Efek Trump Positif Covid-19, Sejumlah Bursa Saham Utama Dunia Melorot
Informasi terpaparnya Presiden AS Donald Trump, pemimpin negara dengan perekonomian terbesar di dunia, oleh Covid-19 memberikan efek kejut, sekaligus ketidakpastian bagi para investor global.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, JUMAT — Bursa-bursa saham utama di dunia turun seiring dengan harga-harga komoditas, Jumat (2/10/2020), setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan dirinya dan Ibu Negara Melania Trump positif terpapar Covid-19. Futures Indeks S&P500 dan Dow Jones Industrial Average sempat turun lebih dari 2 persen saat Indeks Stoxx Europe 600 melemah 1 persen pada awal perdagangan saham-saham di Benua Eropa.
Pernyataan terpaparnya Trump oleh Covid-19 sebagai pemimpin negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu memberikan efek kejut sekaligus ketidakpastian bagi investor dan pelaku pasar global. Efek yang paling ditunggu kepastiannya adalah bagaimana dengan nasib pemilihan umum Presiden AS pada 3 November mendatang. Efek terpaparnya Trump oleh virus korona tipe baru itu berkelindan dengan kebijakan-kebijakan AS, terutama terkait perdagangan, kebijakan tarif, serta masalah-masalah lain.
Para analis menilai apa yang terjadi dengan Trump dan istrinya cukup mengejutkan. Pasar menantikan perkembangan ataupun langkah-langkah yang diambil para pihak di AS terkait kebijakan-kebijakan negara itu. ”Ini kejutan besar, benar-benar peristiwa yang bisa berkait satu dengan yang lain,” kata David Page, Kepala Makroekonomi AXA Investment Managers, kepada Bloomberg TV.
Sebagaimana diwartakan, Trump menyatakan dan mengakui dirinya positif Covid-19 melalui akun media sosial Twitter-nya. Pernyataan itu dikeluarkannya tidak lama setelah dia dan Melania dinyatakan akan menjalani karantina. Beberapa jam sebelumnya, penasihat kepresidenan yang dekat dengannya, Hope Hicks, dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Hicks lekat dengan kegiatan kampanye Trump.
”Malam ini, @FLOTUS dan saya dinyatakan positif Covid-19. Kami akan segera memulai proses karantina dan pemulihan. Kami akan melewati ini BERSAMA!" kata Trump.
Perdagangan bursa-bursa saham Asia terpantau ditutup turun pada akhir pekan ini. Bursa saham Shanghai dan Hong Kong kebetulan tutup karena libur. Adapun Indeks Nikkei 225 ditutup melemah 0,7 persen setelah pada awal perdagangan sempat melonjak.
Laporan yang menyebutkan bahwa Pemerintah Jepang tengah mempersiapkan langkah-langkah stimulus baru untuk membantu pemulihan ekonomi dari pandemi hanya memberikan efek peningkatan pasar sementara. Pengumuman tentang tertularnya Trump oleh Covid-19 pun langsung menekan pasar saham.
Pengumuman tentang tertularnya Trump langsung menekan pasar saham.
Hal serupa terjadi di bursa saham Australia. Indeks ASX 200 merosot 1,4 persen ke level 5,79,50. Indeks saham utama di pasar saham Singapura, Thailand, dan Indonesia juga turun. Padahal, bursa saham New York ditutup di area positif pada Kamis (1/10/2020). Indeks S&P 500 naik 0,5 persen, Indeks DJIA naik tipis 0,1 persen di saat Indeks Nasdaq ditutup naik tajam 1,4 persen.
Pasar saham New York
Volatilitas tinggi pasar saham New York cenderung tipikal akhir-akhir ini. Investor ragu-ragu dengan lolosnya kebijakan dana talangan bagi AS. Dana talangan, antara lain, dibutuhkan bagi tunjangan pengangguran warga AS yang terkena pemutusan hubungan kerja, stimulus bagi maskapai penerbangan, dan industri-industri lain yang dilanda efek pandemi.
Ketua DPR Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin dijadwalkan melanjutkan pembicaraan mereka pada Kamis ini. Namun, diperkirakan tidak ada terobosan sebelum perdagangan saham di Wall Street berakhir. Sebaliknya, hanya ada harapan yang secara periodik dilontarkan dan pupus ketika pejabat pemerintah bergantian mengkritik satu sama lain.
”Segalanya tetap cair. Kita semua tahu apa yang dipertaruhkan jika kesepakatan ini tidak dilakukan sebelum pasar tutup,” kata Stephen Innes dari Axi dalam sebuah komentarnya.
Di luar perkembangan politik, investor akan mengawasi data pekerjaan yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat. Data yang dirilis pada Kamis melukiskan gambaran beragam atas ekonomi AS. Satu laporan menunjukkan jumlah pekerja yang mengajukan tunjangan pengangguran pekan lalu turun menjadi 837.000 orang dari 873.000 orang. Jumlah itu di bawah dari harapan atau analisis para ekonom, tetapi relatif tinggi dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi.
Penuh ketidakpastian
Belanja konsumen juga lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Agustus. Hal itu merupakan salah satu kunci pendorong utama ekonomi AS. Namun, pendapatan pribadi warga AS dilaporkan melemah lebih dari yang diharapkan pada bulan lalu. Pertumbuhan di sektor manufaktur negara itu juga jauh dari perkiraan. Dengan kata lain, ketidakpastian atas kondisi ekonomi AS sebagai negara dengan perekonomian terbesar global saat ini masih tinggi.
Setelah maskapai penerbangan dan perusahaan besar lainnya mengumumkan PHK dan cuti bagi karyawannya, bantuan ekonomi lain dari Kongres AS dipandang penting. Menkeu Mnuchin dan Ketua DPR Nancy Pelosi telah bekerja sama secara efektif di masa sebelumnya. Mereka membantu melewati penyelamatan ekonomi yang disetujui oleh Kongres pada bulan Maret.
Namun, perpecahan partisan yang semakin mendalam di AS telah menghambat kemajuan. Dampak ikutannya sangat tidak diharapkan ketika pilpres AS hanya tinggal sebulan lagi.
Dari pasar komoditas dilaporkan, sejumlah harganya juga anjlok. Minyak mentah patokan AS, WTI, kehilangan 1,15 dollar AS (2,9 persen) ke level 37,57 per barel. Adapun minyak mentah Brent yang menjadi standar internasional anjlok 3 persen menjadi 39,40 dollar AS per barel. Mata uang dollar AS juga dilaporkan tertekan. Dollar AS melemah terhadap yen menjadi 105,13 yen per dollar AS dari sebelumnya 105,54. (REUTERS)