Jejak Kaki Manusia Purba di Saudi, Jejak Tertua Manusia Modern di Jazirah Arab
Jejak kaki manusia purba yang diperkirakan berusia 120.000 tahun lalu ditemukan di Gurun Nefud, Arab Saudi utara. Peneliti meyakini jejak ini membuat Jazirah Arab menjadi gerbang penyebaran manusia modern.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
RIYADH, JUMAT — Hasil rekonstruksi para arkeolog memperlihatkan gambaran wilayah Arab Saudi utara sekitar 120.000 tahun lampau berbeda dengan kondisi sekarang yang didominasi gurun pasir luas dan gersang. Rekonstruksi tersebut menggambarkan wilayah utara Arab Saudi sebagai wilayah yang jauh lebih hijau, lembab, dan memiliki vegetasi alami.
Gambaran teperinci tentang kondisi Arab Saudi bagian utara itu direkonstruksi oleh para arkeologi dalam sebuah studi baru yang diterbitkan jurnal Science Advances, Kamis (17/9/2020). Rekonstruksi itu dilakukan menyusul penemuan jejak kaki manusia dan hewan purba di Gurun Nefud yang memberikan pentujuk baru tentang rute perjalanan nenek moyang manusia ketika menyebar dari wilayah Afrika.
Mathew Stewart, peneliti pada Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia, Jerman, mengatakan bahwa jejak kaki manusia Homo sapiens itu ditemukan ketika dirinya tengah melakukan penemuan pada 2017, menyusul erosi sedimen di atas sebuah danau kuno yang dijuluki Alathar atau ”Jejak”.
”Jejak kaki adalah bentuk unik dari bukti fosil yang memberikan gambaran tepat waktu, biasanya mewakili beberapa jam atau hari, resolusi yang cenderung tidak kami dapatkan dari catatan lain,” katanya.
Secara total, tujuh dari ratusan cetakan jejak kaki yang ditemukan secara meyakinkan diidentifikasi sebagai hominin, termasuk empat jejak kaki, mengingat menuju ke arah yang sama, berjarak satu sama lain dengan ukuran yang berbeda. Temuan itu ditafsirkan sebagai petunjuk bahwa dua atau tiga orang bepergian bersama-sama.
Para peneliti berpendapat jejak kaki itu milik manusia modern, bukan manusia purba Neanderthal. Hal ini didasarkan bahwa leluhur manusia modern sekarang (Homo sapiens) itu tidak diketahui sudah ada di wilayah Timur Tengah secara luas pada saat itu.
”Kami tahu bahwa manusia mengunjungi danau ini pada saat yang sama dengan hewan-hewan ini. Dan, tidak seperti biasanya di daerah tersebut, tidak ada peralatan batu,” kata Stewart.
Biasanya, penemuan peralatan batu di sebuah lokasi bisa mengindikasikan bahwa manusia membuat permukiman jangka panjang di sana. Stewart menambahkan, sekelompok manusia ini mengunjungi danau untuk sumber air semata atau memburu hewan ketika buruannya itu tengah mencari makan.
Gerbang persebaran
Penemuan jejak kaki manusia purba di Arab Saudi itu, jika terkonfirmasi, menandai jejak tertua spesies manusia modern yang pernah ditemukan di Jazirah Arab, yang menjadi pintu gerbang penyebaran manusia purba ke seluruh dunia. ”Begitu kami melihatnya, kami dapat melihat semuanya (gambaran besar persebaran manusia purba),” kata Stewart, dikutip dari laman The National Geographic.
Dia menjelaskan, jika diamati lebih dekat, cetakan-cetakan yang ada di sekitar lokasi penemuan jejak manusia modern ini juga terlihat ada unta yang memanjang dan kemungkinan juga jejak samar dari kerbau raksasa serta kerabat kuda purba.
Michael Petraglia, peneliti evolusi manusia pada Max Planck Institute yang juga pemimpin tim penelitian, mengatakan bahwa baginya temuan ini seperti menggambarkan satu momen di dalam sejarah manusia. ”Imajinasi benar-benar menjadi liar. Banyak pertanyaan mencuat. Seperti apa orang-orang ini? Apa yang mereka lakukan? Setelah semua danau ini mengering, apa yang terjadi dengan mereka? Itu benar-benar membuat kami penasaran,” kata Petraglia.
Penelitian di Arab Saudi tersebut merupakan bagian dari upaya selama lebih dari satu dekade yang dipimpin oleh Petraglia untuk mengungkap sejarah hominin di Jazirah Arab dan untuk lebih memahami langkah pertama spesies manusia modern keluar dari Afrika.
Petraglia mengatakan, kehadiran hewan besar, seperti gajah dan kuda nil, bersama dengan padang rumput terbuka dan sumber daya air besar mungkin telah membuat wilayah utara Arab Saudi menjadi tempat yang sangat menarik bagi manusia yang bergerak antara Afrika dan Eurasia.
Selain jejak kaki, sekitar 233 fosil ditemukan, diperkirakan karnivora yang tertarik pada herbivora di Alathar, serupa dengan yang terlihat di sabana Afrika saat ini. (AFP)