Mengerikan, Ini Lebih Buruk dari Fiksi Ilmiah Mana Pun
Pandemi Covid-19 menyebar dengan cepat. Satu juta kasus baru Covid-19 di India dideteksi hanya dalam 11 hari terakhir. Ini sangat serius, kata WHO, dan belum sampai pada pertengahan pandemi. Ini masih di awal pandemi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Kasus Covid-19 di India, Rabu (16/9/2020), melonjak di atas 5 juta kasus. Meski begitu, otoritas setempat belum memperketat pembatasan sosialnya kembali agar laju infeksi lebih terkendali. Utusan Khusus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan pandemi saat ini sebagai situasi yang ”mengerikan”.
Total kasus Covid-19 di dunia dengan cepat bergerak segera menembus 30 juta kasus dengan lebih dari 935.000 kasus meninggal. Negara-negara di seluruh dunia berjuang mengendalikan lonjakan kasus baru sambil berupaya memulihkan kembali perekonomiannya.
”Ini lebih buruk dari fiksi ilmiah mana pun tentang pandemi,” kata David Nabarro, Utusan Khusus WHO, kepada anggota parlemen Inggris, Selasa (15/9/2020). ”Ini sangat serius, kita bahkan belum sampai pada pertengahan pandemi. Kita masih di awal pandemi.”
Virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 menyebar dengan cepat di beberapa negara dengan jumlah penduduk yang banyak, seperti India. Di negara kawasan Asia Selatan itu, 1 juta kasus baru terdeteksi dalam 11 hari terakhir.
Sejumlah pakar telah memperingatkan bahwa jumlah total kasus yang sesungguhnya di India bisa lebih banyak dari data yang ada. Negara tersebut telah melonggarkan pembatasan sosialnya untuk menggerakkan ekonomi walaupun lonjakan kasus terus terjadi.
”Warga telah kehilangan rasa takut atau terlalu letih (untuk) berhati-hati. Mereka ingin keluar rumah dan mendapatkan penghasilan,” kata Jayant Surana, wirausaha di New Delhi. ”Semuanya sekarang tergantung pada kehendak Tuhan.”
WHO melaporkan, dalam periode satu minggu, yaitu 7-13 September 2020, kasus Covid-19 di seluruh dunia bertambah lebih dari 1,8 juta kasus. Adapun kasus meninggal pada periode yang sama dilaporkan sebanyak 40.600 kasus.
Kawasan Amerika telah secara konsisten melaporkan kasus baru terbanyak di dunia selama berminggu-minggu. Saat ini, hampir separuh kasus Covid-19 global berasal dari Amerika. Sementara Benua Afrika menunjukkan penurunan kasus baru pada minggu ini dan satu-satunya kawasan yang juga melaporkan penurunan kasus meninggal.
Berkejaran dengan waktu
Para peneliti di seluruh dunia terus berkejaran dengan waktu untuk mengembangkan vaksin Covid-19 yang diyakini menjadi senjata ampuh untuk mengendalikan pandemi. Akan tetapi, sejumlah pihak terus memperingatkan dunia soal ”nasionalisme vaksin” yang justru berpotensi membuat pandemi berlangsung lebih lama.
Saat ini ada sembilan calon vaksin Covid-19 yang sudah memasuki tahap uji klinis fase III. Menyusul langkah Amerika Serikat dan beberapa negara maju yang memborong di awal kebutuhan vaksin Covid-19, WHO menyerukan agar negara-negara bekerja sama dan bergabung dalam mekanisme internasional pengembangan vaksin dan terapi Covid-19. Dengan kerja sama itu, bukan hanya negara-negara kaya, negara-negara miskin juga mendapat akses yang setara.
Ketua Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Eropa akan memimpin dunia dalam pengembangan vaksin Covid-19 dan mendukung badan dunia, seperti WHO. ”Tak satu pun aman sampai semuanya aman, di mana pun kita hidup, apa pun yang kita miliki,” ujarnya.
”Nasionalisme vaksin menempatkan nyawa dalam risiko. Kerja sama vaksin menyelamatkan mereka,” ucap perempuan politikus asal Jerman itu.
Sejauh ini, AS merupakan negara yang terdampak pandemi paling parah di dunia dalam hal jumlah kasus positif dan jumlah kasus meninggal. Presiden AS Donald Trump terus mendapat tekanan atas langkahnya menangani pandemi.
Selasa lalu, Trump menyampaikan bahwa vaksin Covid-19 kemungkinan tersedia dalam sebulan ke depan. ”Hanya beberapa minggu lagi, Anda tahu—bisa tiga minggu, empat minggu,” ujar Trump dalam sebuah acara yang disiarkan ABC News.
Akan tetapi, para pakar khawatir, institusi yang bertanggung jawab atas persetujuan dan distribusi vaksin di AS akan mendapat tekanan politik untuk mengabaikan beberapa prosedur agar vaksin tersedia sebelum pemilu presiden pada November nanti. (AFP)