Krisis Bahan Bakar di Venezuela Memburuk, Pasokan 3 Tanker Iran Pun Belum Cukup
Dua dari tiga kapal pengangkut bensin dari Iran telah merapat di pelabuhan Venezuela. Tapi, itu tidak cukup membantu kehidupan warga berjalan normal. Kualitas hidup rakyat memburuk, membuat rakyat Venezuela menjerit.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
CARACAS, SENIN — Dua dari tiga kapal tanker Iran yang membawa minyak untuk memenuhi kebutuhan Venezuela telah merapat di Pelabuhan Jose, wilayah timur laut Venezuela. Pelabuhan ini biasa digunakan perusahaan minyak negara, PDVSA, untuk bongkar-muat minyak mereka. Namun, jumlah bahan bakar yang dikirim Iran diprediksi tak akan mencukupi kebutuhan Venezuela yang kini lumpuh karena sanksi ekonomi Amerika Serikat.
Informasi telah bersandarnya dua dari tiga kapal minyak Iran disampaikan Russ Dallen, pemimpin perusahaan investasi, Caracas Capital, yang berbasis di Miami, Florida, AS, Minggu (4/10/2020).
Dallen mengatakan, kapal tanker Iran, Forest, telah merapat di Pelabuhan Jose, Venezuela, Selasa (29/9/2020) pekan lalu, dengan membawa sekitar 275.000 barel bensin. Kemudian, kapal tanker Iran lainnya, Fortune, juga telah ditarik ke perairan Venezuela.
Pemerintah Venezuela kini tengah menanti satu kapal tanker Iran lainnya, Faxon, yang masih dalam perjalanan. Menurut Dallen, kapal tersebut diperkirakan akan mencapai wilayah perairan Amerika Selatan pada akhir pekan ini. Total, ketiga kapal tanker Iran itu mengirimkan sekitar 820.000 barel bensin.
Kedatangan dua dari tiga kapal tanker Iran berisi bensin itu cukup melegakan di tengah maraknya demonstrasi warga di seluruh wilayah Venezuela. Sepekan terakhir ini, setidaknya 100 demonstrasi jalanan berkobar di kota-kota Venezuela, termasuk di wilayah-wilayah terpencil.
Mereka menyuarakan keprihatinan dan kemerosotan kualitas hidup warga akibat sanksi ekonomi yang telah berlangsung lama. Otoritas keamanan bertindak keras dengan menangkap warga dan aktivis yang terlibat dalam demonstrasi-demonstrasi itu.
Iván Freites, Sekretaris Front Persatuan Pekerja Perminyakan Venezuela dan seorang pengkritik Presiden Nicolas Maduro, mengatakan bahwa pengiriman bensin dari Iran belum mampu menyelesaikan kekurangan yang mendalam di negara itu.
Kekurangan produksi
Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, menutup pompa bensin secara nasional karena kekurangan produksi. Jaringan penyulingan 1,3 juta barel per hari milik perusahaan minyak negara, Petroleos de Venezuela (PDVSA), tidak mampu berproduksi maksimal. Sepekan terakhir, mereka hanya mampu memproduksi bensin 50.000 barel per hari.
Bahkan, menurut Freites, kilang Cardon adalah satu-satunya kilang yang masih beroperasi dan hanya memproduksi sekitar 20.000 barel per hari. Kondisi kekurangan pasokan bensin memicu antrean panjang mobil selama berjam-jam di stasiun-stasiun pengisian bahan bakar untuk umum. Dengan konsumsi domestik mencapai 100.000 barel per hari, menurut dia, impor bensin dari Iran tidak akan banyak membantu memenuhi permintaan konsumen.
Kondisi itu memaksa Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan rencana penjatahan yang baru dan akan dimulai, Senin (5/10/2020). ”Rencana untuk normalisasi dan memulai kembali situasi distribusi bensin dimulai pada 5 Oktober,” kata Maduro dalam pidato yang disiarkan oleh televisi, Minggu malam.
”Sepekan terakhir kami telah berhasil memproduksi bensin dan produk lain yang dibutuhkan Venezuela, di samping jumlah bensin yang cukup yang didatangkan dari luar negeri,” kata Maduro.
Pemerintah Maduro menyalahkan Pemerintah Amerika Serikat yang menerapkan sanksi kepada negara itu sebagai penyebab kurangnya produksi bensin. Caracas juga menyatakan, sanksi itu bertujuan agar rakyat Venezuela marah, menggulingkan pemerintahan Maduro, dan kemudian menggantikannya dengan politisi oposisi Juan Guaido.
Hal tersebut dibantah oleh AS. Washington menyatakan, penurunan produksi bensin di Venezuela lebih disebabkan oleh inefisiensi dalam proses produksi dan korupsi karena pengelolaan manajemen perusahaan yang buruk. Dan, hal itu terjadi jauh sebelum sanksi dijatuhkan oleh AS.
Penurunan kualitas hidup
Pengiriman terakhir bahan bakar Iran tidak membuat penduduk kota Urachiche, sebuah kota pertanian kecil di Negara Bagian Yaracuy, terkesan. Di kota inilah, setiap hari dalam sepekan terakhir, warga turun ke jalan untuk menyuarakan keprihatinan mereka karena terjadi penurunan kualitas hidup, termasuk kekurangan pasokan barang.
”Orang-orang turun ke jalan karena kurangnya layanan,” kata seorang pedagang di Urachiche, yang berbicara dengan kantor berita AP tanpa menyebut nama karena takut akan pembalasan dari pihak berwenang.
Dia mengatakan, demonstrasi mereda setelah otoritas mengirimkan tentara dalam jumlah cukup banyak. Keresahan warga terus membara karena pihak berwenang tidak melakukan apa pun untuk meredakan inflasi yang membuat uang mereka tidak berguna. Selain itu, warga resah karena kekurangan gas di rumah mereka. ”Kami memasak dengan kayu bakar,” kata pria tersebut.
Marco Antonio Ponce, Koordinator Observatorium Konflik Sosial Venezuela, mengatakan bahwa protes baru-baru ini menandai tren baru karena terjadi di kota-kota kecil yang biasanya tidak mengalaminya. Menurut dia, demonstrasi makin sering terjadi karena warga di daerah-daerah kekurangan pasokan air dan listrik. Dan, hal itu bisa berlangsung selama satu pekan berturut-turut. Bahkan, di sejumlah daerah, warga kekurangan pasokan bensin selama satu bulan. Hal ini, menurut Ponce, menunjukkan situasi krisis yang semakin buruk.
Dalam catatan Observatorium Konflik Sosial Venezuela, bulan September, terdapat 748 demonstrasi. Rata-rata terjadi 25 aksi setiap hari di seluruh wilayah.
Sedikitnya 30 orang telah ditahan dan beberapa orang terluka saat otoritas keamanan menangani demonstrasi warga. Menurut data Provea, salah satu organisasi kemanusiaan di Venezuela, otoritas keamanan melakukan penggerebekan ilegal untuk mencari orang-orang yang menyuarakan pendapatnya.
Sebuah misi ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa pada awal bulan ini menuduh pemerintah Maduro melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Misi ahli PBB itu menyoroti dugaan adanya kasus penyiksaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh pasukan keamanan dengan menggunakan teknik interogasi yang tidak lazim, mulai dari sengatan listrik hingga mutilasi alat kelamin.
Pihak berwenang Venezuela telah menolak laporan tersebut. Caracas mengklaim laporan itu penuh dengan ”kebohongan” dan bahwa itu ditulis atas perintah Washington dalam serangan terhadap Venezuela. (REUTERS/AP)