Beijing-New Delhi memanas setelah sebagian unit di tentara perbatasan kedua negara terlibat tawuran. Sampai sekarang, jumlah korban tewas dan terluka dalam insiden itu simpang siur.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
NEW DELHI, JUMAT - Meski mengaku sepakat meredakan ketegangan di perbatasan, India-China tidak kunjung mewujudkannya. Beijing-New Delhi baku kerahkan tentara dan gencarkan pembangunan dekat perbatasan yang disengketakan di kaki Himalaya.
Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengatakan, India menaikkan anggaran untuk membangun infrastruktur di perbatasan. Pembangunan jalan, bandara, dan aneka infrastruktur itu untuk menyaingi aset China di perbatasan. Pembangunan infrastruktur juga untuk memudahkan pergerakan pasukan. “Kami sangat siap melindungi kedaulatan dan keutuhan wilayah,” ujarnya, Jumat (18/9/2020), di New Delhi.
Sejak Juni 2020, hubungan Beijing-New Delhi memanas setelah sebagian unit di tentara perbatasan kedua negara terlibat tawuran. Sampai sekarang, jumlah korban tewas dan terluka dalam insiden itu simpang siur. Menteri, panglima tentara, hingga komandan lapangan kedua negara bolak-balik berusaha meredakan ketegangan. Walakin, pasukan di lapangan terus memanas. Apalagi, China-India baku menambah pasukan dan persenjataan di perbatasan.
Dalam beberapa bulan terakhir, India berlatih mengirim perbekalan militer ke perbatasan. Latihan itu untuk meningkatkan kemampuan tentara India mengirim senjata, peluru, bahan bakar, hingga bahan pangan ke Ladakh, wilayah India yang berbatasan dengan wilayah China di kaki Himalaya.
Singh menuding, China menduduki wilayah 38.000 kilometer persegi milik India. Sementara Beijing berkeras justru tentara India yang menduduki wilayah China di dekat perbatasan kedua negara.
Sebelum India membangun aneka infrastruktur, China sudah lebih dulu melakukannya. Rel kereta, jalan raya, dan aneka bangunan dibangun dekat perbatasan.
Terbaru, China dilaporkan mulai membentangkan kabel serat optik dekat wilayah sengketa. India menduga kabel-kabel itu untuk infrastruktur telekomunikasi militer. Pembangunan jaringan kabel serat kaca oleh militer China terpantau oleh India dalam beberapa bulan terakhir.
Keunggulan Infrastruktur
Pakar di China menyebut, India tertinggal jauh dari China untuk urusan infrastruktur perbatasan. “Infrastrukturnya di perbatasan dan kemampuan menggelar operasi kala musim dingin, memasok ke pasukan perbatasan, tidak sebaik klaimnya. Cuaca dan kondisi lapangan di Ladakh adalah tantangan utama menggelar operasi militer besar di musim dingin. Dibutuhkan pasokan medis dan dukungan lain secara cepat,” kata Direktur Riset pada National Strategy Institute of Tsinghua University, Qian Feng, kepada Global Times.
India tidak punya jaringan rel yang memadai di Ladakh. Jalan rayanya juga tidak mendukung untuk pergerakan kendaraan militer untuk skala operasi besar. Akibatnya, India harus mengandalkan pesawat angkut besar jika harus menggelar operasi besar di perbatasan.
Sebaliknya, China sejak lama telah punya jaringan jalan, rel, dan jembatan yang mendukung pergerakan kendaraan dan pasukan militer. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China telah bolak-balik mengerahkan ribuan tentara berikut perbekalan pendukung ke perbatasan melalui jaringan infrastruktur itu. Dalam beberapa kali pengerahan pasukan, China hanya butuh beberapa jam untuk menambah ribuan tentara dan perbekalan pendukung ke wilayah perbatasan.
Sumber militer China menyebut, Beijing telah menyiagakan pesawat pembon JH-7 dekat perbatasan. Pesawat itu dilaporkan senantiasa dalam keadaan siap tempur dan telah dilengkapi aneka persenjataan. Dengan demikian, pesawat itu siap beroperasi sewaktu-waktu.
Sejumlah pihak khawatir, Ladakh akan menjadi Kashmir. Selama puluhan tahun, India terlibat sedikitnya empat perang besar dan ribuan baku tembak dengan Pakistan karena rebutan Kashmir. Sementara dengan China, India terlibat 1 perang pada 1962 lalu insiden-insiden yang sebagian besar berupa perkelahian para tentara di perbatasan.
Singh menyebut, PLA melakukan pelanggaran besar-besaran dengan mengerahkan tentara dan persenjataan secara masif di perbatasan. Pengerahan itu melanggar kesepakatan lebih dari 20 tahun lalu. Beijing disebut mencoba mengubah keadaan secara sepihak.
Perbatasan India-China masih dalam status sengketa selama puluhan tahun. Beijing-New Delhi menyepakati garis kendali sebagai perbatasan faktual kedua negara di kaki Himalaya. Di sana, bolak-balik terjadi insiden karena penjaga perbatasan baku menuding pasukan tetangga terlalu dekat bahkan menerobos garis kendali.
Sejak Juni 2020, panglima militer kedua negara bolak-balik menyatakan akan menarik pasukan masing-masing dari garis kendali. Walakin, justru kedua negara baku menambah pasukan dan persenjataan di perbatasan. Bukannya menjauhi, pasukan kedua negara malah makin rutin berpatroli di sekitar garis kendali. (REUTERS/AP)