Raja Chulalongkorn Studi Banding Kereta Api di Semarang
Raja Chulalongkorn memulai jaringan kereta api di Thailand yang waktu itu disebut Siam dengan diawali studi banding ke Kota Semarang, Jawa Tengah, bulan April 1871.
Oleh
Iwan Santosa
·6 menit baca
Kerajaan Thailand berambisi menjadikan negerinya sebagai pusat transportasi kereta api di Asia Tenggara menghubungkan Vietnam-Kamboja-Laos-Myanmar- Malaysia-Singapura. Kereta cepat pun akan dibangun Thailand menghubungkan Bandara Rayong di Pattaya-Bandara Swarnabumi-Bandara Don Muang. Maharaja Chulalongkorn memulai jaringan kereta api di Thailand yang waktu itu disebut Siam dengan diawali studi banding ke Kota Semarang, Jawa Tengah, bulan April tahun 1871.
Dalam buku Kesusateraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia Jilid I terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Syair Maharaja Siam disebutkan, saking meriahnya sambutan masyarakat terhadap Raja Chulalongkorn, tahun itu keramaian Capgomeh berlangsung dua kali demi menyambut Maharaja Siam.
Disebutkan Raja Chulalongkorn meninggalkan Kota Batavia, Sabtu, 1 April 1871. Meriam ditembakkan bersahutan untuk menghormati keberangkatan kapal kerajaan Pitthayamroyannuyth yang mengantarkan Raja Chulalongkorn dengan total rombongan 208 orang. Dalam Syair Maharaja Siam disebutkan, ada seorang Inggris anggota rombongan Raja Chulalongkorn yang mati dan ditinggalkan, kemudian dimakamkan di Batavia.
Kedatangan Raja Chulalongkorn disambut terbitan koran Bintang Barat di Semarang edisi nomor 27 dengan tulisan khusus menyambut kedatangan Raja Siam. Tepat tanggal 2 April, kapal yang membawa Raja Chulalongkorn dan rombongan sudah tiba di perairan Semarang dan lego jangkar di sana.
Penulis buku Journeys to Java by a Siamese King, Imtip Pattajoti Suharto, menuliskan, setelah lego jangkar di Pelabuhan Semarang, Raja Chulalongkorn turun ke darat tanggal 3 April 1871 dengan dijemput dua kapal Belanda pada pukul 07.00. Raja Chulalongkorn langsung dibawa ke kediaman Residen Semarang. Raja Chulalongkorn disambut di gedung yang kini menjadi Wisma Perdamaian di dekat Bundaran Tugu Muda yang pada zaman VOC pernah menjadi kediaman Nicolas Engerlhard, Gubernur Nord Kust atau Pantai Utara Jawa.
Setelah itu, pada pukul 10.00, Raja Chulalongkorn langsung mengadakan kunjungan kerja dengan meninjau pabrik amunisi, rumah sakit, rumah sakit jiwa, dan pabrik sarung. Semasa itu masih terdapat benteng dan perkubuan Belanda di dekat Stasiun Poncol dan di daerah Jatingaleh di perbukitan.
Pada petang hari pukul 16.00, Raja Chulalongkorn mengunjungi sekolah misi gereja khusus untuk siswi perempuan dan dilanjutkan meninjau stasiun-stasiun kereta dan depo perbaikan lokomotif serta gerbong kereta api di Semarang.
Kota Semarang adalah pusat ekonomi nomor satu di Hindia Belanda. Kota Batavia menjadi pusat pemerintahan, tetapi bisnis berkembang pesat di Semarang yang menjadi pelabuhan ekspor bagi produk komoditas gula serta hasil pertanian dari pedalaman Jawa Tengah dan daerah Swa Praja – Voorstenlanden – yakni wilayah Kerajaan Jawa di Surakarta dan Yogyakarta berikut Kepangeranan Mangkunegara di Surakarta dan Kepangeranan Pakualam di Yogyakarta.
Pada tahun 1870, Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan Undang-Undang Agraria sekaligus mengakhiri Tanam Paksa atau Cultuurstelsel yang berhasil menjadikan Belanda sebagai negeri kaya raya di Eropa Barat melalui ekspor kopi, teh, gula, dan beragam komoditas hasil bumi.
Namun di sisi lain, praktek monopoli negara tersebut dengan kerja sama penguasa lokal di Nusantara mendapat kecaman di Eropa. Belanda akhirnya melakukan reformasi politik dan hukum di Nusantara yang berujung pada Politik Etis pada pergantian awal abad ke-20 yang mendorong emansipasi rakyat Nusantara di bidang pendidikan.
