Teka-teki Kesehatan Orang Paling Berkuasa di Negeri Adikuasa
Kesimpangsiuran informasi tentang kondisi kesehatan Donald Trump membuat sejumlah pihak mendesak pembentukan komisi independen untuk memeriksa kesehatan Presiden AS.
Presiden adalah jabatan dengan tugas yang berat dan Presiden Amerika Serikat adalah pekerjaan yang lebih berat lagi. Setiap saat, Presiden AS harus terlihat bugar dan mampu bertugas. Namun, sejarah mencatat banyak kebohongan soal kondisi kesehatan para presiden AS.
Hampir 101 tahun lalu, Woodrow Wilson terkena stroke dan lumpuh pada 1919. Nyaris tidak ada yang membahasnya selama berbulan-bulan. Informasi itu baru dibahas pada Februari 1920.
Kemudian, hampir 10 tahun setelah selamat dari Perang Dunia II, Dwight Eisenhower kembali selamat dari serangan jantung pada 1955. Mantan panglima tertinggi Sekutu di Eropa dan Presiden AS periode 1953-1961 itu berusaha mengecilkan dampak serangan jantung yang dideritanya.
Demikian pula John F Kennedy yang bertahun-tahun menyembunyikan dampak penyakit gangguan hormon (addison) yang dideritanya. Penyakit ini membuatnya mudah lelah, nyeri otot, dan lemah.
Baca juga : Kasak-kusuk Rahasia Kondisi Kesehatan Presiden AS
Kini, teka-teki soal kondisi kesehatan Presiden AS kembali meruak dengan informasi Donald Trump terinfeksi Covid-19. Masuk rumah sakit, Jumat (1/10/2020) malam, ia sudah kembali ke Gedung Putih, Senin (5/10/2020) sore. Bahkan, ia melepas masker di depan kerumunan orang.
Tim dokter kepresidenan menyebut Trump hanya menderita gejala ringan. Sementara, informasi perawatan Trump menunjukkan ia tidak dalam kategori bergejala ringan. Ia, antara lain, harus diberi bantuan pernapasan dan diberi obat antipembengkakan otot.
Pengakuan bahwa Trump diberi tambahan oksigen dan obat antipembengkakan otot mengindikasikan kondisinya memburuk. Hal itu, antara lain, disampaikan pakar penyakit infeksi di rumah sakit Massachusetts, Rochelle Walensky.
”Biasanya Anda mulai (memberi) deksametason ketika khawatir (kondisi) pasien memburuk,” ujarnya.
Pakar penyakit infeksi di Emory School of Medicine, Carlos del Rio, berpendapat senada. Hanya pasien dalam kondisi parah yang diberi obat itu. ”Tak jelas bagi saya, mengapa mereka (tim dokter kepresidenan) memberi dia (Trump) itu (deksametason) jika tidak membutuhkan,” katanya.
Baca juga : Kompetisi Menuju Gedung Putih Semakin Tidak Pasti
Dalam panduan dari Institut Kesehatan Nasional (NIH) disebut, obat antipembengkakan otot diberikan kepada pasien Covid-19 yang menunjukkan gejala parah. Obat diberikan untuk mencegah paru-paru cidera dan kegagalan fungsi organ lain. NIH merekomendasikan deksametason kepada pasien yang membutuhkan pasokan oksigen tambahan. Pada pasien yang tidak butuh pasokan oksigen tambahan, NIH tidak menganjurkan pemberian deksametason.
Komisi independen
Kesimpangsiuran informasi tentang kondisi kesehatan Trump membuat sejumlah pihak mendesak pembentukan komisi independen untuk memeriksa kesehatan Presiden AS. Trump sudah 74 tahun dan terinfeksi lalu capres AS dari Demokrat rivalnya, Joe Biden, berusia 77 tahun. Fakta ini semakin mendorong alasan pembentukan komisi itu.
”Mungkin tidak semua perincian disampaikan ke khalayak. Akan tetapi, ada pihak independen yang bisa menyatakan bahwa orang ini (presiden) sehat,” kata pakar kesehatan Presiden AS dari Brown University, Rose McDermott.
Kebebasan mendapat informasi soal kondisi kesehatan Presiden AS sulit didapat dengan komposisi dokter kepresidenan yang biasanya seorang tentara. ”Dia dokter presiden, dan presiden juga panglimanya. Dengan demikian, jika presiden tidak suka, dia (presiden) bisa memecatnya. Dia (presiden) juga bisa bertindak seperti mengambil pensiunnya (dokter kepresidenan),” ujar McDermott.
