Pejabat Korsel yang Hilang Diyakini Berada di Korut
Pejabat Korea Selatan yang hilang saat bertugas di laut diyakini berada di pesisir Korea Utara. Ketegangan kedua Korea kerap terjadi di perbatasan laut kedua negara itu.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, RABU — Pejabat Korea Selatan yang menghilang dari kapal pemerintah di dekat batas laut, yang disengketakan dengan Korea Utara, diyakini berada di Korea Utara. Hal ini disampaikan Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Rabu (23/9/2020).
Kementerian Pertahanan Korsel mengungkapkan, pejabat berusia 47 tahun itu berada di kapal pemerintah yang sedang memeriksa potensi penangkapan ikan ilegal di dekat batas wilayah perairan Korsel. Koleganya mengetahui bahwa pejabat tersebut hilang saat makan siang. Hanya ditemukan sepatunya yang tertinggal di kapal. Kapal dan pesawat pun dikerahkan untuk mencarinya.
Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Korsel menyatakan, mereka memiliki informasi bahwa pejabat yang hilang itu berada di pesisir Korut, Selasa (22/9) siang. Tidak disebutkan bagaimana Kementerian Pertahanan Korsel mendapat informasi ini. Seoul akan menghubungi Korut untuk menanyakan perihal ini dan mengumpulkan informasi lebih lanjut.
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mengoperasikan kapal yang dinaiki pejabat tersebut menyebutkan, saat itu ada 18 orang berada di kapal. Tetapi, mereka tidak memberikan informasi soal hilangnya seorang pejabat di kapal itu.
Lebih dari 30.000 warga Korut melarikan diri ke Korsel dalam 20 tahun terakhir karena alasan ekonomi dan politik. Akan tetapi, sangat tidak lazim jika ada warga Korsel justru membelot ke Korut.
Dulu, saat puncak pertarungan Perang Dingin, Korut sering kali menarik secara paksa kapal-kapal nelayan Korsel yang beroperasi di dekat batas laut kedua negara. Sebagian orang ditahan, sebagian lainnya dikembalikan. Tetapi, dalam beberapa waktu terakhir, tidak ada lagi insiden semacam itu.
Batas laut dengan penanda yang buruk merupakan lokasi pertempuran kapal perang antar-Korea terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, Korut kerap dituding atas serangan yang terjadi di sekitar lokasi itu. Hubungan antara Korut dan Korsel tetap tegang di tengah kebuntuan negosiasi nuklir Korut dan Amerika Serikat.
Parade militer
Lembaga think tank AS, kelompok 38 North, yang memantau Korut menyebutkan bahwa kendaraan yang kemungkinan mengangkut rudal di Korut terlihat berlatih menjelang parade militer besar-besaran pada 10 Oktober nanti. Citra satelit komersial yang diambil, Selasa kemarin, menunjukkan ”kemungkinan kendaraan pengangkut rudal” di lokasi latihan parade Mirim di luar Pyongyang, Korut.
”Kualitas resolusi citra itu tidak cukup untuk melihat dengan jelas jenis kendaraan tersebut. Berdasarkan perkiraan ukuran dan bentuknya, kemungkinan itu kendaraan pengangkut dan peluncur rudal untuk rudal ukuran besar,” kata kelompok 38 North.
Kendaraan tersebut cukup besar untuk mengangkut rudal balistik antarbenua (ICBM) Korut yang diyakini mampu membawa hulu ledak nuklir hingga menjangkau AS.
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa kendaraan tersebut bukanlah kendaraan pembawa rudal. Namun, jika melihat lokasi keberadaannya, kemungkinan itu kecil. Apalagi, citra satelit juga menunjukkan adanya formasi besar pasukan dan kendaraan lain di lokasi yang sama.
”Latihan terbaru ini kemungkinan disiapkan untuk parade memperingati Partai Pekerja Korea Utara ke-75 pada 10 Oktober nanti,” tulis kelompok 38 North.
Korut tidak menunjukkan rudal balistiknya dalam parade militer sejak tahun 2018 ketika Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un memulai langkah diplomatik dengan Presiden AS Donald Trump.
Namun, perundingan yang bertujuan agar Korut menghentikan program senjata nuklirnya menghadapi kebuntuan. Awal tahun 2020, Kim berjanji mengungkap ”senjata strategis” yang baru.
Para analis menyebutkan, Korut bisa memanfaatkan hari libur Oktober nanti untuk menunjukkan senjata baru dimaksud, baik dalam parade militer maupun dalam pengujian senjata.
Pekan ini, para pejabat AS mengatakan bahwa Korut telah melanjutkan kembali kerja sama rudal jarak jauhnya dengan Iran. Namun, tidak ada detail informasi terkait hal ini. (AP/REUTERS)