Ingat, Ekonomi Hanya Pulih jika Virus Korona Terkendali
Ekonomi hanya akan pulih jika penanganan Covid-19 sudah tepat, yang membuat masyarakat merasa aman sepenuhnya untuk beraktivitas.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA — Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, Jerome Powell, menyatakan, perekonomian hanya akan pulih dari tekanan pandemi Covid-19 jika orang merasa aman sepenuhnya untuk beraktivitas. Rasa aman hanya memungkinkan jika penanganan atas penyebaran virus korona tipe baru dirasa tepat dan virus dapat dikendalikan.
Powell menyampaikan hal itu dalam sambutan yang dirilis di Washington DC, Senin (21/9/2020) waktu setempat, menjelang kesaksiannya di depan Kongres AS. ”Pemulihan penuh kemungkinan akan datang hanya jika orang-orang yakin bahwa (mereka) aman untuk terlibat lagi dalam berbagai kegiatan,” katanya.
”Jalan ke depan akan bergantung pada pengendalian virus dan pada tindakan kebijakan yang diambil di semua tingkat pemerintahan,” kata Powell lagi.
Gubernur The Fed itu akan memberikan kesaksian selama tiga hari di depan komite DPR dan Senat mulai Selasa waktu setempat. Tema utama kesaksiannya adalah tanggapan The Fed terhadap penurunan ekonomi AS akibat pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan puluhan juta warga AS kehilangan pekerjaan. Amerika juga mengalami rekor penurunan PDB tahunan pada triwulan II-2020 karena penutupan wilayah sebagai respons untuk menghentikan penyebaran virus korona tipe baru.
Sejumlah sektor ekonomi, seperti penjualan ritel dan perumahan, telah mengalami pemulihan cepat (rebound) secara tajam belakangan. Namun, kasus terkonfirmasi Covid-19 di AS terus marak.
Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di AS per Senin mencapai 6,85 juta kasus dengan kematian lebih dari 200.000 orang. Awal pekan ini jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 36.401 kasus.
Kongres menemui jalan buntu untuk mengambil keputusan perlu tidaknya anggaran tambahan negara guna membantu pemulihan ekonomi.
Bank Sentral AS mengeluarkan triliunan dollar AS dalam likuiditas dan memangkas suku bunga utamanya mendekati nol saat pandemi Covid-19 melanda. Powell menyatakan, pihaknya dapat berbuat lebih banyak jika diperlukan. Namun, ditegaskan, The Fed hanya dapat meminjamkan dan tidak membelanjakan.
Powell telah berulang kali menyerukan perlunya lebih banyak dukungan dari negara bagi perekonomian. Meskipun telah ada pembicaraan berminggu-minggu, hanya ada sedikit tanda kemajuan dalam negosiasi antara Partai Demokrat dan Republik di Washington.
Powell telah berulang kali menyerukan perlunya lebih banyak dukungan dari negara bagi perekonomian. Meskipun telah ada pembicaraan berminggu-minggu, hanya ada sedikit tanda kemajuan dalam negosiasi antara Partai Demokrat dan Republik di Washington.
Anggota parlemen menyetujui Undang-Undang CARES senilai 2,2 triliun dollar AS pada Maret ketika pandemi Covid-19 melanda. UU itu termasuk pembayaran ekstra bagi para pengangguran serta program pinjaman dan hibah untuk usaha kecil. Namun, program tersebut telah berakhir dalam beberapa pekan terakhir.
Kekhawatiran di Eropa
Secara terpisah di Eropa, lonjakan kasus Covid-19 dinilai menjadi ancaman terbesar bagi pemulihan ekonomi zona euro. Hal itu tergambar dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters terhadap para ekonom. Pertumbuhan dan inflasi lebih cenderung menciptakan kejutan negatif pada tahun mendatang daripada sesuatu yang bersifat positif. Jumlah kasus Covid-19 secara global awal pekan ini mencapai 31,2 juta dengan jumlah kematian 21,3 juta orang.
Pemulihan cepat ekonomi di zona euro terlihat setelah pelonggaran pembatasan kegiatan hingga penutupan wilayah. Bisnis pun dibuka kembali. Namun, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di beberapa negara, terutama Perancis dan Spanyol, melonjak belakangan. Ini membuka kemungkinan pembatasan dan penutupan kembali wilayah di Eropa, khususnya di negara-negara yang mengalami lonjakan kasus Covid-19.
”Meningkatnya jumlah infeksi Covid-19 selama musim panas telah memperjelas bahwa jika tidak ada vaksin yang efektif, pertumbuhan akan terhambat,” kata Peter Vanden Houte, kepala ekonom di lembaga keuangan ING.
”Ada juga ketakutan akan gelombang kedua yang negatif pada resesi saat ini sebagaimana tecermin dalam jumlah pengangguran yang melonjak; kita tidak dapat mengecualikan penghematan atas pencegahan yang lebih tinggi karena dapat mengurangi konsumsi.”
Kembalinya perekonomian sebelum wabah Covid-19 tahun ini diperkirakan tidak akan terjadi hingga setidaknya akhir tahun 2022. Kondisi itu terjadi sekalipun Bank Sentral Eropa merencanakan dana stimulus senilai 1,35 triliun euro.
Dana itu diperuntukkan untuk pembelian aset tambahan terkait pandemi dan dana pemulihan senilai 750 miliar euro dari Uni Eropa yang akan dimulai tahun depan.
Namun, timbul juga kekhawatiran soal tidak adanya stimulus baru. Sejumlah pemerintah mungkin tidak dapat memperpanjang cuti pekerja yang diberlakukan awal tahun ini karena mereka bergumul dengan utang yang melonjak. Pengangguran di zona euro, yang sempat menurun tepat sebelum pandemi Covid-19 melanda, cenderung naik.
Sembilan puluh persen ekonom atau 37 dari 41 yang menanggapi pertanyaan tambahan dalam jajak pendapat Reuters pada 15-17 September mengatakan lonjakan lebih lanjut infeksi Covid-19 adalah risiko terbesar bagi ekonomi zona euro selama tahun mendatang.
Ekonomi zona euro diperkirakan tumbuh 4,5 persen pada triwulan III-2020 dibanding triwulan sebelumnya. Jika ada lonjakan kasus Covid-19 dan wilayah ditutup lagi, ekonomi bisa terkontraksi lagi di periode Oktober-Desember. (AP/REUTERS)