Afghanistan dan Pakistan Sepakat Mengakhiri Saling Curiga
Kedatangan Abdullah ke Pakistan bersamaan dengan upaya perundingan intra-Afghanistan di Qatar untuk mengakhiri perseteruan dengan Taliban.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
ISLAMABAD, SELASA — Sudah saatnya Afghanistan dan Pakistan mengakhiri segala macam pemicu perselisihan, seperti rasa saling curiga atau ”retorika basi” dan segala teori konspirasi yang melelahkan, yang mengganggu hubungan kedua negara.
Hal itu dikemukakan Ketua Tim Perundingan Perdamaian Afghanistan Abdullah Abdullah saat berkunjung ke Pakistan untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir, Selasa (29/9/2020).
Abdullah bertemu Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Dalam pernyataan tertulisnya, Khan berjanji akan mendukung Afghanistan.
Belum ada komentar dari Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Qamar Javed Bajwa setelah bertemu dengan Abdullah. Sikap dan pernyataan dari militer penting karena kebijakan Pakistan mengenai Afghanistan sebagian besar diputuskan militer.
Saat berbicara di Institut Studi Strategi di Islamabad, Pakistan, Abdullah mengatakan, kedua negara tetangga sedang menuju hubungan baru yang berlandaskan rasa saling menghormati, kerja sama yang tulus, dan berbagi kesejahteraan.
”Mulai sekarang kita harus mengakhiri retorika basi dan teori-teori konspirasi yang mengganggu. Kita butuh pendekatan baru. Rakyat kita juga menuntut itu. Kita ini ada di satu wilayah yang sama,” ujarnya.
Kedatangan Abdullah ke Pakistan bersamaan dengan upaya perundingan intra Afghanistan di Qatar untuk mengakhiri perseteruan dengan kelompok Taliban.
Sebelum berkuasa tahun 2018, PM Pakistan Khan telah mengadvokasi untuk mengakhiri Perang Afghanistan. Khan juga selama ini kerap mengkritisi perang teror Amerika Serikat yang justru mengakibatkan puluhan ribu warga Pakistan dan Afghanistan tewas.
Namun, banyak orang di Afghanistan yang mengkritik dukungan yang diterima Taliban di Pakistan setelah runtuhnya pemerintahan mereka tahun 2001 gara-gara invasi AS ke Afghanistan.
Pakistan bersikukuh pada sikap hubungannya dengan Taliban itu hanya cara untuk memberinya pengaruh atau posisi tawar agar kelompok-kelompok milisi religius mau duduk berunding.
Meski demikian, tetap saja Afghanistan masih sangat curiga dengan Pakistan. Sejumlah pejabat Pemerintah Afghanistan juga khawatir keterlibatan Pakistan di Afghanistan itu hanyalah cara untuk melawan pengaruh India di Afghanistan.
Pakistan dan India sudah tiga kali berperang dan keduanya saling menuduh memanfaatkan wilayah Afghanistan untuk mengacaukan stabilitas kawasan regional.
Dukung militan
Selama ini Pakistan kerap dikecam komunitas internasional karena mendukung beberapa kelompok militan. Meski militer dan politikus Pakistan menyatakan kebijakan Pakistan sudah banyak berubah dibandingkan di masa lalu, negara-negara tetangganya belum bisa percaya.
”Kami tidak mau ada jejak kaki teroris di negeri kami dan kami tidak akan membiarkan siapa pun mengancam negara lain,” kata Abdullah.
Perundingan perdamaian intra Afghanistan yang saat ini tengah berlangsung merupakan harapan solusi terbaik untuk mengakhiri peperangan.
Abdullah mengakui prosesnya tidak akan mudah dan membutuhkan kesabaran, proses dialog yang terus-menerus, dan akhirnya menyepakati atau berkompromi untuk mempersatukan kedua negara.
Baik Abdullah maupun AS, yang berusaha mendekati Taliban agar mau berunding dengan Pemerintah Afghanistan, sama-sama mendesak adanya perundingan perdamaian agar gejolak kekerasan bisa berkurang.
Ketika berbicara dengan Abdullah, Khan menekankan semua pihak di Afghanistan harus mengurangi gejolak kekerasan di mana pun dan kalau bisa ada gencatan senjata. Namun, permintaan Khan itu ditolak Taliban.
”Kami mengajak semua pihak untuk sepakat serius mengurangi kekerasan dan melindungi rakyat. Kami berharap akan ada gencatan senjata yang permanen dan komprehensif,” kata Abdullah.
Meski ada ajakan menghentikan kekerasan, tetap saja terjadi kekerasan di Provinsi Day Kunci, Afghanistan, Selasa lalu.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Tariq Arian mengatakan, ada 14 orang tewas akibat ledakan bom, lima korban di antaranya anak-anak.
”Perdamaian bukan hanya prinsip dan kewajiban Muslim, melainkan juga peluang sejarah yang tidak boleh disia-siakan. Kita semua berperan dan bertanggungjawab untuk mencapai dan mempertahankan perdamaian,” kata Abdullah. (AP)