Dalam beberapa kesempatan, Sean Conley, perwira Angkatan Laut AS yang menjadi dokter Trump, menolak mengungkap kondisi kesehatan Trump. Ia beralasan terikat aturan kerahasiaan medis antara pasien dan dokter.
Baca juga : Partai Republik Jalani Kampanye Pemilu AS Tanpa Capres dan Tokoh Utama
Matthew Algeo, penulis buka tentang kebohongan-kebohongan pemimpin AS, memaparkan bahwa presiden tak diwajibkan mengungkap kondisi kesehatannya. Karena itu, tidak mengejutkan apabila presiden AS tidak mau terbuka pada isu itu. Apalagi, Trump sedang menghadapi pemilu sehingga sekarang ini bukan saat yang tepat untuk terlihat lemah.
”Presiden benci terlihat lemah, semua politisi benci itu. Mereka akan melakukan apa pun untuk menghindarinya,” kata Algeo.
Waswas di Gedung Putih
Sejumlah pekerja rumah tangga Kepresiden AS mengaku cemas. Awal pekan ini, dua pegawai Rumah Tangga Kepresidenan positif terinfeksi Covid-19. Mereka bekerja di lantai 3 Gedung Putih dan tidak berdekatan dengan Trump.
Di Gedung Putih, total ada 90 pegawai tetap dan 250 pegawai paruh waktu. Sebagian besar tidak berinteraksi dengan presiden dan keluarganya yang tinggal di lantai dua dan lantai tiga Gedung Putih. Presiden dan keluarga pun lebih banyak di lantai dua.
Baca juga : Keluarnya Trump dari Rumah Sakit Memicu Kontroversi Baru
Di lantai tempat tinggal presiden dan keluarga, pelayan utama dan pramuwisma paling kerap bertugas. Pelayan utama menyajikan makanan, kudapan, dan penganan ringan lain. Sementara pramuwisma mengurus binatu, membersihkan kamar tidur dan kamar mandi. Pekerjaan itu membuat mereka paling kerap berdekatan dengan presiden dan keluarganya.
Sebagian pelayan utama pun sudah berusia di atas 50 tahun. Hal itu membuat mereka semakin berisiko tertular Covid-19. Selain itu, mereka juga harus berdekatan dengan orang-orang yang bolak-balik tidak mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah infeksi.
Bagian Rumah Tangga Kepresidenan memang menyatakan telah melakukan perlindungan optimum. Pekerja yang rutin berkontak atau berdekatan dengan presiden dan keluarganya akan dites setiap hari. Sementara pekerja yang tidak berkontak langsung dites setiap dua hari.
Kepada kantor berita Associated Press sejumlah anggota Paspampres dan pegawai Gedung Putih mengaku cemas tertular. Mereka juga marah dengan ketidakpatuhan para tokoh penting AS pada protokol kesehatan. Sayangnya, mereka tidak berbuat apa-apa. Mereka mengaku hanya keberuntungan yang membuat mereka tidak tertular.
Baca juga : Rantai Suksesi AS Aman
”Para komandan selalu ingin melindungi keluarga Presiden. Walakin, ada kekhawatiran soal pegawai akan sakit atau tidak,” kata Kate Andersen Brower, penulis buku The Residence: Inside the Private World of the White House.
Brower berbicara dengan tiga anggota senior Paspamres AS. Mereka sudah bekerja hampir 30 tahun menjadi pengawal presiden. Mereka berharap bisa pensiun dengan tenang. Kepada Brower, para anggota senior itu mengaku cemas atas kondisi kesehatan pegawai Gedung Putih.
Baca juga : Biden Usul Debat Kedua Dibatalkan Selama Trump Masih Positif-19
Selain Trump, orang di Gedung Putih yang tertular Covid-19, antara lain, adalah istri Trump, Melania, dan Sekretaris Pers Kayleigh McEnany. Seperti Trump, Melania dan McEnany berulang kali tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak.
Sejumlah anggota Paspampres AS menyebut, selama ini mereka dilatih untuk menghadapi ancaman berbentuk penembakan, pengeboman, atau penggunaan senjata kimia dan senjata biologis.
Kini, mereka terancam karena kecerobohan orang-orang yang harus mereka lindungi. Juru Bicara Pasmpares AS Julia McMurray menyebut, semua upaya perlindungan telah dilakukan kepada orang yang harus dilindungi serta anggota Paspampres dan keluarganya. (AFP/AP/REUTERS)