Arab Saudi Gelontorkan Rp 645 Triliun untuk Kembangkan Pariwisata
Arab Saudi tidak main-main menjadikan pariwisata sebagai salah satu andalan pemasukan negara agar lepas dari ketergantungan pada sektor energi. Untuk menggarap pariwisata, negara itu menggelontorkan dana Rp 645 triliun.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
RIYADH, SELASA — Kerajaan Arab Saudi menggelontorkan dana 160 miliar riyal, sekitar 43 miliar dollar AS atau Rp 645 triliun, untuk pengembangan pariwisata. Pembiayaan itu diperoleh lewat kerja sama yang dijalin perusahaan investasi Dana Pengembangan Pariwisata Arab Saudi dengan Bank Riyadh dan Banque Saudi Fransi di Riyadh, Senin (28/9/2020).
Kantor berita Kerajaan Arab Saudi, SPA, melaporkan bahwa perjanjian tersebut akan mengatur mekanisme untuk membiayai proyek pariwisata di seluruh wilayah kerajaan. Wisata merupakan pilar utama dalam strategi reformasi ambisius yang digulirkan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman untuk mengurangi ketergantungan pendapatan pada minyak.
Dana Pengembangan Pariwisata Arab Saudi adalah bagian dari rencana untuk mendiversifikasi ekonomi Saudi. Dana Pengembangan Pariwisata Arab Saudi didirikan pada Juni lalu dengan investasi awal senilai 4 miliar dollar AS. Perusahaan itu dimaksudkan untuk meluncurkan wahana investasi pengembangan pariwisata dengan pihak swasta dan bank investasi.
Arab Saudi membuka pintunya bagi turis asing pada September 2019 dengan meluncurkan rezim visa baru untuk 49 negara. Negara itu ingin sektor tersebut menyumbang 10 persen dari produk domestik brutonya pada tahun 2030.
Sebagaimana dikutip dari media Arab News, para pihak dalam kerja sama perusahaan investasi Dana Pengembangan Pariwisata Arab Saudi dengan Bank Riyadh dan Banque Saudi Fransi itu sepakat untuk membentuk program pembiayaan. Tujuannya adalah aktivasi program yang telah disepakati dengan kedua bank itu.
”Perjanjian ini termasuk menentukan cara kerja sama antara pihak Dana Pengembangan dan bank yang berpartisipasi dengan menyiapkan mekanisme untuk mendukung pembiayaan proyek pariwisata di berbagai wilayah Kerajaan,” demikian antara lain pernyataan bersama para pihak itu.
Kerja sama itu diharapkan mendorong investasi di sektor pariwisata dan mendukung sektor swasta, termasuk dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dengan menyediakan sejumlah produk keuangan. ”Perjanjian ini merupakan langkah penting untuk mendukung dan mengembangkan proyek pariwisata di Kerajaan Saudi,” kata Direktur Utama Dana Pengembangan Pariwisata Arab Saudi Qusai al-Fakhri.
Kerja sama itu diharapkan mendorong investasi di sektor pariwisata dan mendukung sektor swasta, termasuk dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dengan menyediakan sejumlah produk keuangan.
Direktur Utama Riyadh Bank Tareq al-Sadhan mengatakan bahwa sektor pariwisata adalah salah satu sektor terpenting yang mendukung perekonomian Arab Saudi. Ia berharap pihaknya dapat memulai partisipasi aktif dengan perusahaan Dana Pengembangan Pariwisata Arab Saudi untuk mendukung proyek-proyek berkualitas yang menjanjikan bagi Kerajaan Arab Saudi.
Target 100 juta turis
Muncul harapan agar peran efektif bank terwujud dalam mencapai tujuan sektor pariwisata Saudi. Selain mendongkrak peran sektor pariwisata bagi produk domestik bruto Arab Saudi, pariwisata juga diharapkan menciptakan 1 juta lapangan kerja di negara itu. Arab Saudi menargetkan menerima 100 juta wisatawan domestik dan internasional pada tahun 2030.
Pada awal Agustus lalu, Arab Saudi telah setuju menjalin kerja sama dengan grup hotel terbesar di Eropa, yakni Grup Accor. Lewat kerja sama itu, Accor diharapkan memperluas dan mengoperasikan sebuah resor di proyek pariwisata Al-Ula. Nilai proyek yang berada di wilayah barat laut Saudi itu diperkirakan mencapai 20 miliar dollar AS.
Al-Ula adalah situs peradaban kuno di Saudi. Perjanjian tersebut akan membuat Accor mengoperasikan Ashar Resort yang diperluas di bawah merek Banyan Tree. Resor itu akan memiliki 47 vila baru, menjadikan total kapasitas resor menjadi 82 vila kelas atas. Vila itu akan dilengkapi dengan fasilitas spa dan sejumlah restoran. Proyek ini terletak di Lembah Ashar, berjarak sekitar 15 kilometer dari Hegra, situs warisan dunia UNESCO yang pertama di Arab Saudi.
Pada bulan April lalu, Menteri Pariwisata Arab Saudi Ahmad al-Khateeb mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa sektor pariwisata dapat mengalami penurunan 35-45 persen tahun ini. Hal itu terkait langsung dengan langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk penanganan pandemi Covid-19. Arab Saudi menurut rencana akan mengizinkan kembali ibadah umrah secara bertahap mulai 4 Oktober mendatang.
Setelah relatif tertutup selama beberapa dekade, Kerajaan Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir telah melonggarkan aturan-aturan sosialnya yang ketat. Langkah itu dinilai sebagai upaya Arab Saudi untuk lebih membuka diri.
Pengembangan Al-Ula merupakan bagian dari upaya negara itu melestarikan situs warisan pra-Islam. Wisatawan internasional dari semua latar belakang pun diharapkan berkunjung ke negara tersebut. Al-Ula menurut rencana dibuka secara resmi sebagai tujuan pariwisata sepanjang tahun mulai Oktober mendatang. (REUTERS)