American Airlines dan United Airlines Bersiap Merumahkan 32.000 Pekerja
American Airlines saat ini berencana merumahkan 19.000 pekerjanya, termasuk 1.600 pilot. Sementara United Airlines berencana merumahkan 13.000 pekerja, tidak termasuk pilot.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·2 menit baca
CHICAGO, KAMIS — Dua maskapai penerbangan terbesar di Amerika, American Airlines dan United Airlines, bersiap merumahkan lebih dari 32.000 pekerja. Langkah ini diambil karena belum ada kesepakatan terkait stimulus bagi industri penerbangan di Amerika.
Pada akhir September 2020, periode enam bulan stimulus bagi industri penerbangan dengan nilai 25 milliar dollar AS (sekitar Rp 374,5 triliun) telah berakhir. Stimulus itu disepakati Kongres AS pada Maret 2020 sebagai bagian dari CARES Act senilai total 2 triliun dollar AS.
Tanpa bantuan dari pemerintah karena jangka waktu stimulus berakhir, sebagian maskapai AS akan mulai merumahkan pegawainya. Bantuan bagi industri penerbangan AS tetap dibutuhkan karena kondisinya belum membaik.
Menurut Airlines for America, volume penumpang turun hingga 70 persen. Satu dari tiga pesawat di AS menganggur dan industri penerbangan di AS kehilangan 5 miliar dollar AS (sekitar Rp 75 triliun) per bulan.
Dikutip dari Reuters, Rabu (30/9/2020), Chief Executive Officer American Airlines Doug Parker menginformasikan kepada pekerjanya bahwa Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Ketua DPR asal Demokrat Nancy Pelosi masih terus berunding. Meski demikian, sejauh ini belum ada kabar terang terkait hal ini.
American Airlines saat ini berencana merumahkan 19.000 pekerjanya, termasuk 1.600 pilot. Sementara United Airlines berencana merumahkan 13.000 pekerja, tidak termasuk pilot.
Ketika ada stimulus baru, dua maskapai ini juga telah mengumumkan akan membatalkan keputusan untuk merumahkan pekerjanya yang mencakup 13 persen pekerja dua maskapai itu.
Namun, Sara Nelson, Association of Flight Attendants-CWA President, mengingatkan, puluhan ribu pekerja penerbangan akan bangun tanpa pekerjaan ataupun dukungan kesehatan. Dengan fakta itu, Nelson pun mendorong para pemangku kebijakan di AS untuk segera mencapai kesepakatan.
Besok, puluhan ribu pekerja penerbangan akan bangun tanpa pekerjaan atau dukungan kesehatan.
Sementara Nick Calio mengatakan, karena kesepakatan tidak juga tercapai, industri penerbangan kini terus berupaya mencari jalan keluar untuk bertahan akibat dampak Covid-19.
Pandemi virus korona memang mendera industri penerbangan. Setidaknya 46 juta pekerja penerbangan akan terkena dampak terburuk jika warga dunia tidak juga dapat bepergian tanpa waswas.
Industri penerbangan di Australia, misalnya, juga terdampak. Volume penumpang angkutan udara bulan Agustus 2020 di Australia turun 91,5 persen dibandingkan dengan bulan Agustus 2019.
Qantas dan Virgin Australia telah membatalkan seluruh penerbangan rute internasional. Dua maskapai itu kini fokus melayani penerbangan domestik meski volume penumpangnya sangat sedikit. (REUTERS)