China Bahas Penilaian Calon Vaksin Covid-19 Buatannya dengan WHO
China mulai membahas penilaian calon vaksin Covid-19 buatannnya dengan WHO sebelum diproduksi massal.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SINGAPURA, RABU — China hingga Rabu (7/10/2020) masih membahas calon vaksin Covid-19 buatannya agar bisa dinilai oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Langkah awal ini dilakukan sebelum diproduksi dan didistribusikan ke banyak negara.
Ratusan ribu pekerja dan kelompok masyarakat lain di China yang memiliki risiko tinggi telah diberi calon vaksin Covid-19 yang belum selesai diuji klinis. WHO memberikan dukungan atas kampanye China tersebut meski para pakar kesehatan khawatir langkah ini memunculkan masalah keamanan.
Pejabat Komisi Kesehatan Nasional China, Zheng Zhongwei, Selasa (6/10/2020), menyampaikan, China memulai program penggunaan calon vaksin Covid-19 untuk keadaan darurat Juli lalu dan telah berkonsultasi dengan WHO.
”Di akhir Juni, Dewan Negara China menyetujui rencana program penggunaan vaksin Covid-19,” ujar Zheng. ”Setelah disetujui, kami berkomunikasi dengan perwakilan WHO di China dan mendapatkan dukungan dari mereka,” katanya.
Koordinator Obat Esensial dan Teknologi Kesehatan WHO Pasifik Barat, Socorro Escalate, mengatakan, dalam sebuah jumpa pers virtual, China telah melakukan pembicaraan awal dengan WHO agar calon vaksinnya dimasukkan dalam daftar penggunaan darurat.
Mariangela Simao, Asisten Direktur Jenderal WHO, mengatakan, setiap negara memiliki kewenangan untuk menyetujui penggunaan darurat produk kesehatan apa pun sesuai dengan aturan nasionalnya masing-masing.
Sebelumnya, Direktur Ilmiah WHO Soumya Swaminathan mengatakan, penggunaan darurat calon vaksin Covid-19 merupakan ”solusi sementara” dan solusi jangka panjangnya bergantung pada hasil uji klinis tahap ketiga.
Prosedur penggunaan untuk keadaan darurat memungkinkan vaksin atau obat yang belum mendapat izin untuk dinilai dan dipakai secepatnya dalam situasi darurat kesehatan masyarakat. Mekanisme ini membantu anggota WHO dan badan pengadaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memudahkan keberterimaan vaksin tersebut.
”Melalui mekanisme penggunaan darurat kualitas, keamanan, dan kemanfaatan calon vaksin bisa dinilai... dan kemudian bisa diurus izinnya,” uja Escalante.
Saat ini, China memiliki setidaknya empat calon vaksin Covid-19 yang sudah dalam tahap uji klinis fase ketiga, dua dikembangkan oleh China National Biotec Group (CNBG) yang merupakan badan usaha milik negara serta masing-masing satu dari Sinovac Biotech dan CanSino Biologics.
Uji klinis calon-calon vaksin itu dilakukan di Pakistan, Indonesia, Brasil, Rusia, dan Uni Emirat Arab (UEA). Menurut Zheng, kapasitas produksi vaksin Covid-19 China ditargetkan mencapai 610 juta dosis pada akhir 2020 dan naik menjadi 1 miliar dosis pada 2021.
Bulan lalu, UEA mengizinkan penggunaan calon vaksin dari CNBG untuk kondisi darurat yang merupakan izin penggunaan calon vaksin China pertama di dunia. Izin ini keluar hanya enam minggu sejak uji klinis dimulai di negara Teluk itu.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte, bulan lalu, menuturkan, pihaknya akan memprioritaskan pengadaan vaksin Covid-19 dari China dan Rusia untuk mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 dalam negerinya. (REUTERS)