Penyakit ini juga sudah menghancurkan perekonomian dunia, membuat sistem kesehatan banyak negara kepayahan, dan mengubah kehidupan sehari-hari penduduk dunia.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
AP/SILVIA IZQUIERDO
Petugas membawa peti jenazah pasien Covid-19 di pemakaman Nova Iguacu, Brasil, Kamis (24/9/2020).
NEW YORK, SELASA — Pandemi Covid-19 terus mengganas. Menurut perhitungan kantor berita Reuters, Selasa (29/9/2020), jumlah kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia kini sudah mencapai satu juta orang.
Covid-19 tak hanya menewaskan banyak orang dengan jumlah yang mencengangkan. Penyakit ini juga sudah menghancurkan perekonomian dunia, membuat sistem kesehatan banyak negara kepayahan, dan mengubah kehidupan sehari-hari seluruh penduduk dunia.
Sebagai perbandingan, jumlah korban tewas akibat Covid-19 tahun ini saja sudah sampai dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah orang yang tewas setiap tahun akibat malaria.
Bahkan, selama beberapa pekan terakhir ini saja, jumlah korban tewas akibat Covid-19 melonjak di sejumlah negara. ”Jumlah kematian sudah mencapai tonggak yang menyedihkan,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pernyataan tertulisnya.
Guterres menyebutkan jumlah kematian Covid-19 itu membuat pikiran seakan buntu. Meski menyesakkan dada, berbagai negara diimbau untuk tetap menjaga semangat dan mengingat kehidupan setiap individu.
AP/SILVIA IZQUIERDO
Pekerja menyiapkan blok baru untuk pemakaman korban Covid-19 di Rio de Janeiro, Brasil, Kamis (24/9/2020).
Perkembangan pandemi Covid-19 mencengangkan karena hanya dalam waktu tiga bulan saja jumlah kematian melonjak dua kali lipat dari yang semula 500.000 orang. Kasus kematian pertama kali tercatat di China, awal Januari lalu.
Berdasarkan kalkulasi Reuters, dari jumlah kematian rata-rata pada bulan September, lebih dari 5.400 orang meninggal di seluruh dunia hanya dalam waktu 24 jam. Akibatnya, usaha pemakaman korban meninggal sibuk bukan kepalang.
Jika dielaborasi lebih rinci, berarti sekitar 226 orang meninggal setiap jam atau rata-rata ada 1 orang meninggal gara-gara Covid-19 setiap 16 detik. Jika diandaikan kita menonton pertandingan sepak bola selama 90 menit, berarti rata-rata ada 340 orang yang meninggal.
Infeksi
Jumlah korban meninggal 1 juta orang itu, menurut para pakar, hanya perhitungan kasar. Jumlah yang sebenarnya diyakini jauh lebih banyak mengingat adanya kemungkinan salah hitung atau salah pencatatan atau bisa juga ada negara-negara yang tidak mau terbuka dengan jumlah korban yang riil.
AFP/PRAKASH SINGH
Petugas kesehatan mengambil sampel dari seorang pria yang sedang menjalani tes cepat untuk Covid-19 di New Delhi, India, 6 September 2020.
Berbagai negara sudah melakukan banyak upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19. Masalahnya, tetap saja ada perbedaan pendapat. Di satu sisi, ada yang mendukung kebijakan tegas terkait protokol kesehatan dan tindakan tegas lain seperti karantina atau pembatasan sosial.
Namun, di sisi lain, ada yang tidak setuju karena lebih mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi. Ini yang membuat pendekatan penanganan Covid-19 berbeda di satu negara dengan yang lainnya.
Amerika Serikat, Brasil, dan India yang jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai total 45 persen dari jumlah kematian di dunia sudah mencabut protokol kesehatan menjaga jarak fisik selama beberapa pekan terakhir ini.
”Rakyat AS harus mengantisipasi kasus akan naik beberapa hari ke depan,” kata Wakil Presiden AS Mike Pence sambil memperingatkan jumlah kematian di AS yang mencapai 205.132 orang dari 7,18 juta kasus yang ada per Senin lalu.
AP/XAVIER GALIANA
Pekerja menempatkan jenazah seseorang yang meninggal karena virus korona baru sebelum dikremasi di tempat kremasi Nigambodh Ghat di New Delhi, India, Sabtu (22/8/2020).
Sementara di India, jumlah kasus Covid-19 per hari termasuk yang paling tinggi di dunia dengan kasus baru rata-rata per hari sekitar 87.500 orang sejak awal September.
Jika tidak ada penanganan segera, jumlah kasus di India akan melampaui AS pada akhir tahun ini. Ini karena pemerintahan Perdana Menteri India Narendra Modi akan mencabut kebijakan karantina atau pembatasan sosial demi memulihkan perekonomian.
Saat ini, jumlah kematian di India mencapai 96.318 orang. Meski angkanya terus bertambah, penambahannya tidak secepat di AS, Inggris, dan Brasil. Bahkan, India mengklaim penambahan jumlah kematiannya terendah sejak 3 Agustus lalu.
Di Eropa, jumlah kematian mencapai 25 persen dari total kematian dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan kasus ini dikhawatirkan akan terus bertambah, terutama di wilayah Eropa Barat yang terpaksa harus juga menangani musim flu musim dingin.
WHO mengingatkan ,untuk menangani pandemi ini, semua negara tetap harus segera bertindak, terutama bagi wilayah Amerika Latin.
Pemakaman
Tingginya jumlah kematian memaksa proses pemakaman di berbagai negara berubah. Usaha-usaha pemakaman kelabakan menangani banyaknya orang yang meninggal.
Tak seperti biasanya, kini keluarga dan rekan tak bisa lagi menghadiri pemakaman sanak saudara atau rekan yang meninggal akibat kasus Covid-19.
Kompas/AGUS SUSANTO
Petugas menggali lubang untuk pemakaman dengan protokol Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Jumat (18/9/2020) malam. Hari Jumat (18/9/2020) dimakamkam sebanyak 36 jenazah, sedangkan puncaknya selama pandemi hari Kamis (17/9/2020) sebanyak 41 jenazah dimakamkan di TPU tersebut.
Di Israel, misalnya, tradisi agama Islam memandikan jenazah tidak lagi boleh dilakukan. Kini, jenazah juga harus langsung dibungkus dengan plastik lalu dimakamkan.
Tradisi Yahudi Shiwa di mana orang biasanya datang ke rumah dan berdoa bersama selama tujuh hari juga tidak diperbolehkan.
Di Italia, korban yang beragama Katolik juga langsung dimakamkan tanpa ada upacara atau doa dari pendeta terlebih dahulu.
Saking banyaknya korban yang meninggal, pemerintah dan pengelola pemakaman di AS, Indonesia, Bolivia, Afrika Selatan, dan Yaman harus mencari lokasi-lokasi baru yang bisa diubah menjadi pemakaman. (REUTERS)
Kompas/AGUS SUSANTO
Pemakaman dengan protokol Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Kamis (24/9/2020)