Pemadaman Kebakaran di AS Telan Biaya 17 Kali APBN 2020
Untuk pertama kali sejak 1933, luas lahan yang terbakar di California melebihi 2 juta hektar. Di Indonesia, lahan terbakar pada 2020 kurang dari 80.000 hektar.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
CALIFORNIA, SENIN — Sejak awal Januari 2020 hingga Oktober ini, Amerika Serikat menghabiskan dana melebihi 17 kali lipat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia 2020 untuk mengatasi kebakaran lahan. Luas lahan terbakar mencapai 5,1 juta hektar atau 58 persen luas Riau, salah satu provinsi yang kerap menjadi pusat kebakaran lahan di Indonesia.
California menjadi daerah terparah dengan lahan terbakar mencapai 2,043 juta hektar dan membutuhkan biaya penanganan 7,4 miliar dollar AS. Sementara 3,5 juta hektar lain lahan yang terbakar tersebar di berbagai penjuru AS dan membutuhkan biaya penanganan 5,218 miliar dollar AS.
Dengan asumsi nilai tukar Rp 14.000 per 1 dollar AS, Washington membelanjakan Rp 39.044 triliun untuk mengatasi kebakaran lahan sepanjang 2020. Nilai itu setara 17,4 kali APBN Indonesia 2020 yang jumlahnya mencapai Rp 2.233 triliun.
”Angka itu menakutkan dan terus berkembang,” kata juru bicara Dinas Pemadam Kebakaran California (Cal Fire), Scott McLean, Minggu (4/10/2020) siang waktu California atau Senin dini hari WIB.
Sebagai pembanding, luas lahan terbakar di Indonesia pada 2020 kurang dari 80.000 hektar. Lokasi kebakaran di Indonesia masih terpusat di segitiga Riau-Jambi-Sumatera Selatan dan sebagian Kalimantan. Indonesia mencatat angka terburuk pada 1997-1998 kala total lahan terbakar mencapai 8 juta hektar.
Cal Fire mencatat, kebakaran 2020 melonjak dratis dibandingkan pada 2018 dan 2019. California mencatat lebih dari 8.200 lokasi kebakaran yang menewaskan 31 orang sepanjang 2020. Sementara pada 2018, tercatat kurang dari 700.000 hektar lahan terbakar di negara bagian yang terletak di wilayah barat AS itu.
Tahun ini, untuk pertama kali sejak 1933, luas lahan yang terbakar di California melebihi 2 juta hektar. ”Tahun ini jauh dari selesai dan peluang kebakaran tetap tinggi. Mohon selalu waspada,” ujar McLean.
Pakar kebakaran dari Universitas Alberta, Mike Flannigan, menyebut bahwa kebakaran lahan di California meningkat hingga lima kali lipat sejak 1970.
”Kuncinya di suhu, semakin panas, kian lama musim kebakaran. Ini tahun yang belum pernah terjadi dan tidak ada penyembuh untuk kebakaran lahan. Kita harus belajar hidup di tengah kebakaran dan berdekatan dengan asap,” ujar Kepala Western Partnership for Wildland Fire Science di University of Alberta, Kanada, itu.
Ia menyebut, penyebab terbesar kondisi ini ialah perubahan iklim yang dipicu aktivitas manusia. Penggunaan batubara, minyak, dan gas bumi menyebabkan suhu permukaan bumi terus meningkat. Beberapa tahun terakhir, rekor suhu terpanas bolak-balik terpecahkan di sejumlah kota di dunia.
Pada September 2020, sebagian warga California sampai melihat matahari berwarna merah gara-gara tertutup asap kebakaran lahan. Warga setempat menyebut California berubah menjadi Mars karena semua terlihat kemerahan.
Angin
McClean mengatakan, salah satu kondisi alam yang terus diperhatikan adalah angin. Semakin kencang dan lama angin, kian besar dan luas kebakaran. Dalam kondisi kebakaran meluas, upaya pemadaman semakin sulit. Pesawat pemadam tidak bisa beroperasi di tengah asap pekat.
Untunglah beberapa hari terakhir ada daerah-daerah yang anginnya kurang dan asapnya tidak pekat. ”Di beberapa daerah, kami bisa menggunakan pesawat. Kami menyiram beberapa daerah dengan menggunakan pesawat,” ujarnya.
Kecemasan atas kondisi angin dipicu prakiraan cuaca pada pertengahan pekan lalu. Wilayah barat AS diprakirakan diterpa angin kencang dan kering. ”Kalau cuaca seperti prakiraan, kita akan limbung,” kata McClean.
Cal Fire telah mengerahkan belasan ribu orang untuk memadamkan kebakaran di berbagai penjuru. Wilayah selatan California menjadi pusat kebakaran. Di sana, banyak semak kering sehingga mudah terbakar. Untung embusan angin tidak sekencang yang diprakirakan. (AP/REUTERS)