasi yang menjaga hubungannya dengan Tuhan tetap hidup. Dia sering mengatakan, ’Ekaristi adalah jalan lapang saya menuju surga’,” kata Kardinal Agostino Vallini, mewakili Kepausan, dalam khotbahnya pada perayaan misa beatifikasi Acutis di Assisi, Italia.
Ekaristi adalah ibadah misa yang dilaksanakan umat Katolik. Seperti dikutip media CNA, Kardinal Vallini menambahkan, ”Carlo merasakan kebutuhan yang kuat untuk membantu orang menemukan bahwa Tuhan dekat dengan kita dan bahwa indah bersamanya untuk menikmati persahabatan dan rahmat-Nya.”
Surat apostolik dari Paus Fransiskus menyatakan bahwa pesta peringatan atas Carlo Acutis akan berlangsung setiap tahun pada 12 Oktober, tanggal peringatan kematiannya di Milan pada 2006 silam.
Surat apostolik dari Paus Fransiskus dibacakan dengan lantang pada misa itu. Paus menyatakan, pesta peringatan atas Acutis akan berlangsung setiap tahun pada 12 Oktober, tanggal peringatan kematiannya di Milan pada 2006.
Misa beatifikasi Acutis dihadiri sekitar 3.000 orang di Assisi. Mereka termasuk orang-orang yang secara pribadi mengenal Acutis dan banyak anak muda lainnya yang terinspirasi oleh kesaksiannya.
Pengabdian iman
Acutis lahir di London, Inggris, dari orangtua warga Italia. Keluarganya pindah ke Milan saat Acutis masih kecil. Dia sejak usia dini telah menunjukkan pengabdian iman yang kuat. Hal itu dirasakan mengejutkan bagi kedua orangtuanya mengingat mereka relatif awam dalam beragama.
Kepada koran Corriere della Sera, Antonia Salzano, ibu Acutis, mengaku Acutis di usia tiga tahun meminta untuk mengunjungi gereja-gereja yang mereka lewati di Milan. Ia menilai berkat anaknyalah ia kembali pada iman dan pengharapan.
“Ada dalam dirinya kecenderungan alami untuk menjadi suci,” kata Salzano tentang sang anak. “Carlo menyelamatkanku. Saya adalah seorang yang buta secara iman.”
Dia ditempatkan di jalan menuju kesucian setelah Paus Fransiskus menyetujui mukjizat yang dikaitkan dengan Acutis, yakni penyembuhan seorang anak laki-laki Brasil berusia 7 tahun dari kelainan pankreas yang langka. Ia dipercaya mengalami mukjizat setelah melakukan kontak dengan peninggalan Acutis, yakni sepotong dari salah satu kaosnya.
“Saya yakin dia sudah menjadi orang suci saat masih hidup,” kata sang ibu sambil menceritakan pengalaman sang anak mendoakan salah satu perempuan yang sakit kanker. Ibu itu diketahui kemudian sembuh. Penyelidikan maupun mukjizat terverifikasi lainnya diperlukan otoritas Gereja untuk menetapkan Acutis sebagai seorang santo.
Acutis dimakamkan di kota Assisi atas permintaannya sendiri. Sepanjang hidupnya, Acutis adalah pengagum Santo Fransiskus dari Assisi—salah satu santo dalam Gereja Katolik—atas dedikasinya kepada orang miskin. Jasad Acutis yang masih utuh, dengan balutan pakaian olahraga dan sepatu kets, telah dipamerkan untuk dihormati di sebuah tempat perlindungan di kota itu.
Merujuk pada kesaksian yang disampaikan sang ibu, Acutis memberi tahu bahwa dia akan memberinya banyak tanda kehadirannya setelah kematian. “Sebelum dia meninggalkan kami, saya mengatakan kepadanya: Jika di surga kelak, temukan sahabat berkaki empatku, namanya Billy, anjing masa kecil saya yang tidak pernah dia kenal,” kata Salzano.
Suatu hari Salzano mendapat telepon dari seorang bibinya. Saudarinya itu mengatakan “Saya melihat Carlo dalam mimpi malam ini. Dia memeluk Billy.” (AP)