Berbagai cara bisa jadi media untuk menyampaikan pesan perlindungan dan pelestarian lingkungan, dari media sosial hingga film. Di usia 94 tahun, Sir David Attenborough membuat akun Instagram guna memperluas audiensnya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Tak ada kata terlambat untuk melindungi Planet Bumi dan seisinya dengan pilihan cara komunikasi yang baru. Itulah yang dilakukan seorang tokoh publik di Inggris yang selama ini mendorong perlindungan lingkungan melalui film-film dokumenter.
Sir David Attenborough, sang tokoh yang juga seorang naturalis dan mantan penyiar televisi asal Inggris tersebut, Kamis (24/9/2020), membuat akun Instagram. Ia bergabung di platform media sosial yang digemari anak-anak muda itu pada usia 94 tahun. Namun, karena popularitasnya, dalam beberapa jam saja, pengikut (follower)-nya sudah mencapai lebih dari 1 juta.
Dalam unggahan pertamanya di Instagram, pria yang sudah berkarier di dunia penyiaran selama 60 tahun itu menyampaikan peringatan ”menyelamatkan planet kita adalah tantangan komunikasi”. ”Saya memulai gerakan ini dan mengeksplorasi cara baru berkomunikasi karena, seperti kita tahu, dunia berada dalam masalah,” kata Attenborough dalam pesan video berdurasi 1 menit 12 detik yang dalam enam jam sudah memunculkan hampir 20.000 komentar.
”Benua-benua terbakar. Gletser mencair. Terumbu karang mati. Ikan menghilang dari lautan kita. Daftar bencana itu masih terus bertambah,” tambah Attenborough.
Attenborough membuat akun di Instagram menjelang peluncuran film dokumenternya yang terbaru, A Life On Our Planet, di Netflix mulai 4 Oktober nanti. Akun Instagram tersebut akan dikelola Attenborough dan akan menampilkan pesan video dari Attenborough dalam beberapa minggu ke depan.
”Bergabung dengan saya, atau seperti yang kita katakan di radio, nantikan terus,” ujar Attenborough dalam unggahan pertama dan satu-satunya sejauh ini.
Awal September 2020, Attenborough menyampaikan peringatan paling kerasnya soal perlunya umat manusia untuk melindungi spesies dari kepunahan massal untuk kelangsungan hidup umat manusia melalui film Extinction: The Facts. Film ini disiarkan di BBC Inggris pada minggu yang sama ketika para pakar internasional mengeluarkan laporan tentang populasi burung dan ikan global yang telah menurun drastis lebih dari dua pertiga dalam kurang dari 50 tahun akibat konsumsi manusia yang dahsyat.
Film berdurasi satu jam tersebut menayangkan konsekuensi paling mengerikan dari perambahan manusia terhadap alam dan menarik garis yang jelas bagaimana sebuah pandemi, seperti Covid-19, bisa terjadi.
Attenborough menyebut, film tersebut berisi ”tayangan mengerikan dari kerusakan alam”, seperti monyet yang melompat dari pohon ke sungai untuk melarikan diri dari kebakaran besar. Ada juga koala pincang di seberang jalan mencoba mencari perlindungan dari kebakaran hutan.
Pembuat film Blue Planet dan Planet Earth itu juga melacak asal muasal virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 hingga ke populasi kelelawar di goa-goa di Provinsi Yunan, China. Extinction: The Facts menunjukkan ”pasar basah” di kota Wuhan yang menjual daging satwa liar untuk dikonsumsi manusia.
”Kita menghadapi krisis,” tegas Attenborough di awal film dokumenter itu, ”dan itu memiliki konsekuensi yang harus kita tanggung.”
Secercah harapan
Meski demikian, ketika Attenborough mengingat kembali film ikonik buatannya pada 1970-an tentang kampanye konservasi gorila di Rwanda (sekarang bernama Republik Demokratik Kongo), masih ada secercah harapan.
Berkat kampanye tersebut, populasi gorila telah meningkat dari hanya 250 individu menjadi lebih dari 1.000 individu. Attenborough juga berhasil bertemu dengan bayi gorila betina yang ia temui empat dekade lalu.
Attenborough sedang menapaki senja. Namun, spirit dan pesan nilai-nilai yang ia gelorakan melalui film, dan kini Instagram, akan terus ada.
”Saya mungkin tidak bisa menyaksikannya, tapi jika kita membuat keputusan yang tepat di saat kritis, kita bisa melindungi ekosistem planet ini, keanekaragamannya yang luar biasa dan semua penghuninya.” tutur Attenborough. ”Apa yang terjadi selanjutnya bergantung kepada setiap kita.” (AFP)