Pihak Bertikai di Yaman Sepakati Pertukaran 1.000 Tahanan
Lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik di Yaman. Ironisnya, sebagian besar dari korban tewas itu adalah masyarakat sipil. Pertukaran tahanan diharapkan menjadi jalan menuju perdamaian di negeri itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
GENEVA, MINGGU — Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Yaman, pada Minggu (28/9/2020), menyatakan, para pihak yang bertikai dalam konflik berkepanjangan di Yaman telah sepakat untuk menukar sedikitnya 1.081 tahanan. Proses pertukaran sekaligus pembebasan itu diharapkan selesai dalam kurun waktu selama dua pekan.
Pertukaran tahanan adalah bagian dari kesepakatan damai yang dimediasi Misi PBB di Stockholm, Swedia, pada tahun 2018 lalu. Kala itu, Pemerintah Yaman, yang didukung oleh koalisi militer yang dipimpin Saudi, dan pemberontak Houthi yang didukung Iran, memutuskan untuk menukar sekitar 15.000 tahanan. Kedua belah pihak sejak itu melakukan pertukaran tahanan secara sporadis.
Rencana pembebasan lebih dari 1.000 loyalis dan pemberontak saat-saat ini, jika benar-benar terwujud, bakal menandai penyerahan skala besar pertama sejak perang meletus pada tahun 2014.
”Saya pribadi sangat senang berada di sini untuk mengumumkan bahwa Anda telah mencapai tonggak penting yang sangat penting,” kata utusan PBB Martin Griffiths pada akhir wawancara tentang pertukaran tahanan itu di Glion, Swiss.
Griffiths memuji keputusan untuk membebaskan para tahanan sebagai operasi terbesar selama konflik Yaman. Dia juga mengucapkan selamat kepada pemerintah dan kelompok Houthi karena memperbarui komitmen mereka untuk implementasi penuh dari perjanjian Stockholm. Griffiths tidak memberikan rincian tentang tahanan mana yang akan ditukar berdasarkan kesepakatan yang dicapai di Glion itu.
Saluran TV Al-Masirah yang dikelola Houthi mengutip sumber pemberontak yang mengkonfirmasikan kesepakatan memang telah dicapai. Kedua belah pihak menyatakan komitmen mereka untuk melaksanakan kesepakatan tersebut.
Saluran TV Al-Masirah yang dikelola Houthi mengutip sumber pemberontak yang mengonfirmasikan kesepakatan memang telah dicapai. Kedua belah pihak menyatakan komitmen mereka untuk melaksanakan kesepakatan tersebut. ”Yang penting bagi kami adalah melaksanakan kesepakatan itu, tidak hanya menandatanganinya,” ujar komandan senior pemberontak Houthi, Mohamed Ali Al-Huthi, melalui media sosial Twitter pada Sabtu (26/9) pekan lalu. Menteri Luar Negeri Yaman Mohammad al-Hadhrami menyambut baik kesepakatan itu sebagai terobosan kemanusiaan. Namun, ia juga mengatakan dalam sebuah cuitannya, pemerintah menuntut perjanjian itu dilaksanakan tanpa penundaan.
Dr Elisabeth Kendall, peneliti di Universitas Pembroke College Oxford, mengatakan, kesepakatan itu merupakan langkah penting untuk membangun kepercayaan di tengah upaya untuk mengakhiri konflik Yaman. Namun, ia mengingatkan, kesepakatan itu bisa saja menciptakan lebih banyak permusuhan jika pelaksanaannya tersendat.
”Langkah ini harus dilihat secara positif mengingat betapa terpolarisasinya pihak-pihak yang bertikai sekarang dan betapa sulitnya konflik tersebut,” katanya. ”Namun, ada beberapa alasan untuk waspada mengingat kami telah berada di level seperti ini beberapa kali sebelumnya. Pertukaran tahanan disepakati, kemudian tidak ada artinya dan mereka yang terkena dampak akhirnya menjadi lebih frustrasi dan marah.”
Sumber dari kedua belah pihak mengungkapkan kesepakatan pertukaran tahanan itu termasuk pembebasan 681 pemberontak dan 400 pasukan pemerintah dan milisi pendukungnya. Ada di antaranya 15 orang Saudi dan 4 orang Sudan. Pembicaraan tentang pertukaran tahanan itu telah dimulai sejak 18 September lalu.
Tujuan pertukaran itu adalah pembebasan 1.420 tahanan di kedua pihak, termasuk saudara lelaki Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi. Namun, salah satu pejabat pemerintah mengatakan, pembebasan Jenderal Mansour Hadi dari tangan pemberontak telah ditunda.
Komite Palang Merah Internasional akan mengawasi kembalinya tahanan ke keluarga mereka. Fabrizio Carboni, Kepala Pperasi ICRC Timur Tengah, menggambarkan perjanjian itu sebagai ”langkah yang sangat positif”.
”Pembebasan ini akan meringankan penderitaan banyak tahanan dan banyak keluarga yang telah lama menunggu untuk dipersatukan kembali,” katanya pada upacara penandatanganan kesepakatan di Glion. ”Kami yakin bahwa pertukaran (tahanan) ini akan berkontribusi untuk memperbarui pembicaraan damai yang solid dan valid.”
Lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik di Yaman. Ironisnya, sebagian besar dari korban tewas itu adalah masyarakat sipil. Konflik Yaman memicu apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (AP/AFP/BEN)