Guru Kolombia Penyelamat Anak-anak Menangi Penghargaan PBB
Seorang pendidik di Kolombia terpilih menjadi penerima penghargaan tentang pengungsi oleh PBB. Selama bertahun-tahun sosok itu ikut menyelamatkan anak-anak rentan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
Hidup sebagai seorang guru bagi Mayerlin Vergara Perez tidak semata menjadi pendidik murid-murid di kelas. Secara lebih luas, profesi itu adalah sebuah panggilan untuk membela dan bahkan menyelamatkan kehidupan anak-anak rentan di negaranya, Kolombia.
Puluhan tahun terakhir, perempuan berusia 45 tahun itu menjawab panggilan telepon di tengah malam yang tak terhitung jumlahnya, mendengarkan ribuan kisah tentang penderitaan yang hina, hingga meredakan berbagai krisis tentang anak-anak rentan.
Potret kehidupan Maye, demikian Mayerlin biasa dipanggil, itulah yang menjadi alasan badan pengungsi PBB, UNHCR, memilihnya sebagai penerima Penghargaaan Pengungsi Nansen 2020. Pengumuman itu disampaikan UNHCR pada Kamis (1/10/2020).
”Orang-orang seperti Maye mewakili hal yang terbaik dari kita. Keberanian dan sikap tanpa pamrihnya untuk menyelamatkan dan melindungi beberapa anak paling rentan di dunia adalah hal yang heroik,” kata Ketua UNHCR Filippo Grandi.
”Dia mewujudkan esensi penghargaan ini. Dedikasinya yang tak tergoyahkan telah menyelamatkan nyawa ratusan anak pengungsi dan memulihkan harapan mereka untuk masa depan yang lebih baik.”
UNHCR menyatakan, selama bertahun-tahun Maye ikut menyelamatkan anak-anak yang dieksploitasi dan diperdagangkan secara seksual. Ia melakukan lusinan misi pengintaian berisiko tinggi di titik-titik panas aksi eksploitasi seksual dan prostitusi di Kolombia.
Dia telah memberikan dirinya sendiri tanpa lelah, melewatkan liburan dan pencapaian penting lainnya bersama keluarganya selama bertahun-tahun.
Badan pengungsi PBB itu memuji Maye untuk perjuangannya mendorong hukuman yang lebih keras bagi para pelaku. Maye adalah koordinator regional wilayah Karibia bagi Yayasan Renacer.
Yayasan itu telah membantu lebih dari 22.000 anak dan remaja dari eksploitasi seksual komersial dalam tiga dekade terakhir. Banyak dari mereka yang dibantu adalah anak-anak pengungsi, kata UNHCR, yang penghargaan Nansen merupakan bentuk penghormatan atas layanan luar biasa kepada pengungsi.
Maye adalah koordinator regional wilayah Karibia bagi Yayasan Renacer. Yayasan itu telah membantu lebih dari 22.000 anak dan remaja dari eksploitasi seksual komersial dalam tiga dekade terakhir.
Badan PBB tersebut merayakan komitmen Maye untuk membantu anak-anak korban, sering kali mempertaruhkan keselamatannya sendiri. ”Dengan berjalan kaki, dia menyisir jalanan komunitas terpencil di timur laut Kolombia, tempat penyelundup dan penyelundup manusia bergerak,” demikian UNHCR.
Pada tahun 2009, advokasi Maye menghasilkan dua undang-undang baru, yang mengarah pada hukuman yang lebih keras bagi pendukung eksploitasi seksual anak.
Salah satunya, menetapkan hukuman penjara minimum 14 tahun bagi mereka yang terbukti membantu dan bersekongkol atas eksploitasi seksual anak dan remaja. Yang kedua, menargetkan pemilik perusahaan yang mengizinkan eksploitasi seksual anak di tempat mereka.
”Eksploitasi seksual berdampak besar pada anak, baik secara emosional, psikologis, fisik, maupun sosial,” kata Maye. ”Tubuh mereka telah dianiaya, disalahgunakan, dieksploitasi sedemikian rupa sehingga mereka merasa terasing dari tubuh-tubuh itu, seolah-olah mereka bukan milik mereka.”
Anak-anak di bawah asuhan Maye telah melalui trauma yang hampir tak terbayangkan. Mereka diselamatkan dari sudut jalan, rumah bordil, dan bar tempat mereka dipaksa dieksploitasi secara seksual—terkadang oleh jaringan perdagangan manusia—atau dikeluarkan dari keluarga yang terpojok oleh pelecehan-pelecehan. Proses pemulihan mereka panjang dan penuh gejolak.
”Kekerasan seksual telah menghancurkan kemampuan mereka untuk bermimpi. Itu mencuri senyum mereka dan mengisi mereka dengan rasa sakit, kesedihan, dan kecemasan,” kata Maye. ”Rasa sakitnya begitu dalam, dan kekosongan emosional yang mereka rasakan begitu dalam sehingga mereka tidak ingin hidup.”
Upacara pemberian penghargaan akan diadakan pada Senin, 5 Oktober. Dipandu oleh aktor Meksiko, Alfonso Herrera, gelaran itu akan menampilkan pidato utama oleh novelis Chile, Isabel Allende, yang adalah seorang bekas pengungsi.
Dilembagakan pada tahun 1954, penghargaan tersebut mencakup medali peringatan ditambah dana senilai 150.000 dollar AS. Penghargaan dalam bentuk dana digunakan untuk mendanai proyek yang melengkapi karya pemenang yang sudah ada.
Nama penghargaan itu sendiri diambil dari nama penjelajah asal Norwegia, Fridtjof Nansen. Nansen adalah pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1922 yang merupakan komisioner tinggi pertama untuk pengungsi Liga Bangsa-Bangsa, pendahulu PBB.
Pemenang penghargaan itu pada tahun lalu adalah Azizbek Ashurov, seorang pengacara hak asasi manusia yang berjuang untuk mengakhiri status orang-orang tanpa kewarganegaraan di Kirgistan.
Ashurov membantu Kirgistan menjadi negara pertama di dunia yang mengakhiri kondisi tanpa status kewarganegaraan. Organisasinya membantu lebih dari 10.000 orang mendapatkan kewarganegaraan Kirgistan setelah mereka menjadi tidak memiliki kewarganegaraan pasca-pembubaran Uni Soviet. (AFP)