Separuh Lebih Stok Vaksin Covid-19 Dikuasai Negara Kaya
Miliaran jiwa di dunia memerlukan vaksin Covid-19. Namun, 51 persen stok calon vaksin Covid-19 potensial sudah dikuasai negara-negara kaya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
AFP/ERNESTO BENAVIDES
Polisi berdiri di Universitas Cayetano Heredia di Lima, Peru, 9 September 2020. Di lokasi itu, calon vaksin Covid-19 buatan China akan diuji kepada sukarelawan.
WASHINGTON, KAMIS — Separuh lebih calon vaksin Covid-19 potensial di dunia dikuasai hanya oleh segelintir negara kaya yang total jumlah penduduknya tak sampai 15 persen populasi dunia. Nasionalisme vaksin seperti ini mengancam jiwa dan berpotensi membuat pandemi berlangsung lebih lama.
Lima calon vaksin Covid-19 potensial yang kini masih diuji klinis tahap III akan menghasilkan 5,9 miliar dosis jika sudah mendapat izin edar dan diproduksi massal. Jumlah ini cukup untuk diberikan kepada sekitar 3 miliar penduduk dunia.
Akan tetapi, hasil studi yang dirilis Oxfam menunjukkan, sekelompok kecil negara dan kekuatan ekonomi dengan jumlah penduduk hanya 13 persen populasi dunia telah mengamankan 51 persen stok calon vaksin Covid-19 tersebut. Negara itu termasuk Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Australia, Hong Kong dan Makau, Jepang, Swiss, serta Israel.
Sisa 2,6 juta miliar dosis telah dibeli atau dijanjikan untuk negara berkembang, termasuk India, Bangladesh, China, Brasil, Indonesia, dan Meksiko.
”Akses terhadap vaksin yang bisa menyelamatkan nyawa tidak seharusnya bergantung pada di mana kita tinggal atau berapa banyak uang yang kamu miliki,” kata Robert Silverman dari Oxfam Amerika. ”Covid-19 di mana pun berada adalah Covid-19 (yang sama) di semua tempat.”
Sementara itu, Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen berjanji bahwa Eropa akan memimpin pengembangan vaksin Covid-19 dan mendukung badan multilateral, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kompas
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berpidato di hadapan Parlemen Uni Eropa di Brussels, Rabu (16/9/2020).
”Tak satu pun aman sampai semuanya aman, di mana pun kita hidup, apa pun yang kita miliki,” ujarnya. ”Nasionalisme vaksin membahayakan nyawa. Kerja sama vaksin menyelamatkan nyawa.”
Isu nasionalisme vaksin menyeruak dan menimbulkan kekhawatiran di antara badan-badan dunia dan pakar kesehatan setelah sejumlah negara kaya dengan kekuatan ekonominya mengamankan sejak awal sejumlah calon vaksin Covid-19 potensial.
Jika hal itu berlangsung terus-menerus, negara-negara miskin tidak memiliki akses yang terbuka pada vaksin Covid-19. Oleh karena itu, WHO bersama dengan Gavi dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapan Epidemi (CEPI) mengembangkan mekanisme COVAX Facility yang menghimpun dana global untuk pengembangan vaksin dan terapi Covid-19.
Melalui mekanisme ini juga kebutuhan negara-negara di dunia akan vaksin Covid-19 digabungkan sehingga akan menciptakan permintaan yang besar. Posisi tawar setiap negara terhadap raksasa farmasi pengembangan vaksin akan kuat dan negara miskin memiliki akses yang sama terhadap vaksin dengan negara kaya.
Pada Rabu kemarin, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa vaksin Covid-19 akan tersedia paling cepat bulan depan atau sebelum pemilu presiden, 3 November mendatang. Hal ini berbeda dengan pernyataan Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS Robert Redfield.
Di hadapan panel Kongres AS, Rabu (16/9/2020), Redfield menyampaikan bahwa vaksin Covid-19 akan tersedia paling cepat November atau Desember 2020. Jumlah yang terbatas baru bisa diakses oleh kelompok yang berisiko tertular. Adapun bagi penduduk secara umum baru tersedia luas pada sekitar ”akhir kuartal kedua, kuartal ketiga 2021.”
”Begitu vaksin mendapat izin edar, kami ingin langsung mendistribusikannya sejak 24 jam pertama izin keluar,” kata Redfield. Tapi, ”vaksinasi massal agar mencapai kekebalan yang diperlukan perlu waktu enam bulan.”
Kompas
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memakai masker saat berkunjung ke Bioprocess Innovation Center di Fujifilm Diosynth Biotechnologies di Morrisville, North Caroline, AS, 27 Juli 2020.
Rabu malam, Redfield juga menulis di Twitter soal pentingnya vaksin. Namun, ia juga menekankan masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan sambil menunggu vaksin tersedia. ”Pertahanan terbaik terhadap virus yang kita miliki saat ini adalah memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sosial, dan hati-hati dalam berkerumun. #COVID19”
Akan tetapi, dalam jumpa pers, Trump yakin bahwa vaksin Covid-19 akan tersedia lebih cepat. Ia memanggil Redfield untuk mempertanyakan pernyataannya di hadapan Kongres. ”Saya rasa dia berbuat kesalahan ketika mengatakan itu,” ujar Trump. ”Ia tidak bermaksud demikian. Ketika menyampaikan itu, saya yakin ia bingung.”
Menurut Trump, vaksin Covid-19 akan tersedia hanya dalam hitungan minggu dan sudah ada rencana untuk mendistribusikannya begitu Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) menyetujuinya. Trump mendorong agar vaksin Covid-19 sudah tersedia sebelum pemilihan presiden 3 November mendatang.
Trump juga mengkritik Redfield yang mengatakan bahwa menggunakan masker bisa efektif seperti vaksin dalam mencegah penularan. ”Nomor satu, itu tidak lebih efektif daripada vaksin dan saya menelepon dia tentang ini,” ujar Trump.
Menurut calon presiden AS dari Demokrat, Joe Biden, kontradiksi Trump dan pakar kesehatan di CDC itu menjadi bukti kurangnya kepercayaan publik terhadap Trump dalam menangani pandemi, salah satu fokus kampanye pemilu presiden AS 2020. (REUTERS/AFP)