Korut Klaim Mampu Tahan Korona dan Fokus Tumbuhkan Ekonomi
Sebelum pandemi, Korut sudah terbebani oleh sanksi internasional yang keras atas program rudal nuklir dan balistiknya. Karena hal itu pula, Pyongyang harus menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
NEW YORK, SELASA — Korea Utara mengaku memiliki penangkal yang andal sekaligus efektif untuk mempertahankan diri dari deraan pandemi serta sanksi internasional, dan kini fokus pada upaya-upaya pengembangan ekonominya.
Hal itu dikatakan Duta Besar Korut untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kim Song. Berbicara di depan Majelis Umum PBB di New York, Selasa (29/9/2020), Kim mengklaim pandemi Covid-19 di negara itu saat-saat ini berada di bawah kendali yang aman dan stabil.
Keamanan dan kestabilan itu adalah buah dari tindakan yang diambil Pyongyang untuk menahan penyebaran virus korona tipe baru penyebab Covid-19. Korea Utara mengatakan tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi, meskipun beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) meragukan klaim itu.
Sebelum pandemi, Korut sudah terbebani oleh sanksi internasional yang keras atas program rudal nuklir dan rudal balistiknya. Karena hal itu pula Pyongyang harus menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan. Selama pandemi, penutupan perbatasan yang ketat dan tindakan lain dilakukan dengan tujuan mencegah wabah Covid-19. Korut juga berjuang untuk mengatasi kerusakan akibat badai dan banjir baru-baru ini.
”Berdasarkan jaminan yang dapat diandalkan untuk menjaga keamanan negara dan rakyat, DPRK sekarang mengarahkan semua upayanya untuk pembangunan ekonomi,” kata Kim, menggunakan nama resmi negaranya di PBB, Republik Demokratik Rakyat Korea.
”Faktanya kami sangat membutuhkan lingkungan eksternal yang mendukung pembangunan ekonomi. Namun, kami tidak bisa menjual martabat kami hanya dengan harapan akan transformasi brilian-martabat yang telah kami pertahankan yang harganya sama dengan hidup kami sendiri. Ini adalah posisi teguh kami.”
Kim mengatakan, Korut masih terancam oleh perangkat keras militer seperti pesawat tempur siluman yang digunakan di Semenanjung Korea dan segala jenis serangan nuklir langsung yang ditujukan ke DPRK.
”Perdamaian sejati hanya dapat dijaga jika seseorang memiliki kekuatan mutlak untuk mencegah perang itu sendiri,” kata Kim. ”Karena kami telah memperoleh penangkal perang yang andal dan efektif untuk pertahanan diri dengan mengencangkan ikat pinggang kami, perdamaian dan keamanan Semenanjung Korea dan kawasan itu sekarang dipertahankan dengan kuat.”
Isinya adalah Korut terus berupaya menekan program senjata nuklirnya. Namun, beberapa negara percaya bahwa mereka mungkin mengembangkan perangkat miniatur nuklir agar sesuai dengan hulu ledak rudal balistiknya.
Para pemantau sanksi PBB independen melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB pada Agustus lalu, isinya adalah Korut terus berupaya menekan program senjata nuklirnya. Namun, beberapa negara percaya bahwa mereka mungkin mengembangkan perangkat nuklir mini agar sesuai dengan hulu ledak rudal balistiknya.
Jenny Town dari lembaga 38 North mengatakan bahwa dalam pidato Dubes Korut di PBB itu tidak berisi ancaman atau petunjuk terbuka tentang unjuk kekuatan atau demonstrasi kekuasaan dalam waktu dekat oleh Pyongyang. Pidato Kim dinilai fokus pada pembangunan kembali dan pemulihan situasi internal di Korut.
Dia menambahkan bahwa meski Korut menginginkan keringanan sanksi internasional, mereka tidak akan begitu saja menyerahkan senjata mereka. Itu berarti, perlu ada langkah nyata untuk membuktikan bahwa hubungan Korut-Amerika Serikat telah berubah.
Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump telah bertemu tiga kali sejak 2018. Namun, keduanya gagal membuat kemajuan dalam seruan AS kepada Pyongyang untuk menyerahkan senjata nuklirnya dan tuntutan Korut untuk diakhirinya sanksi. Partai yang berkuasa di Korut merencanakan kongres pada Januari tahun depan. Kongres itu bakal memutuskan rencana lima tahun yang baru.
Sementara itu, dari Seoul dilaporkan, Korut telah menemukan kesalahan dalam tindakan penanganan Covid-19. Media Pemerintah Korut KCNA menyebut hal itu, setelah muncul protes di Korea Selatan atas insiden pembunuhan seorang warga Korsel yang diduga akan membelot ke Pyongyang. Pembunuhan itu terjadi di tengah perairan perbatasan kedua negara. Jasad warga itu dilaporkan dibakar oleh aparat Korut.
Kim Jong Un menyampaikan permintaan maaf atas pembunuhan yang terjadi pekan lalu di perairan lepas pantai barat Semenanjung Korea itu. Sementara Korut mengatakan, tentaranya menembak korban karena dia mencoba melarikan diri tanpa mengungkapkan identitasnya.
Media KCNA tidak merinci kesalahan Pyongyang dan juga tidak menyebutkan perihal pembunuhan pria Korsel itu. ”Pertemuan itu menekankan perlunya menjaga ketat rasa puas diri, kecerobohan, tidak bertanggung jawab, dan kelambanan di bidang anti-epidemi,” kata kantor berita itu. ”Diserukan untuk mempertahankan sistem dan ketertiban anti-epidemi yang kuat seperti baja.” (AFP/REUTERS)