Raja Chulalongkorn secara khusus datang ke Jawa terutama untuk mempelajari teknologi baru dan berbagai “kemajuan” Pulau Jawa yang menurut naturalis Alfred Russel Wallace adalah "Koloni Terbaik di Dunia" karena berhasil mengembangkan agrobisnis dan beragam modernisasi. Salah satu wujud kemajuan zaman waktu itu adalah mesin uap yang digunakan pada kapal api, kereta api, hingga mesin-mesin pabrik gula.
Mesin uap pabrik gula adalah bentuk Revolusi Industri yang pertama-tama masuk ke Pulau Jawa di tahun 1800-an. Selanjutnya kereta api pun diboyong ke Pulau Jawa dengan jalur pertama beroperasi tahun 1867.
Jalur kereta api pertama di Jawa ada di Kota Semarang yang menghubungkan Semarang dan Tanggung sejauh 26 kilometer. Jalur tersebut dengan stasiun tertua sudah hilang dan yang tersisa adalah stasiun yang dibangun berikutnya yakni Stasiun Semarang Tawang dan Stasiun Poncol. Ketika Raja Chulalongkorn tiba, jalur kereta dibangun lebih lanjut menuju Surakarta dari Semarang.
Pegiat sejarah Kota Lama Semarang, Tjahjono Rahardjo, pernah mengantar penulis melihat jalur kereta api pertama yang tersisa berupa Spoor Ban Laan di dekat Pelabuhan Tanjung Emas. Lokasi tersebut kini menjadi daerah hunian warga dan diberi nama Gang Spoor Ban Laan.
“Raja Chulalongkorn meninjau jalur kereta api ke jurusan Kedung Jati. Selanjutnya hubungan baik berlanjut antara Siam dan Pulau Jawa. Ada Konsulat Siam juga di Kota Lama. Itu hiasan Butha di atas pintu masuk tersebut masih tersisa di bekas Konsultan Siam di Semarang,” kata Tjahjono menunjukan bekas perwakilan Diplomatik Kerajaan Siam di kawasan yang kini diusulkan menjadi cagar UNESCO.
Setelah berkeliling Semarang pada pagi hingga petang hari, Residen Semarang menerima Raja Chulalongkorn dalam jamuan makan malam resmi pada pukul 19.00. Selanjutnya Raja Chulalongkorn dan rombongan beristirahat.
Pada tanggal 4 April 1871, Raja Chulalongkorn meninjau lokasi pembangunan salah satu jembatan kereta api. Acara dilanjutkan dengan perjalanan ke perbukitan di selatan Kota Semarang. Pada malam hari diadakan pesta dansa di penginapan Raja Chulalongkorn.
Kunjungan Raja Chulalongkorn pada tanggal 5 April 1871 dilanjutkan ke penjara militer untuk serdadu Eropa. Dalam buku KNIL dalam Catatan Prancis karya Kolonel Jean Rocher terbitan Penerbit Buku Kompas, disebutkan penjara untuk serdadu Eropa terdapat di Poncol yang kini merupakan bagian dari kompleks militer Hasanudin dekat Perumahan Tanah Mas. Raja Siam juga mengunjungi Pengadilan Militer yang terletak tidak jauh dari penjara militer.
Selesai acara, pada malam hari Pangeran Adipati dari Kasunanan Surakarta menampilkan pertunjukan wayang orang bagi Raja Chulalongkorn. Kesenian Jawa sudah populer di Kerajaan Siam terutama dengan diboyongnya seni pertunjukan lakon Panji oleh Raja Mongkut atau Raja Rama IV, ayah Raja Chulalongkorn. Pertunjukan Panji di Siam dikenal sebagai pertunjukan Inao.
Pada tanggal 6 April 1871, Raja Chulalongkorn pamit dan kembali ke kapalnya pada pukul 07.00. Rangkaian upacara penghormatan digelar hingga kapal yang membawa Raja Chulalongkorn meninggalkan Semarang pukul 11.50 dan langsung berlayar ke jurusan Selat Bangka di dekat Kota Muntok tanggal 8 April 1871. Kapal memasuki Selat Lingga dan pada siang tanggal 9 April 1871, rombongan tiba di Singapura untuk singgah hingga tanggal 11 April 1871.
Raja Chulalongkorn tiba kembali di Bangkok tanggal 15 April 1871 dan disambut pesta rakyat yang meriah. Kunjungan pertama meninggalkan kesan mendalam dan persahabatan antara Raja Chulalongkorn dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Selain itu, tumbuh persahabatan antara Raja Chulalongkorn dengan Sultan Surakarta, Sultan Yogyakarta, Pangeran Adipati di Mangkunegara, dan Pakualam serta para bangsawan di Jawa yang berlanjut hingga kunjungan kedua tahun 1896 yang berlangsung selama dua bulan.
Raja Chulalongkorn pernah berkata, selain Bangkok tempat yang bersahabat adalah Pulau Jawa. Rahayu persahabatan Indonesia – Thailand.