Pukulan Pandemi Covid-19 Semakin Berat, Pengangguran di Eropa Terus Meningkat
Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 semakin berat. Kebijakan pembatasan sosial telah membuat aktivitas bisnis melambat. Perusahaan-perusahaan pun mengurangi banyak pekerjanya. Di Eropa, pengangguran terus bertambah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
FRANKFURT, JUMAT — Angka pengangguran di Eropa melonjak dalam lima bulan berturut-turut. Angka pengangguran itu diperkirakan akan terus naik di tengah kekhawatiran bahwa program stimulus pemerintah tidak banyak membantu perekonomian yang terpukul hebat oleh pandemi Covid-19.
Data resmi statistik, Kamis (1/10/2020), menunjukkan bahwa angka pengangguran terbaru di 19 negara Eropa yang menggunakan mata uang euro naik menjadi 8,1 persen pada bulan Agustus 2020 dari sebelumnya 8 persen pada bulan Juli 2020. Jumlah orang yang menganggur naik sebanyak 251.000 orang hingga kini menjadi 13,2 juta orang.
Tingkat pengangguran di Eropa itu relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang terjadi di negara-negara lain. Akan tetapi, para ekonom memprediksi bahwa angka itu bisa menembus dua digit dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan berakhirnya program dukungan upah.
Meluas kembalinya infeksi Covid-19 di banyak negara yang diikuti oleh pembatasan dalam aktivitas bisnis dan kehidupan warga kemungkinan besar akan berdampak luas hingga pada pemutusan hubungan kerja.
Pemerintah negara-negara Eropa telah menyepakati triliunan euro untuk membantu sektor ekonomi dengan memberikan dukungan upah agar para pekerja tetap mendapat gaji.
Di negara dengan perekonomian paling besar di Eropa, yaitu Jerman, sekitar 3,7 juta orang masih mengikuti program dukungan cuti. Dengan ketidakpastian yang masih membayangi, Pemerintah Jerman telah memperpanjang program itu sampai akhir 2021.
Program tersebut membayar lebih dari 70 persen pendapatan pekerja dengan jam kerja pendek atau tanpa jam kerja. Bank Sentral Eropa menyuntikkan 1,35 triliun euro (1,57 triliun dollar AS) untuk mendukung program itu.
Lapangan kerja berkurang
Meski dukungan semacam itu mampu memperlambat gelombang pengangguran, lapangan kerja terus berkurang. Perusahaan di sektor yang paling terdampak, seperti pariwisata, perjalanan, dan restoran, merasakan dampak yang panjang dan terus merumahkan para pekerjanya.
Di ibu kota Portugal, Lisabon, pekerja restoran yang dirumahkan, Mary Lopes (21), tidak dimasukkan dalam skema cuti oleh majikannya. Ia masih menunggu surat keterangan pengangguran. Restoran tempat ia bekerja tutup sejak Maret lalu. Ketika restoran tersebut dibuka kembali, hanya beberapa pekerja yang dipertahankan.
”Saya telah bekerja sejak umur 16 tahun,” ujar Lopes. ”Saya pelayan yang baik. Saya tidak mengerti dengan situasi yang sedang kita hadapi ini.”
Di seluruh dunia, pandemi Covid-19 telah menyebabkan pengangguran yang tinggi. Di luar Uni Eropa dan 19 negara Eropa yang memakai mata uang euro, Inggris juga mengalami kenaikan tajam pengangguran. Pemerintah Inggris berencana mengganti skema cuti akhir Oktober ini dengan versi yang lebih terbatas.
Sejumlah ekonom memperkirakan angka pengangguran di Inggris meningkat dua kali lipat hingga 8 persen pada akhir tahun ini. Minimnya kemajuan dalam kesepakatan dagang dengan Uni Eropa membuat situasi semakin buruk.
Pengangguran di AS
Di Amerika Serikat, angka pengangguran menurun tajam 1,8 persen pada Agustus 2020 menjadi 8,4 persen setelah sebelumnya melonjak selama musim semi. Amerika Serikat, yang memiliki program dukungan tenaga kerja yang lebih sedikit, mengalami lonjakan pengangguran pada Mei lalu yang mencapai 14,7 persen. Angka itu kemudian turun sejalan dengan dibuka kembalinya aktivitas ekonomi dan karantina wilayah di negara bagian.
Pekan lalu, jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun menjadi 837.000 orang. Hal ini mengindikasikan perusahaan-perusahaan masih mengurangi pekerjanya meskipun aktivitas ekonomi sudah mulai bergeliat sejak beberapa negara bagian melonggarkan pembatasannya.
Maskapai-maskapai penerbangan asal AS mulai memberhentikan 32.000 pekerjanya setelah larangan pemutusan hubungan kerja (PHK) dari pemerintah federal berakhir.
Dalam beberapa kasus, resesi telah mempercepat perubahan menyakitkan yang sudah ada sejak sebelum pandemi, seperti perubahan teknologi di industri otomotif. Produsen otomotif Daimler dan Renault, maskapai Lufthansa, perusahaan oli Royal Dutch Shell, dan perusahaan perjalanan TUI telah mengumumkan pemangkasan biaya dan pengurangan pekerja.
Sektor yang juga terdampak paling hebat, antara lain, adalah pekerja dan pemilik usaha kecil di industri jasa yang terus berjuang untuk bertahan hidup, kontraktor independen, dan pekerja sementara. (AP)