Arab Saudi Berada di Balik Hubungan Resmi Bahrain-Israel
Terjalinnya hubungan resmi antara Bahrain dan Israel, yang dimediasi Amerika Serikat, ditengarai tak lepas dari adanya restu dan lampu hijau dari Arab Saudi.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Arab Saudi ditengarai berada di balik dibukanya hubungan resmi antara Bahrain dan Israel, yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jumat (11/9/2020). Arab Saudi disebut telah memberi lampu hijau dibukanya hubungan resmi Bahrain dan Israel setelah AS melobi Riyadh secara intensif selama 29 hari.
Dengan dibukanya hubungan Bahrain-Israel itu, Bahrain secara resmi menyusuli Uni Emirat Arab (UEA) yang diumumkan menjalin hubungan resmi dengan Israel oleh Trump pada 13 Agustus lalu. Bahrain menjadi negara Arab keempat setelah Mesir, Jordania, dan UEA yang mempunyai hubungan diplomatik resmi dengan Israel.
Sebelum hubungan resmi Israel-Bahrain itu diumumkan, relasi kedua negara telah terjalin secara rahasia selama 25 tahun. Dijadwalkan, acara seremonial penandatanganan kesepakatan dan pembukaan hubungan resmi Israel dengan UEA dan Bahrain akan digelar di Gedung Putih, Washington DC, AS, Selasa (15/9/2020).
Pengamat politik Israel, Barak Ravid, dalam situs Walla, Minggu (13/9/2020), mengungkapkan, AS menggelar komunikasi intensif selama 29 hari dengan Arab Saudi sebelum Trump mengumumkan normalisasi hubungan antara Bahrain dan Israel pada hari Jumat itu. Komunikasi dengan Riyadh tersebut dijalin sebagai upaya AS mendapat lampu hijau dari Arab Saudi untuk mendorong terwujudnya hubungan resmi UEA-Israel.
Lobi AS terhadap Arab Saudi guna mendapat restu terhadap dibukanya hubungan resmi Bahrain-Israel sesungguhnya sudah dilakukan sebelum hubungan resmi UEA-Israel diumumkan. Namun, lobi tersebut semakin intensif setelah pengumuman hubungan resmi Israel-UEA itu.
Turut terlibat dalam komunikasi intensif AS dengan Arab Saudi itu yakni Penasihat Politik Presiden Trump yang juga menantunya, Jared Kushner, dan Menlu AS Mike Pompeo. Kushner dan Pompeo melobi dengan membujuk Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal Bin Farhan al-Saud dan Menteri Negara Urusan Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir agar Riyadh merestui dan mendukung hubungan resmi Bahrain-Israel.
Telepon Kushner kepada MBS
Bahkan, menurut situs Walla, Kushner menelepon langsung Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) agar merestui hubungan resmi Bahrain-Israel. Kushner dan MBS dikenal memiliki hubungan dekat dan sering melakukan komunikasi lewat telepon ataupun bertemu langsung.
Situs Walla mengungkapkan, Kushner mendapat isyarat lampu hijau dari MBS atas dibukanya hubungan resmi Bahrain-Israel. Hal itu mengantarkan Presiden Trump mengumumkan dibukanya hubungan resmi Bahrain-Israel, Jumat lalu.
Hal senada juga disampaikan pengamat politik Israel, Oded Granot, dalam situs Israel, Hayom, Minggu. Granot mengungkapkan, peran positif Arab Saudi yang mengantarkan dibukanya hubungan resmi Bahrain-Israel.
Seperti diketahui, AS selama ini memandang Bahrain akan sulit mengambil keputusan membuka hubungan resmi dengan Israel tanpa ada restu dari Riyadh. Bahrain, negara pulau kecil dengan penduduk hanya sekitar 1,5 juta jiwa, dikenal sangat tergantung eksistensinya terhadap Arab Saudi. Keamanan Bahrain juga dikenal sangat bergantung pada AS yang telah membangun Armada V di negara itu sejak tahun 1990-an.
Sejak maraknya musim semi Arab tahun 2011, Arab Saudi menempatkan pasukan secara permanen di Bahrain untuk melindungi Dinasti Al Khalifah yang berkuasa di negeri itu. Seperti dimaklumi, mayoritas penduduk Bahrain adalah penganut mazhab Syiah dengan penguasa dari Sunni, yakni Dinasti Al Khalifah.
Rakyat Bahrain yang mayoritas Syiah sering menggelar unjuk rasa, mencoba menggulingkan kekuasaan Dinasti Al Khalifah. Iran ditengarai sering berada di balik unjuk rasa-unjuk rasa rakyat Bahrain melawan Dinasti Al Khalifah.
Dinasti Al Khalifah yang berkuasa di Bahrain selama ini memandang Iran merupakan ancaman atas kekuasaannya dan keamanan Bahrain. Di mata Manama, ancaman dari Iran jauh lebih berbahaya daripada Israel. Bahrain hanya dipisahkan Teluk Persia dari pantai Iran.
Terkait isu normalisasi Arab dan Israel, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dalam pembicaraan via telepon dengan Trump, 6 September 2020, menegaskan bahwa Arab Saudi menekankan kembali keadilan bagi Palestina. Arab Saudi menginginkan mencapai solusi yang adil dan permanen terkait Palestina guna menghadirkan perdamaian sebagai titik awal perwujudan Inisiatif Damai Arab.