Presiden Joko Widodo menegaskan supaya para dubes melakukan 70-80 persen kegiatan yang difokuskan pada diplomasi ekonomi.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo/Anita Yossihara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta agar semua kedutaan besar dan perwakilan Republik Indonesia untuk melakukan kegiatan yang sebagian besar lebih difokuskan pada diplomasi ekonomi. Investasi dan kerja sama ekonomi, termasuk meningkatkan ekspor, harus menjadi perhatian diplomat RI di luar negeri.
Wakil Ketua Umum Partai Bulan Bintang Sukmo Harsono, yang dilantik menjadi Duta Besar RI untuk Panama, mengatakan, Presiden menyampaikan hal itu pada pelantikan 20 duta besar untuk negara-negara sahabat, Senin (14/9/2020), di Jakarta.
Secara terpisah, wartawan senior Suryopratomo, yang diangkat menjadi Dubes RI untuk Singapura, membenarkan bahwa semua KBRI diminta agar 80 persen kegiatannya harus fokus pada investasi dan kerja sama ekonomi.
Menurut Sukmo, Presiden telah menegaskan agar para dubes melakukan 70-80 persen kegiatan yang difokuskan pada diplomasi ekonomi. Mereka ditugaskan untuk meningkatkan ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta produk kompetitif, seperti tekstil, farmasi, produk Industri Kereta Api (PT Inka), dan PT Pindad.
”Beliau berpesan dalam situasi ekonomi yang tidak stabil ini agar duta besar rajin keliling mencari peluang. Senada, Ibu Menlu (Menteri Luar Negeri Retno Marsudi) juga berpesan agar menarik investor sebesar-besarnya ke Indonesia dan tetap melindungi WNI, menjalankan politik bebas aktif, dan terus menjaga hubungan baik dengan negara-negara sahabat,” kata Sukmo.
Ia mengatakan, semua negara sedang berusaha keluar dari persoalan ekonomi seperti yang terjadi saat ini akibat pandemi Covid-19. Kondisi yang luar biasa ini memang tidak mudah bagi Indonesia untuk bisa bertarung dengan negara lain. Namun, ia yakin pengusaha akan datang di saat ada keuntungan. Hal itu menjadi rencana yang akan ia jalankan meskipun kondisinya berat. ”Setiap kesulitan pasti ada peluang. Siapa rajin dan gigih, dia akan berhasil,” ujar Sukmo.
Para dubes menyadari tanggung jawab pemimpin perwakilan Pemerintah RI di sejumlah negara itu menjadi lebih berat karena bertugas saat pandemi Covid-19 belum berakhir.
Protokol ketat
Upacara pelantikan 20 dubes RI untuk negara sahabat itu digelar secara langsung di Istana Negara, Jakarta, Senin, tepat pada hari pertama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta. Pelantikan dilakukan di bawah protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Semua dubes yang dilantik mengenakan masker, pelindung wajah, dan menjaga jarak satu sama lain. Juga tidak ada jabat tangan ucapan selamat selain melempar senyum sambil membungkuk dan mengatupkan tangan satu sama lain, termasuk kepada Presiden.
Tidak hanya itu, upacara pelantikan yang dipimpin Presiden ini juga hanya dihadiri satu menteri, yakni Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Para pendamping dan keluarga dubes yang biasanya hadir kali ini tidak terlihat. Para dubes itu sebelumnya sudah mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPR.
Anggota Komisi I DPR, Nurul Arifin, mengatakan, tugas para dubes saat ini relatif lebih berat. Pasalnya, mereka dilantik pada saat pandemi Covid-19 belum berakhir. ”Tugas para dubes baru ini lebih berat. Karena masa pandemi, banyak budaya dan kebiasaan baru dalam berdiplomasi yang harus dibangun,” katanya.
Nurul mengatakan, para dubes juga dituntut berinovasi memperjuangkan kepentingan nasional. Salah satunya sektor pariwisata dan perdagangan internasional yang terpukul akibat pandemi. Meski begitu, politikus Partai Golkar ini meyakini para dubes yang akan bertugas mampu menjalankan tugas diplomasi dengan baik.
”Dalam masa pandemi global, dunia pariwisata sangat terpukul. Para dubes agar berinovasi membangun sektor lain untuk terus mengikat hubungan regional dan multilateral,” ujarnya. (NTA/PDS)