Setelah dihentikan hampir tujuh bulan, umat Islam bisa memulai kembali ibadah umrah di Tanah Suci. Pelaksanaan umrah di tengah pandemi dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat dan dalam jumlah kelompok kecil jemaah.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
RIYADH, SENIN — Setelah dihentikan sejak akhir Februari lalu, Pemerintah Arab Saudi kembali membuka pintu Masjidil Haram di kota suci Mekkah bagi jemaah umrah. Pelaksanaan ibadah umrah tidak berbeda dengan pelaksanaan ibadah haji yang digelar secara terbatas dan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Menurut kantor berita Kerajaan Arab Saudi, SPA, Minggu (4/10/2020), rombongan jemaah umrah pertama tiba di Mekkah pada Sabtu (3/10/2020) dini hari. Berdasarkan keputusan Kementerian Haji dan Umrah Pemerintah Arab Saudi, pada tahap pertama, Arab Saudi mengizinkan tidak lebih dari 6.000 jemaah, yang terdiri dari warga Arab Saudi dan ekspatriat, datang dan beribadah di Masjidil Haram.
Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Mohammad Benten, pekan lalu, mengatakan bahwa keputusan pembukaan kembali ibadah umrah diambil oleh pemerintah setelah mendengar aspirasi dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Pembukaan kembali ibadah umrah, kata kementerian, merupakan aspirasi umat Islam dari dalam dan luar negeri.
”Dalam suasana iman dan dengan hati yang yakin, jemaah gelombang pertama memulai ibadah umrah sesuai dengan tindakan pencegahan yang ditetapkan,” kata Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi melalui Twitter.
Para jemaah yang akan melakukan ibadah umrah harus mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Sama dengan perlakuan terhadap para jemaah haji saat musim haji terbatas yang lalu, Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengatur jadwal pelaksanaan umrah secara ketat.
Dari 6.000 jemaah yang sudah hadir di Mekkah, mereka akan dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil, yakni 20-25 orang per kelompok, untuk melakukan rangkaian ibadah umrah, termasuk tawaf dan sai, di kompleks suci Masjidil Haram. Juga tidak dijelaskan pengaturan pengambilan mikat atau tempat memulai niat untuk beribadah umrah yang biasanya dilakukan di beberapa titik di luar Mekkah.
Protokol kesehatan
Saat melakukan rangkaian ibadah, setiap kelompok kecil jemaah wajib mengenakan masker untuk menutup sebagian wajah mereka, khususnya hidung dan mulut. Mereka juga akan didampingi oleh petugas kesehatan dan tim medis yang bersiap jika terjadi sesuatu pada diri jemaah.
Sensor suhu tubuh dipasang di beberapa titik pintu masuk kompleks suci Masjidil Haram. Keselamatan, kenyamanan dan kesehatan para ”tamu Allah SWT” adalah prioritas kerajaan, kata kepala pengelola dua masjid Suci, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Selama berada di dekat Kabah, para jemaah—seperti halnya para jemaah haji—tidak diperkenankan mendekati atau menyentuh bangunan suci umat Islam tersebut. Mereka juga tidak diperkenankan untuk mencium Hajar Aswad, yang lazim dilakukan para jemaah ketika berada di dekat Kabah.
Ribuan petugas kebersihan akan melakukan sterilisasi lokasi ibadah setiap kali satu kelompok selesai melakukan tawaf atau sai sebelum kelompok lainnya datang. Otoritas hanya memberikan waktu tiga jam untuk setiap kelompok berada di lingkungan Masjidil Haram.
”Tahun ini sangat berat dan penuh tragedi. Saya berdoa memohon ampunan Allah bagi seluruh umat manusia,” kata Eman, warga negara Pakistan yang tinggal di Arab Saudi, didampingi putrinya.
Sementara bagi Abu Fahad, jemaah umrah lainnya, dia menikmati ritual ibadah yang santai dan jauh dari keramaian. ”Ini umrah termudah yang pernah saya lakukan," kata warga Arab Saudi itu.
Penambahan bertahap
Pemerintah Arab Saudi secara bertahap akan menambah jumlah jemaah yang diizinkan untuk beribadah menjadi 15.000 per hari pada 18 Oktober mendatang. Di kompleks Masjidil Haram, pemerintah akan membolehkan 40.000 orang berada di kompleks ini dalam satu waktu untuk beribadah.
Jemaah umrah dari luar negeri baru akan diizinkan masuk pada tahap ketiga, mulai 1 November mendatang, ketika kapasitas jemaah dinaikkan menjadi 20.000 orang. Otoritas membolehkan maksimal 60.000 orang berada di kompleks ini di dalam waktu yang bersamaan, khususnya untuk melaksanakan ibadah shalat.
Kementerian Kesehatan akan menyusun daftar negara-negara asal para jemaah yang diizinkan masuk berdasarkan risiko kesehatan. Penyelenggaraan umrah akan diizinkan untuk kembali pada kapasitas penuh setelah ancaman pandemi mereda.
Pembukaan kembali ibadah umrah disambut gembira oleh berbagai kalangan, termasuk warga Arab Saudi. ”Seluruh Mekkah berbahagia hari ini. Ini seperti berakhirnya masa penjara. Kami telah merindukan perasaan spiritual para peziarah yang berada di kota ini,” kata Yasser al-Zahrani, pengemudi taksi daring Uber penuh waktu di Mekkah.
Ia sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan jasa konstruksi. Namun, tiga bulan setelah Arab Saudi menetapkan kebijakan penutupan wilayah secara nasional, ia berhenti dari pekerjaannya tersebut. ”Itu mimpi buruk. Hampir tidak ada pekerjaan untuk menutupi tagihan saya,” ujar Zahrani.
Sebelum pandemi, lebih dari 1.300 hotel dan ratusan toko di sekitar lokasi ibadah, baik di Mekah maupun Madinah, dipenuhi para jemaah yang mengunjungi dua kota suci itu. Kini, banyak toko itu tutup. Jendela dan pintu pun berselimut debu.
Ibadah haji dan umrah merupakan bagian dari tulang punggung perekonomian Arab Saudi. Di bawah inisiatif Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, Arab Saudi tengah mencoba mendorong diversifikasi ekonominya dengan berupaya lepas dari ketergantungan pendapatan terhadap minyak dan energi. Salah satu langkah diversifikasi itu adalah peningkatan jumlah jemaah umrah dari 15 juta pada tahun 2020 menjadi 30 juta pada tahun 2030.
Kegiatan ziarah keagamaan ini menjadi salah satu sumber penghasilan Arab Saudi dengan nilai 12 miliar dollar AS per tahun, mulai dari penginapan, transportasi, hadiah, makanan, dan biaya jemaah. Pandemi Covid-19 telah membuat kegiatan ibadah itu terhenti sementara waktu. Hal ini menyebabkan Arab Saudi kehilangan setidaknya 40 persen pemasukan dari sektor tersebut. (AFP/REUTERS)