Krisi multidimensi di Amerika Latin mengubah sikap dunia secara umum dalam penerimaan terhadap migran. Ini terlihat dari jajak pendapat di 145 negara.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
LONDON, KAMIS — Dunia kini menjadi kurang toleran terhadap migran. Inilah kesimpulan dari jajak pendapat yang dirilis pada Rabu (23/9/2020) ketika Eropa bersiap mengumumkan rencana suaka baru setelah kebakaran hebat melanda kamp pengungsi di Yunani dan menyebabkan ribuan kehilangan tempat berteduh.
Jajak pendapat tersebut dilakukan oleh Gallup, lembaga konsultasi manajemen kinerja global dari Amerika Serikat. Melalui wawancara terhadap lebih dari 140.000 orang di 145 negara, Gallup mengembangkan Indeks Keberterimaan Migran.
Negara Eropa dalam jajak pendapat itu, yakni Macedonia Utara, Hongaria, Serbia, dan Kroasia, menjadi negara paling tidak ramah migran di dunia.
Akan tetapi, perubahan sikap paling tajam terjadi di Peru, Ekuador, dan Kolombia yang menyaksikan gelombang migrasi warga Venezuela yang melarikan diri dari negaranya yang dilanda krisis.
Sementara itu, Kanada menjadi negara yang paling ramah migran diikuti oleh Islandia dan Selandia Baru.
Dalam jajak pendapat ini partisipan ditanya pandangan mereka atas keberadaan migran di negaranya, memiliki tetangga migran, dan ada anggota keluarga yang menikah dengan migran. Dengan rentang nilai indeks 0-9, indeks Macedonia 1,49 dan Kanada 8,46.
Pakar migrasi Gallup, Julie Ray, mengatakan, menurunnya indeks keberterimaan global terhadap migran, yakni 5,34 pada 2016 menjadi 5,21 tahun 2019, didorong oleh perubahan nyata yang terjadi di Amerika Latin.
Nilai indeks Peru turun dari 6,33 tahun 2016 menjadi 3,61. Sementara partisipan dari Kolombia yang mengatakan migran di negara mereka sebagai sesuatu yang baik turun dari 61 persen menjadi 29 persen.
Indeks Keberterimaan Migran Gallup yang pertama dilakukan di tengah reaksi keras menyusul krisis migran di Eropa tahun 2015 ketika lebih dari 1 juta orang dari Timur Tengah melarikan diri dari perang kemiskinan di negaranya menuju Eropa.
Negara-negara Uni Eropa telah sejak lama berdebat bagaimana menangani masuknya migran yang sebagian besar masuk negara Mediterania setelah menempuh perjalanan yang berbahaya dengan perahu.
Melalui rencana suaka yang baru pemimpin UE akan mewajibkan semua negara anggotanya untuk menanggung bersama pengungsi, sesuatu yang ditolak oleh Polandia, Hongaria, dan beberapa negara lain.
Di antara negara-negara Eropa, hanya Swedia dan Irlandia yang masuk ke dalam 10 negara yang paling menerima migran di indeks Gallup.
Usulan aturan baru itu disodorkan karena kebakaran di Pulau Lesbos, Yunani, beberapa hari lalu menghancurkan kamp bagi lebih dari 12.000 orang pengungsi, empat kali kapasitas yang seharusnya.
Ray mengatakan, orang akan terkejut dengan sikap positif di AS, di mana Presiden Donald Trump menjadikan imigrasi sebagai salah satu kebijakan prioritasnya. ”Terlepas dari kenyataan bahwa imigrasi merupakan topik yang panas di AS, mayoritas warga AS sangat menerima migran,” ujar Ray.
AS sendiri menempati urutan keenam dalam indeks Gallup setelah Sierra Leone. Ray mengatakan, para pendukung Trump lebih menerima migran dibandingkan dengan rata-rata global.
Secara umum, indeks itu juga menunjukkan bahwa penerimaan migran lebih besar di antara generasi muda, orang dengan tingkat pendidikan tinggi, dan mereka yang tinggal di perkotaan.(REUTERS)