Senat AS Bahas Kandidat Hakim Agung Usulan Trump pada 12 Oktober
Presiden AS Donald Trump mengajukan Amy Coney Barrett sebagai calon Hakim Agung AS dan ingin memastikan terisinya formasi sembilan hakim agung sebelum pemilihan presiden 3 November mendatang.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Ketua Komite Peradilan Senat AS Lindsey Graham, Sabtu (26/9/2020), mengungkapkan bahwa sidang pembahasan kandidat Hakim Agung Amy Coney Barrett, yang diajukan Presiden Donald Trump, akan dimulai pada 12 Oktober. Trump mengajukan Barrett (48) untuk mengisi satu posisi hakim agung yang lowong setelah Hakim Ruth Bader Ginsburg meninggal pada 18 September.
Jika pencalonan Barrett disetujui, kubu konservatif bakal unggul 6-3 di Mahkamah Agung. Rabu lalu, Trump menyatakan ingin melengkapi formasi sembilan hakim agung secepat mungkin karena ia yakin hasil pemilu pada 3 November akan ditentukan di MA. Senat AS—beranggotakan 100 orang—dikuasai Republik dengan 53 anggotanya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Sabtu (26/9/2020), mengajukan Amy Coney Barrett sebagai calon hakim agung AS. Pencalonan Barrett sebagai hakim agung itu diduga sebagai bagian dari upaya Trump dan Partai Republik memperkuat posisi kubu konservatif di Mahkamah Agung. Pencalonan maupun penguatan posisi itu merupakan strategi Trump dan Partai Republik atas pemilihan presiden yang—menurut Trump—berpotensi disengketakan hasilnya.
Trump, Jumat (25/9/2020), menjelaskan bahwa dia melihat Barrett, profesor hukum berusia 48 tahun, sebagai sosok yang luar biasa dan pantas untuk difavoritkan.
Pengumuman Trump dilakukan di tengah padatnya jadwal sang calon presiden petahana itu. Beberapa saat pasca-pengumuman, Trump akan langsung berangkat untuk berkampanye di Pennsylvania, negara bagian yang sangat penting bagi pencalonannya kembali. Jadwal pengumuman dan kampanye yang padat itu menggambarkan pertaruhan tinggi politik di balik pencalonan Barrett sebagai hakim agung.
Posisi hakim agung baru dibutuhkan untuk mengisi kursi yang ditinggalkan oleh hakim Ruth Bader Ginsburg yang meninggal, 18 September lalu. Sosok seperti Barret diharapkan akan mempertahankan pengadilan federal cenderung ke kanan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Selama ini, sayap konservatif memperoleh keunggulan 5 berbanding 4 atau bahkan 6 berbanding 3 di Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung diperkirakan harus menengahi perselisihan pasca-pemilihan presiden awal November mendatang. Trump telah berulang kali mengatakan, dia mungkin harus menggugat hasil pilpres itu kelak. Tanpa menunjukkan bukti jelas, ia berulang kali menyebut kubu Demokrat sengaja mencurangi pilpres di AS.
Pada pekan lalu, ia pun secara terbuka menyatakan kemungkinan besar pilpres itu akan berakhir di Mahkamah Agung.
Desakan Biden
Kubu Demokrat, termasuk Biden, mendesak agar Partai Republik menunda menunjuk pengganti Ginsburg. Hal ini semata-mata agar penunjukan hakim agung dilakukan setelah diketahui secara pasti sosok presiden yang memimpin AS dari hasil pilpres 3 November.
”Mempertimbangkan fakta bahwa calon Mahkamah Agung ini dapat menjabat di pengadilan selama 30 tahun, sangat keterlaluan bahwa mereka ingin menyetujuinya dalam waktu kurang dari 30 hari,” kata Senator Dick Durbin dari Partai Demokrat kepada CNN.
Menurut jajak pendapat Washington Post/ABC terbaru, mayoritas warga AS juga menentang pemilihan hakim agung sebelum pilpres digelar. Sebanyak 57 persen warga AS menentang opsi pemilihan sebelum pilpres. Suara itu berbanding dengan 38 persen suara warga yang mendukung langkah itu.
Namun, pemimpin mayoritas Partai Republik di Senat, Mitch McConnel, yang ditugaskan untuk mengonfirmasi calon hakim agung itu, mengatakan bahwa mereka mengharapkan penetapan hakim agung dilakukan sebelum pilpres digelar. Jika hal itu tidak memungkinkan, pemilihan hakim agung itu digelar sebelum pelantikan presiden terpilih pada Januari tahun depan. ”Kami pasti akan melakukannya tahun ini,” kata McConnell.
Barrett pertama kali diangkat menjadi hakim pada tahun 2017. Ia adalah seorang penganut Katolik yang sangat konservatif. Ibu dari tujuh orang anak itu adalah penentang aborsi, topik utama bagi banyak pemilih dan simpatisan Partai Republik.
Persatuan Kebebasan Sipil Amerika juga mendesak Senat untuk menunda sampai setelah pemilihan. ”Kami tahu siapa pun yang diajukan presiden ini akan melanggar keadilan atas warisan Ginsburg dan perjuangannya untuk memastikan bahwa perempuan diperlakukan secara adil,” kata Alexis McGill Johnson, Presiden Planned Parenthood, , dalam sebuah pernyataan. ”Kami akan berjuang sekuat tenaga untuk menghentikan pemilihan hakim agung sebelum pelantikan,” katanya.
Bagi Trump, mencalonkan hakim konservatif pada saat ini adalah cara untuk meningkatkan basis kekuatannya menjelang pemilihan presiden pada 3 November nanti. (AP/REUTERS)