Pasar Saham Global Cenderung Defensif, Antisipasi Debat Pilpres AS
Sejumlah sentimen negatif diperkirakan masih menggelayuti pasar modal global pekan ini. Investor menantikan debat calon presiden Amerika Serikat di tengah-tengah pengamatan atas lonjakan kasus Covid-19 di seluruh dunia.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SYDNEY, SENIN — Mayoritas indeks saham di kawasan Asia dan Australia memulai pekan ini, Senin (28/9/2020), dengan kenaikan tipis. Pasar saham di Asia dan global diproyeksikan berada dalam posisi defensif mengantisipasi perkembangan terbaru pandemi Covid-19 dan juga peristiwa-peristiwa politik, salah satunya debat calon presiden Amerika Serikat.
Indeks MSCI dari indeks-indeks saham utama di Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,04 persen ke level 547,79. Pergerakan tipis itu menjadikan posisi indeks tidak terlalu jauh dari level terendah dua bulan di level 543,66 yang dicapai pada pekan lalu. Merosotnya indeks-indeks saham terjadi setelah mengalami kenaikan tiga bulan berturut.
Sentimen negatif berasal dari lonjakan kasus terkonfirmasi Covid-19 yang dikhawatirkan sebagai gelombang kedua pandemi. Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran atas proses pemulihan ekonomi global. Yang paling mengkhawatirkan adalah kebangkitan kembali kasus Covid-19 di Eropa. Beberapa pemerintah meresponsnya dengan menutup wilayah atau memberlakukan kembali pembatasan sosial secara ketat.
Pada pekan ini, indeks Nikkei225 di Jepang naik 0,65 persen. Kondisi itu dinilai ikut dipengaruhi nilai tukar yen yang melemah. Indeks KOSPI di Korea Selatan menanjak 0,8 persen. Namun, indeks saham utama Australia turun 0,2 persen karena investor berhati-hati meskipun perkembangan penanganan Covid-19 di negara bagian Victoria relatif positif.
Kasus infeksi baru Covid-19 di negara bagian terpadat kedua di Australia itu turun tajam dan memungkinkan pihak berwenang untuk melonggarkan beberapa pembatasan mobilitas warga. Adapun indeks saham acuan Selandia Baru juga melemah 0,6 persen.
”Awan mulai berkumpul di negara-negara maju saat ketidakpastian politik di AS meningkat dan Eropa bergulat dengan lonjakan kasus Covid-19,” kata Kerry Craig, Ahli Strategi Pasar Global pada lembaga JP Morgan Asset Management.
Kasus Covid-19 telah melewati 33 juta kasus di seluruh dunia. Adapun kasus meninggalnya warga akibat penyakit itu menembus 1 juta kasus kematian.
Kasus Covid-19 telah melewati 33 juta kasus di seluruh dunia. Adapun kasus meninggalnya warga akibat penyakit itu menembus 1 juta kasus kematian. ”Sementara pemerintah enggan untuk memperkenalkan kembali penguncian nasional, pembatasan (dilakukan) secara lokal dan berbasis sektor mungkin berlangsung untuk beberapa waktu; kondisi itu dapat menahan aktivitas ekonomi,” tambah Craig.
Di tengah berita-berita negatif tersembul beberapa sentimen positif pekan ini. Data selama akhir pekan lalu menunjukkan bahwa tingkat keuntungan di perusahaan-perusahaan di industri China tumbuh untuk empat bulan berturut-turut pada Agustus. Hal itu didukung sebagian oleh naiknya harga komoditas dan manufaktur di bidang peralatan.
Fokus investor selanjutnya pekan ini adalah pada debat pertama antara Presiden AS Donald Trump dan saingannya, Joe Biden. Debat akan digelar pada Selasa (29/9) menjelang pemilihan presiden yang akan digelar pada awal November mendatang. Kinerja yang kuat dalam debat oleh Biden, yang saat ini diunggulkan dalam sejumlah jajak pendapat, dapat meningkatkan saham yang terkait dengan perdagangan global dan energi terbarukan. Adapun di sisi lain, jika Trump dirasa unggul diperkirakan bakal menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan dengan bahan bakar fosil dan bidang pertahanan.
Fokus pasar pada pekan juga akan berlanjut pada perkembangan tentang paket dukungan fiskal baru di AS. Investor dan pelaku pasar juga akan mengamati pembicaraan perdagangan Inggris-Eropa pasca-Brexit. Kelanjutan negosiasi yang akan menentukan finalisasi kesepakatan dagang Inggris di luar UE itu akan dilanjutkan pekan ini.
Di pasar mata uang, dollar AS posisinya menanjak. Nilai tukar dollar AS melayang mendekati level tertinggi dua pekan terhadap yen Jepang di level 105,56 per dollar AS. Adapun nilai tukar dollar AS terhadap euro berada di level 1,16 per dollar AS. Level ini tidak jauh dari level terendah dalam kurun waktu dua bulan terakhir yang terjadi pada Jumat (25/9/2020) pekan lalu. Adapun poundsterling naik tipis 0,1 persen terhadap dollar AS, berada di level 1,27 per dollar AS.
Nilai tukar dollar Australia yang sensitif terhadap risiko bertahan di level 0,70 per dollar AS. Dollar Australia sempat jatuh selama enam sesi berturut-turut karena menyempitnya peluang atas prospek pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut di negara itu. Adapun nilai tukar dollar Selandia Baru relatif tidak bergerak, tertahan di level 0,65 per dollar AS.
Sementara itu, di pasar komoditas, harga minyak global berada di bawah tekanan. Kondisi itu dipengaruhi pembatasan mobilitas baru di sejumlah negara untuk menahan kebangkitan kasus Covid-19. Langkah-langkah penahanan virus korona tipe baru itu pun mengaburkan prospek pemulihan permintaan bahan bakar.
Minyak mentah Brent AS turun 11 sen menjadi di level 41,81 dollar AS per barrel. Sementara minyak mentah WTI turun 20 sen ke level 40,05 dollar AS per barrel. Harga emas bertahan di 1.860,5 dollar AS per troy ons. Level itu masih jauh dari level puncak sepanjang masa emas, yakni di atas 2.000 per troy ons yang disentuh pada Agustus lalu. (REUTERS)