Korut Peringatkan Korsel soal Kemungkinan Gesekan di Laut
Peringatan keras disampaikan Korut kepada Korsel terkait insiden penembakan dan pembakaran warga Korsel oleh aparat Korut pekan lalu. Korut memperingatkan agar kapal Angkatan Laut Korsel tak memasuki perairan Korut.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
PYONGYANG, MINGGU — Pemerintah Korea Utara, pada Minggu (27/9/2020), memperingatkan Korea Selatan untuk berhenti memasuki perairan teritorial Korut. Pyongyang menyatakan, angkatan laut kedua negara bisa-bisa terlibat saling gesekan di lapangan jika Seoul bersikeras mengerahkan kapal-kapalnya untuk mencari jenazah seorang pejabat Seoul yang ditembak mati di laut oleh tentara Korut.
Media Korut mengungkapkan, otoritas Korut akan menggelar pencarian jenazah warga Seoul yang dicari aparat keamanan Korsel. ”Kasus kematian itu adalah kasus mengerikan yang seharusnya tidak terjadi,” demikian dikatakan kantor berita resmi Korut, KCNA. ”Pyongyang sedang mengatur operasi pencarian di perairan Korut untuk membantu menemukan jenazah itu.”
Insiden penembakan itu dikatakan Pyongyang terjadi pada Selasa (22/9/2020). Peristiwa itu merupakan insiden pembunuhan pertama warga sipil Korsel oleh pasukan Korut dalam satu dekade terakhir.
Pyongyang menyatakan, pihaknya sedang mempertimbangkan ”prosedur dan cara untuk menyerahkan jenazah yang diduga terbawa arus pasang surut di utara ke sisi laut yang masuk wilayah Korsel”. Sebagai catatan, hal itu akan dilakukan Pyongyang jika operasi yang digelar armada angkatan laut Korut menuai hasil.
Pyongyang memperingatkan kapal-kapal Korsel telah berlayar di lokasi insiden itu terjadi. Pihak Korut menyatakan tidak akan membiarkan armada laut Korsel yang menyeberang ke perairan Korut.
”Kami tidak pernah bisa mengabaikan gangguan apa pun ke perairan teritorial kami, dan kami secara serius memperingatkan pihak selatan agar tidak melakukannya,” kata KCNA. ”Ini membangkitkan kewaspadaan kami karena dapat menyebabkan insiden mengerikan lainnya.”
Dari Seoul dilaporkan, Presiden Korsel Moon Jae-in mengadakan pertemuan darurat dengan menteri pertahanan dan keamanan serta jajarannya pada Minggu. Ia mengatakan, Seoul telah meminta penyelidikan bersama dengan Korut mengenai insiden penembakan tersebut.
”Permintaan maaf cepat Korut dan janjinya untuk mencegah terulangnya kembali kami nilai secara positif,” kata kantor kepresidenan Korsel dalam sebuah pernyataan.
Pemimpin Korut Kim Jong Un dilaporkan mengirimkan sebuah surat berisi permintaan maaf kepada Moon Jae-in pasca-insiden itu. Permintaan maaf dari Pyongyang itu dinilai tidak biasa di tengah hubungan antar-Korea yang membeku seiring kebuntuan negosiasi nuklir antara Pyongyang dan Washington. Hingga akhir pekan lalu tidak ada media Korut yang memberitakan isi surat dari Kim tersebut.
Pembakaran jasad
Pejabat militer Seoul pada tengah pekan lalu mengungkapkan, tentara Korut menembak mati seorang warga Korsel di tengah lautan. Pria naas itu dilaporkan sempat diinterogasi di tengah lautan sebelum kemudian ditembak. Setelah dipastikan tewas, oknum yang dikatakan Seoul sebagai salah satu pejabat di sektor perikanan itu dibakar jasadnya. Aksi itu dilakukan sebagai tindakan pencegahan penularan Covid-19.
Pejabat militer Korsel lainnya mengungkapkan, pejabat perikanan Seoul itu dilaporkan menghilang dari kapal patroli yang tengah berlayar di dekat sebuah pulau perbatasan kedua negara, yakni di barat Yeongpyeong pada Senin (21/9/2020). Lebih dari 24 jam kemudian, pasukan Korut menemukannya di perairan mereka dan menginterogasinya.
Dia dibunuh sekitar enam jam setelah ditemukan, menurut pejabat Korsel itu. ”Dia ditembak mati di dalam air,” katanya. ”Tentara Korut menuangkan minyak ke tubuhnya dan membakarnya di air.”
Pasca-insiden itu, Pyongyang dilaporkan berada dalam keadaan siaga tinggi. Sebelum insiden itu terjadi, Pyongyang telah menutup perbatasannya dan menyatakan keadaan darurat di seluruh wilayahnya. Langkah itu dilakukan sebagain bagian perlindungan diri dari penyebaran virus korona tipe baru pembawa Covid-19.
Pejabat Korsel mengungkapkan, pria pembelot itu mengenakan jaket pelampung ketika melompat ke laut. Sepatunya juga ditemukan di atas kapal Korsel. Dua hal itu menjadi indikator dari sisi Seoul bahwa pria itu melakukan tindakannya secara sukarela.
Laporan media Korea Selatan mengatakan, pria berusia itu empat puluhan dengan dua anak, tetapi baru-baru ini bercerai dan memiliki masalah keuangan. ”Kami sudah mendapatkan informasi intelijen bahwa dia telah menyatakan niatnya untuk membelot saat diinterogasi (pihak Korut),” tambahnya tanpa menjelaskan secara rinci sumber informasi yang bersangkutan.
Militer Korsel diketahui menyadap komunikasi radio pasukan Korut. Media Yonhap memberitakan, insiden pembunuhan itu terjadi setelah ada ”perintah dari otoritas atasan” Korut.
Kementerian Pertahanan Korsel mengecam keras penembakan itu, dan menyatakannya sebagai ”tindakan yang keterlaluan”. "Kami dengan tegas memperingatkan Korut bahwa semua tanggung jawab atas insiden ini ada di tangannya,” demikian Kemhan Korsel dalam sebuah pernyataan.