WTO Nilai AS Langgar Aturan dalam Perang Dagang dengan China
WTO menyatakan, Amerika Serikat telah melanggar aturan perdagangan global lewat pemberlakuan tarif senilai miliaran dollar AS dalam perang dagang dengan China. Keputusan WTO itu sontak membuat berang Washington.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
GENEVA, SELASA — Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO pada Selasa (15/9/2020) menyatakan, Amerika Serikat telah melanggar aturan perdagangan global dengan memberlakukan tarif senilai miliaran dollar AS dalam perang dagang dengan China. Keputusan dan pernyataan WTO itu sontak memicu kemarahan Washington.
Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump mengatakan, tarif yang diberlakukan dua tahun lalu atas barang-barang China, senilai lebih dari 200 miliar dollar AS, dibenarkan. China telah mencuri kekayaan intelektual dan memaksa perusahaan AS untuk mentransfer teknologinya ketika mereka masuk ke pasar China.
Namun, panel WTO yang terdiri atas tiga anggota organisasi itu menyatakan, bea masuk yang diberlakukan AS tersebut melanggar aturan perdagangan global. Menurut WTO, tarif itu hanya diberlakukan bagi barang-barang asal China dan nilainya di atas tarif maksimal yang disetujui AS. Tim panel menyatakan Washington tidak cukup mampu menjelaskan alasan tindakan itu adalah sebuah pengecualian yang dibenarkan.
”Laporan panel ini menegaskan apa yang telah dikatakan pemerintahan Trump selama empat tahun: WTO sama sekali tidak memadai untuk menghentikan praktik teknologi berbahaya China,” kata Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menanggapi keputusan WTO. Kementerian Perdagangan China, di sisi lain, mengatakan, Beijing mendukung sistem perdagangan multilateral serta menghormati aturan dan putusan WTO. Pemerintah China pun berharap Washington bakal melakukan hal yang sama.
Bagaimanapun keputusan WTO itu hanya akan berdampak kecil pada tarif AS. Keputusan itu juga hanya awal dari proses hukum yang dapat memakan waktu bertahun-tahun. Ujung dari proses itu mengarah pada persetujuan WTO atas tindakan pembalasan jika putusan itu ditegakkan. Adapun dalam praktiknya, langkah pembalasan itu sudah dilakukan China.
Pemerintah AS kemungkinan akan mengajukan banding atas putusan itu. Jika strategi tersebut dipilih Washington, kasus itu akan mengalami kekosongan hukum.
Pemerintah AS kemungkinan akan mengajukan banding atas putusan itu. Jika strategi tersebut dipilih Washington, kasus itu akan mengalami kekosongan hukum. Sebab, Washington telah memblokir penunjukan hakim ke badan banding WTO. Kondisi itu pun menghalangi jumlah minimum hakim yang diperlukan untuk mendengarkan sebuah kasus.
Panel WTO tampaknya menyadari kondisi itu, termasuk kemungkinan semakin panasnya hubungan Beijing-Washington dalam urusan perdagangan tersebut. Otoritas WTO mencatat bahwa mereka hanya melihat ke dalam langkah-langkah AS dan bukan pembalasan China, sesuatu yang tidak ditentang oleh Washington di WTO. ”Panel sangat menyadari konteks yang lebih luas tentang sistem operasi WTO yang berlaku saat ini; ini mencerminkan serangkaian ketegangan perdagangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya,” demikian dinyatakan WTO dalam laporan setebal 66 halaman itu.
Panel merekomendasikan AS untuk membawa langkah-langkahnya ”sesuai dengan kewajibannya”. Namun, WTO juga mendorong kedua pihak untuk bekerja guna menyelesaikan perselisihan secara keseluruhan. ”Waktu tersedia bagi para pihak untuk mengambil keputusan saat proses berkembang dan lebih lanjut mempertimbangkan peluang untuk solusi yang disepakati bersama dan saling memuaskan,” kata WTO.
Selama perang dagang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun terakhir dengan China, Trump mengancam memberlakukan tarif pada hampir seluruh impor asal China. Nilainya diperkirakan mencapai 500 miliar dollar AS. Ancaman itu beberapa kali dikeluarkan Trump, sebelum kedua negara kemudian menandatangani kesepakatan perdagangan ”Fase 1” pada Januari tahun ini. Meskipun demikian, tambahan tarif masih berlaku untuk barang-barang China senilai sekitar 370 miliar dollar AS. Data Bea dan Cukai AS mencatat bea masuk senilai 62,16 miliar dollar AS telah dikumpulkan sejak Juli 2018.
Keputusan WTO atas perang dagang AS-China diperkirakan dapat membantu memicu keputusan Trump untuk meninggalkan WTO. Keputusan WTO itu juga paling tidak mendukung argumen AS untuk mereformasi badan perdagangan berusia 25 tahun tersebut. Hal itu dikatakan Margaret Cekuta, seorang mantan pejabat perwakilan dagang AS.
Cekuta adalah sosok yang membantu menulis laporan penting tentang pelanggaran kekayaan intelektual China. Laporan itu menjadi salah satu pertimbangan dan alasan penting Washington dalam penerapan tarif impor pada barang-barang asal China. ”Ini memberikan amunisi kepada pemerintah (AS) untuk mengatakan WTO sudah ketinggalan zaman. Jika mereka tidak dapat mengatur tentang hak kekayaan intelektual, lalu apa posisi mereka dalam ekonomi yang lebih luas ke depan?” kata Cekuta yang sekarang adalah petinggi di firma lobi Capitol Counsel.
Trump, yang mengkritik keberadaan lembaga-lembaga multilateral, telah keluar dari organisasi budaya PBB, UNESCO, dan berencana untuk meninggalkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Trump pun telah sejak lama mengkritik keberadaan WTO. Ia menggambarkan organisasi itu ”mengerikan” dan bias terhadap posisi China.
Trump beberapa kali mengancam AS untuk mundur dari organisasi itu. Ketika akan memulai masa kampanye pemilihan presiden, misalnya, Trump mengatakan dirinya harus melakukan sesuatu tentang WTO. Namun, dia perlu mempertimbangkan semua hal sebelum mengambil keputusan. ”Saya bukan penggemar berat WTO—yang bisa saya beri tahu sekarang. Mungkin mereka sangat membantu kami,” katanya. (AFP/REUTERS)