Jepang Tambah Kuota Masuk Warga Asing, tapi Bukan Turis
Jepang mempertimbangkan mengizinkan lebih banyak orang asing ke negara itu untuk masuk dan tinggal lebih lama di Jepang mulai bulan depan. Namun, rencana itu tidak akan berlaku bagi turis.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, RABU — Pemerintah Jepang tengah mempertimbangkan mengizinkan lebih banyak orang asing untuk masuk dan tinggal lebih lama di Jepang mulai bulan depan. Sebagaimana dilaporkan surat kabar Asahi pada Rabu (23/9/2020), izin itu hanya akan dikeluarkan bagi mereka selain wisatawan atau turis. Dalam tingkat tertentu, pembatasan masuk bagi warga asing ke Jepang tetap diterapkan sebagai bagian dari protokol menghadapi kondisi pandemi Covid-19.
Dalam upaya mencegah penyebaran virus korona tipe baru, Jepang telah menerapkan beberapa pembatasan perjalanan paling ketat di dunia. Bahkan, penduduk tetap Jepang tidak dapat masuk kembali ke negara itu bila belum mendapat izin masuk. Pemerintah negara itu lalu melonggarkan beberapa pembatasan pada pelajar dan pebisnis dari tujuh negara pada akhir Juli.
Di bawah pelonggaran terbaru yang diusulkan kali ini, Jepang akan mengizinkan mereka yang memiliki izin tinggal di Jepang selama lebih dari tiga bulan. Izin itu akan mencakup izin bagi para pelajar dan pekerja medis. Asahi, dengan mengutip sejumlah sumber pemerintah, menyebutkan, warga negara asing akan diizinkan masuk ke Jepang. Satu yang menjadi catatan penting, izin masuk itu akan dibatasi maksimal 1.000 orang per hari.
Jepang sejauh ini berhasil menjaga infeksi Covid-19 dengan tingkat kematian pada tingkat yang rendah dibandingkan dengan negara-negara yang terkena dampak paling parah. Hingga hari kedua pada pekan ini, jumlah kasus kumulatif Covid-19 di Jepang sebanyak 79.900 kasus terkonfirmasi dan 1.519 kematian. Pada awal pekan ini, Jepang mengonfirmasi sebanyak 312 kasus baru Covid-19, penambahan terendah secara harian dalam sepekan terakhir.
Pada akhir pekan kemarin hingga menjelang tengah pekan ini terdapat liburan empat hari di negara itu. Tempat-tempat wisata domestik pun dilaporkan dipenuhi wisatawan lokal.
Meskipun demikian, sebagaimana dilaporkan Kyodo News, tetap muncul kekhawatiran akan melonjaknya jumlah kasus Covid-19. Pada akhir pekan kemarin hingga menjelang tengah pekan ini terdapat liburan empat hari di negara itu. Tempat-tempat wisata domestik pun dilaporkan dipenuhi wisatawan lokal.
Dari sisi jumlah kasus, penambahan 312 kasus Covid-19 itu lebih kecil dari yang dilaporkan pada Minggu (20/9), yaitu sebanyak 480 kasus. Laporan tentang kasus pada Senin (21/9) itu juga yang terkecil sejak 14 September. Jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan pada tanggal itu sebanyak 268 kasus. Tokyo, daerah yang paling terpukul di antara 47 prefektur di Jepang, juga melaporka angka terendah Covid-19 dalam tujuh hari terakhir. Tokyo melaporkan rata-rata 98 kasus Covid-19 per hari di periode itu. Angka harian mencerminkan jumlah terbaru yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan dan institusi medis.
Jepang mengalami lonjakan jumlah kasus Covid-19 setelah berakhirnya masa kondisi darurat penyakit itu pada akhir Mei. Kala itu, jumlah kasus secara harian meningkat, bahkan mencapai lebih dari 1.500 kasus harian yang dilaporkan pada awal Agustus. Namun, kemudian laju peningkatan Covid-19 itu belakangan melambat.
Pada awal pekan lalu, pemerintah metropolitan Tokyo mencabut batas waktu tutup usaha yang menyajikan produk-produk beralkohol, seperti restoran dan bar. Tempat-tempat usaha itu boleh buka hingga lebih dari pukul 10.00 malam. Pengurangan jumlah kasus Covid-19 juga mendorong pemerintah pusat untuk melonggarkan aturan yang membatasi jumlah orang di pertandingan olahraga, bioskop, dan acara lainnya. Pelonggaran itu diberlakukan mulai Sabtu (19/9) yang adalah hari pertama dari masa empat hari libur hingga Selasa.
Kyodo melaporkan, sebagian warga tampak kurang berhati-hati saat bepergian dan kembali ke tempat-tempat wisata selama liburan. Media itu mengutip pengelola toko-toko dan restoran-restoran setempat. Hayato Nozaki (34), pekerja restoran Jepang di Asakusa, mengatakan sudah lama tidak melihat daerah yang begitu ramai dengan turis. Asasuka adalah salah satu tempat wisata paling populer di Tokyo. ”Karena kami sudah lama berada dalam situasi yang parah, ini melegakan,” katanya. ”Namun saya juga khawatir infeksi virus (korona tipe baru) akan melonjak lagi.” (REUTERS)