Presiden Jokowi menegaskan, kerja sama antarbangsa diperlukan untuk memastikan semua negara mendapatkan akses yang setara terhadap vaksin yang aman dengan harga yang terjangkau. Tidak perlu terjadi rivalitas soal itu.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 tak hanya menyerang ketahanan kesehatan, tetapi juga pertahanan sosial-ekonomi semua bangsa di dunia. Karena itu, Indonesia menyerukan penguatan kerja sama bangsa-bangsa, terutama untuk memastikan kesetaraan dalam mengakses vaksin yang diyakini sebagai jalan keluar untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Seruan itu disampaikan Presiden Joko Widodo di hadapan Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu (23/9/2020) pagi WIB.
”Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau,” kata Presiden saat berpidato dalam sesi debat umum yang disiarkan dari ruang sidang Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa (22/9/2020) malam waktu New York.
Dalam pidato yang disampaikan secara virtual dari Istana Merdeka, Jakarta, itu Kepala Negara menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak yang luar biasa. Tak hanya meluluhlantakkan ketahanan kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi.
Presiden juga mengingatkan bahwa penularan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, juga tak mengenal batas negara. Menurut dia, tidak ada satu pun yang aman sampai semua orang benar-benar aman dari Covid-19.
Dengan demikian, tidak sepantasnya perpecahan dan rivalitas antarnegara, terutama dalam memperoleh vaksin Covid-19, dibiarkan. Sebab, untuk mengakhiri pandemi, negara-negara di dunia dituntut untuk bersatu padu menjalin kerja sama yang saling menguntungkan satu sama lain.
”Kerja sama dalam penanganan Covid-19 harus kita perkuat, baik dari sisi kesehatan maupun dampak sosial-ekonominya,” kata Presiden.
Tidak sepantasnya perpecahan dan rivalitas antarnegara, terutama dalam memperoleh vaksin Covid-19, dibiarkan.
Vaksin, lanjut Presiden, akan menjadi pembawa perubahan dalam perang melawan Covid-19. Karena itu, kerja sama antarbangsa diperlukan untuk memastikan semua negara mendapatkan akses yang setara terhadap vaksin yang aman dengan harga yang terjangkau. Kerja sama juga perlu diperkuat untuk tata kelola ketahanan dunia. RI meyakini kesehatan dunia yang berbasis pada ketahanan kesehatan nasional akan menjadi penentu masa depan dunia.
Kerja sama juga perlu diperkuat dalam pemulihan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Kesehatan warga dunia harus menjadi prioritas dalam proses aktivasi ekonomi dunia.
”Dunia yang sehat, dunia yang produktif, harus menjadi prioritas kita. Semua dapat tercapai jika semua bekerja sama, bekerja sama, dan bekerja sama,” tutur Presiden.
Kerja sama juga perlu diperkuat dalam pemulihan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Sidang Majelis Umum PBB tahun ini menjadi forum PBB pertama yang dihadiri Presiden Jokowi meski secara virtual. Selama lima tahun pertama pemerintahannya, Jokowi selalu mendelegasikan kehadiran di forum PBB kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sementara itu, terkait dengan vaksin Covid-19, Indonesia telah bekerja sama dengan sejumlah negara untuk penyediaan vaksin, selain mengembangkan vaksin buatan dalam negeri. Dalam rapat kerja dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (22/9/2020), Menteri Luar Negeri menyebut, kerja sama vaksin dilakukan dengan China, Korea Selatan, dan Inggris.
Kerja sama itu dilakukan sebagai salah satu upaya pendekatan jangka pendek agar Indonesia bisa segera memperoleh vaksin. ”Dalam memperoleh vaksin, pemerintah melakukan dua pendekatan. Pertama, pendekatan jangka pendek yang berarti akses cepat terhadap vaksin dengan mudah dan harga terjangkau. Pendekatan ini memerlukan kerja sama bilateral dan multilateral,” kata Retno.
Saat ini RI telah bekerja sama dengan China untuk mendapatkan vaksin dari perusahaan Sinovac, Sinopharm, dan G42. Uji coba vaksin Sinovac tengah dilakukan di Bandung, Jawa Barat.
Selain itu, RI juga melakukan kerja sama pengembangan vaksin dengan Korea Selatan. Retno menyebut, uji klinis vaksin Genexin dari Korea Selatan akan dilakukan pada Oktober nanti.
Tak hanya itu, pemerintah juga mulai menjajaki kerja sama pengadaan vaksin dengan dua lembaga dari Inggris, yakni AstraZeneca dan Imperial College London.
Sementara pendekatan jangka panjang dilakukan dengan menciptakan vaksin dalam negeri. Saat ini pemerintah tengah mengembangkan vaksin sendiri yang diberi nama Vaksin Merah-Putih.