Korsel Longgarkan Pembatasan Sebelum Pengetatan Lagi Jelang Libur Nasional
Setelah kasus baru Covid-19 di Korea Selatan perlahan menurun, otoritas kesehatan setempat melonggarkan sebagian pembatasan hanya selama dua minggu agar ekonomi berjalan. Setelah itu, diberlakukan lagi pengetatan aturan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, MINGGU – Korea Selatan, Minggu (13/9/2020), melonggarkan kebijakan pembatasan level 2,5-nya di wilayah metropolitan Seoul untuk dua minggu ke depan. Setelah itu, kebijakan pembatasan ketat berlaku lagi tepat sebelum hari raya Chuseok pada 28 September 2020 selama dua minggu.
Chuseok adalah salah satu hari libur terbesar di Korsel. Dalam kondisi normal, jutaan warga negara itu bepergian dan mengunjungi keluarga asal mereka, membuat ajang itu sebagai migrasi terbesar tahunan.
Otoritas kesehatan kini memberlakukan kebijakan pembatasan level 2. Dengan keputusan itu, larangan makan di restoran setelah pukul 21.00 dicabut. Namun, pengelola restoran dan kafe harus tetap membatasi kapasitas tempat duduk dan mencatat identitas semua konsumen yang datang.
Kafe, toko roti, dan kedai es krim yang sebelumnya hanya diizinkan melayani pesan antar, dua minggu ke depan, boleh melayani makan di tempat.
Selain itu, fasilitas gimnasium dan kafe internet diizinkan beroperasi, kumpulan orang di dalam ruangan dibatasi maksimal 50 orang, sedang di luar ruangan maksimal 100 orang. Adapun pertandingan olah raga tetap digelar tanpa penonton.
Otoritas kesehatan menyebutkan, pelonggaran ini akan memberikan dampak pada ekonomi sebelum kemudian diperketat lagi menjelang libur hari raya Chuseok. "Setelah kajian yang komprehensif atas situasi saat ini dan pendapat para ahli, pemerintah akan menyesuaikan pembatasan sosial ke level 2 di kawasan Seoul selama dua minggu,” kata Perdana Menteri Korsel Chung Sye-kyun dalam rapat pemerintah yang disiarkan stasiun televisi.
Selama berbulan-bulan, Korsel mampu mengendalikan penambahan kasus baru harian di bawah 100 kasus. Akan tetapi, sejak 14 Agustus kasus harian melonjak tiga digit menyusul munculnya kluster penularan di rumah ibadah dan demonstrasi antipemerintah di Seoul.
Puncaknya, pada 27 Agustus kasus baru mencapai 441 kasus. Hal itu mendorong Pemerintah Korsel menerapkan pembatasan sosial yang sangat ketat. Seperti dilaporkan kantor berita Yonhap, otoritas kesehatan mengatakan, fase pandemi Covid-19 di metropolitan Seoul dengan penduduk yang padat lebih serius dibandingkan gelombang infeksi pertama yang terjadi di Kota Daegu pada Februari-Maret lalu.
Setelah kebijakan pembatasan yang lebih ketat diberlakukan, penambahan kasus dalam sehari juga perlahan menurun. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KCDC) melaporkan 121 kasus baru, termasuk 99 penularan lokal, Minggu (13/9/2020), sehingga total kasus Covid-19 di negara itu menjadi 22.176 kasus dengan jumlah kasus meninggal mencapai 358 kasus.
Kasus baru itu menurun dibandingkan sehari sebelumnya, Sabtu (12/9/2020), yaitu 136 kasus. "Kasus harian belum turun hingga ke dua digit dan situasi belum cukup untuk pelonggaran yang signifikan, satu dari empat kasus positif masih belum bisa dilacak,” kata Chung.
Dalam dua minggu terakhir, proporsi kasus Covid-19 yang tidak bisa dilacak sebesar 23,9 persen dari total 2.477 kasus.
Sebanyak 121 kasus baru yang dilaporkan, antara lain, sebanyak 30 kasus berasal dari Seoul, 27 kasus dari Provinsi Gyeonggi, dan tiga dari Incheon. Kota yang juga melaporkan penambahan kasus adalah Daegu (14 kasus) dan Busan (3 kasus).
Kasus yang berhubungan dengan kluster Gereja Sarang Jeil di utara Seoul tetap tidak berubah dalam lima hari terakhir, yakni 1.167 kasus. Adapun kasus dari kluster demonstrasi antipemerintah bulan lalu mencapai 577 atau naik 12 kasus dari sehari sebelumnya.
Korsel melaporkan 22 kasus impor yang tujuh di antaranya dari Uzbekistan dan empat kasus dari India. Total kasus impor di negara itu mencapai 3.003 kasus.