Pandemi Covid-19 semakin memperburuk kondisi mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan dan terdampak konflik.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 memberikan dampak besar pada penduduk dunia. Tetapi, dampak yang lebih besar dirasakan oleh mereka yang telantar dan terdampak oleh konflik. Akibatnya, banyak di antara mereka yang kelaparan dan tunawisma.
Tak ada satupun negara yang tidak terdampak oleh pandemi, termasuk negara maju, apalagi negara miskin. BBC melaporkan, 15 September 2020, tingkat pengangguran di Inggris naik menjadi 4,1 persen pada bulan Juli lalu dari bulan sebelumnya 3,9 persen. Generasi muda berusia 16-24 tahun menjadi kelompok penduduk yang paling besar merasakan dampak itu dibandingkan kelompok usia lain.
Di belahan dunia yang lain, kenyataan yang dihadapi penduduk jauh lebih pahit. Pandemi semakin membuat penderitaan yang mereka rasakan jadi berlipat. Kenyataan pahit di negara-negara miskin dan dilanda konflik, seperti Afghanistan, Irak, Libya, Mali, Somalia, dan Yaman itu diungkapkan dalam laporan Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) berjudul “Downward Spiral”.
Laporan tersebut disusun berdasarkan kajian dan survei terhadap 1.413 warga yang telantar dan terdampak konflik di 14 negara, yaitu Afghanistan, Kolombia, Irak, Kenya, Libya, Mali, Uganda, Venezuela, Somalia, Republik Demokratik Kongo, Lebanon, Jordania, Burkina Faso, dan Yaman.
Berdasarkan laporan itu, hampir tiga perempat dari 1.400 orang responden menyatakan, kondisi kehidupan mereka menurun setelah pandemi Covid-19 terjadi. Sebanyak 70 persen dari mereka “harus mengurangi porsi makan keluarga mereka,” 77 persen kehilangan pekerjaan atau penghasilan, dan 73 persen menghadapi “kesulitan ekonomi” yang tak memungkinkan mereka menyekolahkan anaknya.
“Kelompok paling rentan di dunia rontok berjatuhan,” kata Jan Egeland, Sekretaris Jenderal NRC. “Mereka terpaksa meninggalkan rumah karena kekerasan, sering tak memiliki akses pada layanan dasar pemerintah atau hak untuk bekerja. Dampak ekonomi pandemi mendorong mereka ke dalam malapetaka,” katanya.
Jangankan setelah pandemi, sebelum pandemi terjadi pun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) khawatir atas meningkatnya kelaparan di dunia.
Berdasarkan laporan tahunan yang dirilis, Juli lalu, hampir 1 dari 9 orang kekurangan nutrisi kronis pada tahun 2019. Tahun 2020 sekarang kondisi itu semakin parah akibat pandemi Covid-19.
Warga minoritas, marginal, anak anak, serta perempuan menjadi kelompok paling terdampak pandemi di berbagai negara. Menurut studi William Joe dan SV Subramanian, Profesor Kesehatan Populasi dan Geografi Harvard University yang dipublikasi di jurnal Global Health Science, Agustus lalu, selama kebijakan karantina wilayah diterapkan anak-anak warga miskin di India memiliki risiko kurang gizi dan malnutrisi yang meningkat.
Adapun di masyarakat yang sejak lama hidup dalam prasangka dan rasisme, pandemi memperbesar dan memperparah ketimpangan antar-ras.
Baru-baru ini Bill and Melinda Gates Foundation merilis laporan yang menilai capaian dan ketimpangan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Laporan itu mengungkap bahwa banyak capaian yang sudah diraih menjadi terhenti di tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.
Laporan itu juga menunjukkan, sebanyak 68 juta penduduk di negara berpendapatan menengah ke bawah jatuh miskin akibat pandemi, dan 37 juta penduduk lainnya menjadi sangat miskin. Salah satu yang paling terdampak adalah cakupan vaksinasi dasar yang “mundur 25 tahun hanya dalam 25 minggu.” (AFP)