Otoritas AS Akui Potensi Penularan Covid-19 melalui Udara
Virus korona penyebab Covid-19 menyebar terutama melalui percikan batuk dan bersin orang yang terinfeksi. Partikel udara yang lebih kecil atau aerosol berpotensi juga menyebarkan virus.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW YORK, SELASA — Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau CDC Amerika Serikat menyatakan, virus korona penyebab Covid-19 bisa menyebar lebih dari 2 meter di udara terutama dalam ruang tertutup dengan ventilasi yang buruk, Senin (5/10/2020). Meski begitu, kejadian seperti itu jarang dan panduan pembatasan sosial seperti yang ada sekarang masih relevan.
Selama ini, CDC menyebutkan bahwa virus SARS-CoV-2 umumnya menyebar melalui percikan dari orang yang terinfeksi ketika ia batuk atau bersin. Mayoritas panduan CDC tentang pembatasan sosial ditetapkan berdasarkan informasi itu, 2 meter merupakan jarak aman orang yang tidak memakai masker.
Meski begitu, para pejabat CDC juga mengetahui adanya bukti yang semakin banyak bahwa virus korona terkadang bisa menyebar dalam percikan yang lebih kecil yang disebut aerosol, yang bisa menyebar dalam area yang lebih luas dari droplet biasa.
Dalam panduan terbaru yang diunggah di laman resminya, CDC mengakui adanya penelitian terbaru yang menunjukkan orang positif Covid-19 menularkan kepada orang lain yang berjarak lebih dari 2 meter. CDC menyebut kasus seperti ini ”terbatas, situasi yang tidak biasa”.
Dalam kasus seperti itu, penyebaran terjadi dalam ruang tertutup dengan ventilasi yang buruk di mana orang melakukan aktivitas yang membuat napas berat, seperti bernyanyi atau berolahraga.
Orang bisa melindungi dirinya dengan berjarak setidaknya 2 meter dari orang lain, memakai masker, mencuci tangan, membersihkan permukaan yang disentuh, dan tetap berada di rumah ketika sakit.
Namun, beberapa pakar menyalahkan panduan terbaru dari CDC itu. Mereka mengatakan, virus korona bisa menyebar lebih mudah dari yang CDC sampaikan. Publik harus memakai masker meski ketika berada dalam kerumunan di luar ruang dengan pembatasan jarak lebih dari 2 meter.
”Virus korona menyebar di udara dan tidak ada batas yang jelas. Lebih dari 2 meter juga tidak aman. Kita jangan melepas masker ketika berjarak 2 meter,” kata pakar kesehatan Donald Milton dari University of Maryland School of Public Health.
Bulan lalu, CDC memicu kontroversi di antara para ahli karena diam-diam mengunggah panduan yang menyiratkan perubahan sikap CDC. Di hari itu juga, unggahan itu dicabut.
Melalui unggahan yang berumur pendek itu, CDC menyatakan, virus korona tetap berada di udara dan bisa menyebar lebih dari 2 meter. Disebutkan juga pentingnya ventilasi dalam ruangan. Panduan ini juga menambahkan bernyanyi dan bernapas ke dalam aktivitas yang bisa menyebarkan virus korona melalui udara.
Otoritas kesehatan federal kemudian menyebut bahwa panduan itu keliru, tetapi sudah dirilis sebelum selesai diedit dan disetujui. Mereka menegaskan tidak ada perubahan besar dalam panduan CDC dan akan mengumumkan dengan jelas sikap CDC. Itulah yang kemudian diunggah pada Senin (5/10/2020).
Sekelompok kecil peneliti, termasuk Milton, menerbitkan artikel di jurnal Science yang menyerukan panduan kesehatan yang lebih jelas soal bagaimana virus korona menyebar di udara.
”Realitasnya ialah penularan melalui udara merupakan cara yang paling umum terjadi pada kontak yang lama dan erat,” kata para peneliti itu.
Virus korona dalam aerosol tetap berada di udara dalam hitungan detik hingga jam, menyebar lebih dari 2 meter dan berakumulasi dalam udara dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk hingga bisa menginfeksi orang. Oleh karena itu, fokus saat ini seharusnya adalah mencegah terjadinya penularan melalui udara.
Mereka juga mengatakan bahwa otoritas kesehatan perlu memakai bahasa yang jelas dalam membedakan partikel percikan atau droplet dari bersin atau batik dengan partikel aerosol yang lebih kecil. (AP/REUTERS)